2 | THT
Saskia baru saja keluar dari ruangan Pak Budi bersama Revan dan dua partner olimpiade nya yang lain. Pak Budi baru saja memberi tahu tentang jadwal mereka belajar bersama untuk persiapan olimpiade yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Masih lama memang, tapi setidaknya mereka sudah ada persiapan dari jauh-jauh hari.
Keempat nya berjalan beriringan, sampai disuatu belokan kedua teman Saskia berbelok arah dan menyisakan Revan dan Saskia saja disana.
Revan itu kapten basket Mutiara, usia nya satu tahun di bawah Saskia. Karena sering dilibatkan dalam kegiatan olimpiade yang sama, membuat Revan dan Saskia terlihat sangat dekat seperti adik kakak.
"Lo udah sarapan?" tanya Revan
Saskia menggeleng, "Gak sempet, gue hampir telat tadi pagi." gerutu Saskia, bisa hancur image nya sebagai ketua OSIS paling disiplin jika tadi dia sampai telat.
"Ayo ke kantin!" ajak Revan
"Emang hari ini jam kosong?" tanya Saskia. Cowok itu mengangguk, "Iya, dua jam doang sih, ada rapat soalnya." jelas Revan
"Kok gue gak tau?!" tanya Saskia lagi. Revan berdecak, "Kan ini udah gue kasih tau!"
Cowok itu lalu menyeret tangan Saskia agar mengikuti langkah nya. "Ayo buruan, lo suka bawel kalau belum dikasih makan!"
🍒
"Gue cari-cariin, lo malah berduaan disini!" Alea menggebrak meja dengan tidak santai nya. Dia menatap tajam kedua sejoli yang malah sibuk memakan nasi goreng nya
"Berduaan apa sih, Le? Segitu rame nya orang emang lo gak liat?" Saskia mengarahkan pandangan nya kearah segerombolan siswa-siswi yang tak jauh duduk dari tempat nya
Alea mendengus, "Van, pesenin gue makan!" titah Alea menatap Revan yang baru saja selesai makan.
"Gue dipanggil Bu Aya, lo pesen sendiri ya." kata Revan seraya menunjukkan pesan dari teman sekelasnya yang memberi tahu kalau dia diperintahkan untuk menemui Bu Aya
Wajah Alea semakin tertekuk saja, sedangkan Saskia yang disebelah nya menatap Alea jengah. "Tinggal teriak, Le. Biasanya juga gitu." cibir Saskia
"TEH INA, NASI GORENG NYA SATU YA!"
Teh Ina tampak melongokan kepala nya dari stand makanan yang ditempati nya. "SIAP!"
Saskia memejamkan mata nya sejenak, Revan yang belum beranjak dari duduknya pun mengusap-usap telinga nya yang terasa panas.
"Santai aja bisa gak sih?" dengus Revan kesal. "Gue duluan lah, disini gak baik buat kesehatan telinga gue." lanjut nya sambil meletakkan selembar uang berwarna biru keatas meja.
"Kak, nanti bayarin sekalian ya." Saskia menganggukan kepalanya, "Kemana lo?" tanya Saskia
"THT," jawab Revan lalu pergi dari sana sebelum Alea kembali meneriaki nya. " REVANO!!"
Saskia berdecak saat beberapa pasang mata mengarah ke meja yang ditempati nya. "Please, ini kantin bukan hutan. Jadi jangan teriak-teriak!" ujar Saskia menatap Alea tajam
Yang ditatap hanya cengengesan tak berdosa. Setelah nya Alea hanya duduk diam tak bersuara sambil menunggu pesanan nya datang.
Tak berselang lama, suara grasak-grusuk kembali menguar seisi kantin. Semua tatapan mata langsung tertuju pada pintu masuk, menampakkan Fajar yang sedang mengatur nafasnya.
"FAJAR, JANGAN KABUR LO!"
Teriakan seorang pemuda dibelakang nya membuat Fajar kembali lari dengan terbirit-birit. Dia bersembunyi dibelakang kursi panjang yang diduduki Saskia dan Alea
"Eh! Eh! Lo ngapain disitu?!" pekik Alea sambil menggeplak kepala Fajar dengan sendok ditangan nya
"Aduh! Ssstt, diem! Gue lagi ngumpet." balas Fajar pelan. Matanya menatap Saskia yang masih tenang memakan nasi goreng nya dan pintu masuk kantin bergantian.
"FAJAR, SINI LO!"
Dewa datang dengan wajahnya yang memerah karena marah. Fajar memang benar-benar! Matanya menatap seluruh penjuru kantin hingga terhenti disatu objek.
"Kena lo!" gumam Dewa dengan senyum miring nya.
Merasa ada tanda-tanda bahaya yang hendak menghampiri nya. Saskia lalu mengangkat tangan nya. "Balik badan!"
Langkah Dewa sontak terhenti, dia menatap heran Saskia. "Kenapa sih?"
"Gue lagi gak mood liat muka tengil lo itu." kata Saskia dan kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda
"Gue anterin ke THT, mau?" tawar Dewa membuat dahi Saskia mengernyit. "Ngapain?" tanya nya
"Periksa mata lo, kayaknya ada yang gak beres."
Reflek, sendok yang dipegang Saskia itu melambung tinggi tepat pada sasaran nya. "Isi kepala lo yang gak pernah beres!" gerutu Saskia mengundang gelak tawa dari cowok itu, tak merasa tersinggung sedikit pun.
Mendengar seruan Saskia membuat Alea ikutan tergelak. Jika saja yang meledek Dewa barusan adalah orang lain, sudah dapat dipastikan orang itu akan habis oleh Dewa. Sayangnya, ini Saskia, walaupun sering ribut dan jarang akur, tetapi Alea tahu betul kalau Dewa tak pernah berani untuk berbuat kasar dengan Saskia.
Dewa lalu duduk berhadapan dengan Saskia, matanya menyorot tajam Fajar yang cengar-cengir dibalik tubuh mungil Saskia.
"Gue traktir lo makan deh." rayu Fajar yang baru saja keluar dari tempat persembunyian, sadar betul kalau Dewa masih menyimpan dendam terhadap nya.
Dewa mengangguk menyetujui, "Gue mau telur gulung yang gak digulung!"
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...