59

96 13 2
                                    

K E H I L A N G A N
.
.
.

" Tak akan ada yang pernah siap dengan sebuah kata kehilangan apalagi kehilangan sosok yang kita sayangi namun jika takdir tuhan berkata, siap tidak siap kita harus menghadapinya meski hati pilu. "

•••••

Audy berlari tergesa-gesa saat ia sudah memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit, pikirannya saat ini ia ingin segera sampai ke ruang UGD dan melihat kondisi neneknya.
Dari jarak 2 meter, Audy bisa melihat abang nya duduk termenung di kursi tunggu, Bu Ani dan bu Susi sedang berpelukan sedangkan papanya juga memeluk ibu sambungnya.

" Kondisi nenek bagaimana? " tanya saat Audy berhasil sampai di keluarganya dan semua pun balik menatap Audy saat menyadari Audy sudah datang.

" Sini, duduk dekat abang dulu dek, " ucap Radit menuntun adiknya untuk duduk di dekatnya dan Audy pun nurut saja.

" Abang cepat katakan nenek gimana? " tanya nya lagi karena sangat penasaran.

" Kamu yang kuat dan sabar ya dek, nenek sudah nggak ada sekarang, " ucap Radit dan Audy hanya diam melongo seakan ia tidak percaya dengan ucapan abangnya itu.

" Maksud abang apa? nenek dimana? "

" Dy, dengerin papa nak. Nenek mu sudah meninggal nak, " ucap Dito dan langsung merengkuh putrinya dalam pelukannya dan Audy masih diam dalam pelukan papanya itu.

Otaknya berusaha mencerna kalimat abang dan papanya itu, ia yakin pasti salah dengar tapi papanya kembali mengulang kalimat yang sama.

" Nenekmu memang sudah tidak bergerak saat di rumah nak dan makanya segera di larikan ke rumah sakit dan kata Dokter nenek mu sudah meninggal beberapa waktu lalu dan sekarang perawat sedang mengurus kepulangan jenazah nenek mu nak. "

Audy tidak bersuara namun air matanya mengalir dengan deras membasahi baju papanya yang masih terus memeluk sang putri sedangkan Vira mengelus pundak putri sambungng nya itu, dan itu lebih menyakitkan menangis dalam diam ketimbang menangis meraung-raung.

" Keluarga Almarhumah ibu Ida, " ucap seorang perawat yang keluar dari ruang UGD membuat fokus mereka teralihkan begitupun Audy.

" Jenazah nya sudah bisa di bawa pulang pak. "

Lalu mereka pun berdiri dan bersiap kembali ke rumah dengan mobil ambulance yang membawa jasad nenek tersayang Audy.

*****

Pukul 8 pagi kediaman Audy sudah ramai oleh para pelayat, tetangga, saudara dari Bogor, kerabat, rekan kerja yang kenal keluarga Audy. Rumahnya sudah menjadi lautan manusia berbaju rata-rata hitam dan putih, suara lantunan ayat suci sudah terdengar dari anak pesantren yang Dito panggil tadi pagi.

Sejak semalam sampai pagi ini Audy belum pernah berbicara, ketika papanya, abangnya, ibu sambungnya, Mitha, Bagas, Diandra dan orang tua Diandra mengajaknya berbicara ia hanya menggeleng dan mengangguk. Bahkan ia juga belum mengisi perutnya sejak semalam, bahkan terakhir ia makan saat sarapan roti kemarin pagi. Tatapannya terus tertuju ke neneknya yang sudah terbaring kaku bahkan sejak kepulangan mereka kemarin sore, Audy hanya meninggalkan neneknya jika ia ke kamar mandi selebihnya ia hanya duduk di samping neneknya mengelus kepala neneknya yang tertutupi kain dan orang yang melihat keadaan Audy merasakan pilu apalagi Radit, kejadian ini kembali terulang setelah 7 tahun berlalu yaitu kematian mama Audy.

" Audy makan dulu yuk, nenek nggak senang pasti lihat kamu kek gini, " bujuk Mitha yang memang semalam ia nginap bersama Bagas menemani sahabatnya itu.

The shadow ( SELESAI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang