19

96 10 0
                                    

P E R T A H A N A N H A T I
.
.
.

" Seseram-seramnya bayangan hitam, jauh lebih menyeramkan bayang-bayangan mantan "

•••

" Makan," titah Dava saat mereka sudah duduk di sebuah rumah makan yang tak jauh dari toko roti Audy.

" Anda ini kenapa? Datang tiba-tiba di toko saya terus langsung menyeret saya ke tempat makan,"omel Audy karena kesal kerjaannya di ganggu oleh kehadiran Dava dan terus bersikap formal dengan Dava.

" Audy, kita ini sudah kenal sejak kecil kenapa harus kaku sekali sih dalam berbicara," protes Dava tapi Audy tidak peduli dan mulai makan nasi dan ayam bakar lalapan yang sudah Dava pesankan karena memang ia sudah lapar sejak tadi tapi ia rasa kerjaannya nanggung sehingga ia menunda makan nya dulu namun Dava datang merusak rencana kerjanya.

" Tolonglah Dy, jangan menyakiti dirimu sendiri. Kerja keras tapi ujung-ujungnya kamu sakit nantinya, kamu tak akan menikmati hasil kerja kerasmu jika seperti ini."

" Apa peduli anda?" Ucap Audy di sela ia makan tanpa melihat Dava.

" Saya peduli sama kamu karena kamu adalah Audy, orang yang sejak dulu saya kenal dan kita_" sebelum Dava menyelesaikan ucapannya, Audy langsung menyelanya.

" Tidak perlu anda bersikap seperti ini lagi,seakan anda perhatian sama saya kalau ujung-ujungnya anda hanya membual dan ini hanya permainan anda," ucap Audy dengan suara berat sambil menatap Dava dengan tatapan yang tak bisa Dava mengerti.

" Bukan begitu maksud saya dan dulu kamu salah paham."

" Saya sudah kenyang, saya balik dulu." Lagi-lagi Audy menyela ucapan Dava dan langsung berdiri dari kursinya setelah meminum air putih nya dan langsung berjalan meninggalkan Dava yang berusaha mengejar Audy setelah membayar makanan Audy yang masih tersisa.

" Audy, Audy dengarkan saya dulu. Dy, Audy." Dava terus meneriaki nama Audy dari belakang namun Audy tidak peduli dan seakan ia tuli, dan terus berjalan untuk ke tokonya lagi.
Audy langsung masuk ke dapur dan menyuruh Ana dan Ratih kembali ke depan dan menutup tokonya karena sudah menjelang magrib.

" Saya mau ambil pesanan kue saya tadi,"ucap Dava yang ternyata sudah ada di depan meja kasir menunggu pegawai Audy masuk. lagi-lagi Dava gagal menjelaskan apa yang terjadi 10tahun yang lalu dengan Audy, karena tak ingin semakin membuat Audy marah padanya,Dava pun akhirnya menyerah dan membiarkan Audy tenang kembali.

"Lain kali kalau bos kalian melewatkan jam makannya karena bekerja, langsung belikan saja makanan dan gantikan ia bekerja karena bos kalian ada riwayat penyakit maagnya." Ana dan Ratih pun hanya mengangguk dan Dava pun meninggalkan toko roti Audy.

" Na, apa pemikiran kita kali ini sama ya?" Tanya Ratih ketika Dava sudah pergi.

" Iya Rat,sepertinya kali ini pemikiran kita lagi connect."

" Pak Dava dan bu Audy sepertinya sudah kenal dari dulu bahkan mungkin mereka ada cerita bersama dulu,entah apa judulnya."

" Iya benar katamu Na, entahlah hanya bu bos dan pak Dava yang tau."
Di situasi lain Audy tengah bersandar di dinding dapur tanpa melajutkan lagi packing kue nya ke dalam dos, sepertinya ia lelah. Bukan hanya lelah fisik tapi juga lelah hati dan pikiran, di saat ia sudah memulai menerima kehadiran pria lain di hidupnya, Dava lagi lagi datang memporak porandakan pertahanannya yang selama ini ia bangun. Jangan pikir apa yang Dava tadi lakukan tidak membuat ia goyah bahkan Audy mengaku kalah jika harus di hadapkan terus bersama Dava,bayang-bayangan masa lalu bersama terus saja menghantuinya bersamaan dengan bayangan kesakitan yang Audy terima juga.

The shadow ( SELESAI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang