64

54 9 0
                                    

R A G U
.
.
.
" Jangan memulai sesuatu hal jika hatimu masih menyelipkan sebuah keraguan karena hasilnya pasti tidak akan baik. "

•••••

Malam hari seakan memang waktu yang tepat untuk bergalau-galauan, suasana yang sepi dan dingin sangat pas untuk memikirkan semua kegundahan hati, Bulan memang seakan mencari teman untuk menemaninya yang selalu sendiri di antara ribuan bintang. Namun pagi seakan tak membiarkan semua kegalauan itu berlangsung lama karena sang mentari seakan selalu memberi penyemangat bagi jiwa-jiwa yang sepi dengan memperlihatkan kekokohan sinarnya meski ia sendiri juga.

Setelah di periksa oleh dokter pagi harinya, Audy sudah di perbolehkan pulang ke rumah membuat keluarganya menyambutnya dengan senang. Radit pun mengemas barang-barang adiknya di bantu Vira, Dito ke bagian administrasi untuk mengurus kepulangan Audy sedangkan Audy sendiri hanya duduk di sofa melihat abang dan ibu sambungnya sibuk.

Ia tersenyum karena akhirnya ia akan pulang juga ke rumah nya kembali namun ada rasa sesak saat mengingat ia kembali nanti tidak ada lagi senyum indah sang nenek yang setiap ia pulang menyambutnya namun Audy berusaha menguatkan dirinya untuk melalui semua ini karena masih ada keluarga nya yang sayang sama dia dan akan panik kalau ia kenapa-kenapa. Bahkan sahabatnya juga selalu setia mendampinginya, seperti semalam Mitha dan Bagas akhirnya datang menjenguk Audy setelah beberapa hari yang lalu ingin datang melihat Audy namun Radit tahan dan akhirnya semalam mereka melepas rindu bertiga, bahkan Diandra, Om Daniel dan tante Difia juga akhirnya datang juga dan hanya Dava yang hilang entah kemana setelah Audy sadar.

Orang-orang baru berdatangan setelah Audy sadar karena baru Audy bisa di ajak ketemu namun Dava malah kebalikannya, ia pergi di saat Audy baru sadar namun Audy juga tidak ingin menanyakan keberadaan Dava karena ia paham posisinya seperti apa saat ini.

" Semua administrasi sudah beres, apa pakaian Audy juga sudah beres? " tanya Dito yang baru masuk ke dalam kamar rawat Audy.

" Iya mas, semua nya sudah beres juga. Sepertinya kita sudah bisa pulang, bagaimana Audy? "

" Iya tante. "

Radit pun membawa adiknya ke kursi roda lalu mendorong adiknya meninggalkan ruang rawatnya sedangkan Dito menentang tas Audy di temani sang istri.

Tak sampai 30 menit mereka pun akhirnya tiba di rumah karena kebetulan jalanan lagi tak macet. Mereka berempat jalan masuk ke dalam rumah, Audy singgah di ruang tamu memerhatikan sekeliling rumahnya.

" Dek, " tegur Radit pelan dengan memegang pundaknya.

" Aku tidak apa-apa kok bang, tidak usah khawatir, " jawabnya menatap abangnya dengan senyum membuat Radit pun ikut tersenyum juga.

" Ayo abang antar ke kamar, kata dokter kamu masih harus banyak istirahat dek. "

Audy pun menurut dengan di tuntun oleh abangnya, dengan masih di ikuti Dito dengan membawakan tas anaknya.

" Kalian bisa keluar kok, aku tidak apa-apa sendiri. "

" Kamu yakin nak? "

" Iya pa, Audy tidak apa-apa kok, Audy cuman mau istirahat saja sesuai yang dokter sarankan. "

" Ya sudah, kalau ada apa-apa bilang ya atau telfon. "

Audy pun mengangguk lalu Radit dan papanya pun keluar meninggalkan Audy sendirian di kamar.
Audy membuka laci nakasnya dan mengambil sebuah figura yang berisikan 3 orang dimana ada mama, nenek dan dirinya.

" Hai 2 wanita kesayanaganku, apakah kalian sudah bertemu? pasti tentunya. Kalian sudah bahagia sekarang, tugas kalian sudah usai di dunia ini. Sisa aku yang harus menjalankan tugasku entah sampai kapan tapi kalian jangan khawatir aku akan menjalankan hidupku sekarang dengan baik dan bahagia, aku akan berusaha tak akan menangisi kalian lagi. Aku hanya selalu meminta restu kalian di setiap langkahku dan temani aku dari atas sana, karena aku selalu menyayangi kalian meski kita sekarang beda dunia, " ucap Audy menatap lekat figura itu namun kini ia sudah tak menangis lagi.

The shadow ( SELESAI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang