41

58 11 1
                                    

B A K S O
.
.
.

" Jika cinta ku bisa di ibaratkan dengan sebuah makanan, aku akan mengibaratkan cintaku seperti bakso. Bulat, padat dan tak berujung, begitupun cintaku padamu akan selalu bulat meski kita di terpah panas, asin, pedas, dingin dan kecut bak kuah bakso. "

•••••

Bandar Udara Internasional Tokyo atau di kenal sebagai Bandar Udara Haneda.

Pria berbaju kemeja coklat lengan panjang dan bercelana jeans panjang tengah duduk di temani koper di sampingnya di ruang tunggu bandar udara Tokyo dan bersiap kembali ke tanah air setelah ia berada di negara tirai bambu selama 4 hari tersebut. Awalnya ia kira akan  Stay  di negara orang tersebut sekitar semingguan tapi ternyata ia salah, ia lebih cepat pulang dari perkiraannya karena dengan mudah ia menggait rekan bisnisnya sehingga ia cepat pulang ke Indonesia.

Kepulangannya tak ia beritahu siapa-siapa bahkan sang sekertaris pun tidak ia kabari, ia pulang diam-diam dan akan memberikan kejutan ke orang tuanya yang sudah sangat worry ke anak sulungnya selama ia pergi.
Dava tersenyum senang di kala sudah ada pengumuman untuk masuk ke dalam pesawat dan ia pun berjalan sambil menarik kopernya untuk masuk ke dalam pesawat.

Sekitar 10 jam mengudara akhirnya Dava tiba di Bandar udara International Soekarno Hatta dan ia langsung memesan taxi dan pulang ke rumahnya.
Akibat terjebak macet tadi terpaksa Dava menempuh perjalanan ke rumahnya sekitar 2 jaman, setelah sampai di depan gerban rumahnya ia langsung turun dan membayar argo dan lalu memencet bel dan muncul lah pak satpam dari balik pos.
Pak satpam cukup kaget karena ternyata tuan mudanya sudah datang, dengan cepat pak satpam membuka pintu pagar dan Dava pun masuk dengan menarik kopernya.
Dava membuka pintu utama lalu berjalan santai dan sesampainya di ruang keluarga ia mengintip sejenak dari balik pembatas ruangan, mami, papi dan adiknya tengah asik menonton berita.

" Dava is homeeeeee, " teriak Dava sambil berdiri di dekat pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga, membuat fokus 3 orang itu teralihkan dan mereka kaget karena tiba-tiba ada orang yang teriak.

" Astaga abang, mau bikin kita mengalami Infark miokard akut ha? " sembur Diandra sambil mengelus dadanya karena kaget saat melihat wajah abangnya tanpa rasa berdosa.

" Itu bahasa planet dari mana sih, baru gue denger? " tanya Dava cengo karena tidak paham dengan bahasa adiknya yang belibet.

" Itu istilah medisnya Serangan jantung. "

" Mentang-mentang anak medis bahasanya juga pakai bahasa medis meskipun di rumah, mau pamer huh? "

" Itu bukan pamer abang, itu namanya mempergunakan ilmu yang telah di pelajari. "

" Iya in aja dah, emang kalau calon dokter selalu benar. "

Belum juga Diandra membalas ucapan abangnya, maminya langsung menyela karena baru ketemu langsung berantem dan Diandra langsung manyun.

" Kamu juga bang, baru sampai langsung ngajak ribut, emang kamu tidak kangen orang tua mu ha? "

Dava langsung memeluk maminya dari samping dan menghujaninya dengan ciuman di pipi membuat Difia mencubit pinggangnya dan Dava pun meringis ke sakitan.

" Mami sadis banget sama anak, Dava pergi beberapa hari saja mami sudah kayak operator hubungi Dava mulu, giliran Dava datang langsung di cubit, mau mami apa? " Dava merajuk.

" Kamu nggak pantes merajuk begitu Dav, ingat umur, " kata papi Dava.

" Ya udah Dava pergi aja, Dava pulang kayak nggak di harapkan banget. "

The shadow ( SELESAI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang