22 | Nebeng
Siang yang begitu panas tak juga memadamkan semangat para anak basket yang tengah men-dribble bola nya di lapangan. Semuanya banjir peluh dan keringat menuai beragam pekikan dari kaum hawa yang menonton di pinggir lapangan.
Dibarisan penonton paling pinggir, seorang gadis mengamati setiap gerak-gerik si kapten basket dengan serius. Tak bosan-bosannya dia menarik sudut bibir saat orang itu berhasil memasukan bola ke dalam ring.
"Tiati mata lo copot," ucap Alea, menatap Saskia dan Revan yang sedang memantulkan bola basket bergantian.
"Sirik aja lo!"
Alea menghembuskan nafasnya malas, lalu bangkit dari duduknya. "Eh, mau kemana?" cegah Saskia
"Kantin, pegel mata gue liatin cogan mulu." balas Alea lalu pergi dari tribun penonton, meninggalkan Saskia yang mendengus ditempatnya.
Saskia kembali menatap kedepan, kembali memperhatikan Revan yang sudah banjir keringat.
"Jadi kangen.." gumam nya pelan.
"Kangen siapa?" Suara bariton khas Dewa mengalun indah ditelinga Saskia.
Saskia menoleh, menatap Dewa yang sudah duduk manis dengan seplastik telur gulung kesukaannya. "Ngapain lo disini?"
"Duduk,"
Ck!
"Kangen siapa?" ulang Dewa, menatap tak suka saat tahu kemana arah pandang Saskia sedari tadi.
Saskia tersenyum kecil, tatapan nya kembali lurus pada Revan yang berada ditengah lapangan. "Adik gue."
Dahi Dewa mengernyit bingung, belum sempat dia membuka suaranya. Saskia lebih dulu berujar
"Bukannya masih jam pelajaran, lo ngapain keliaran disini?" tanya Saskia mengalihkan. Kini dia sudah menghadap Dewa sepenuhnya.
Cowok itu mengangkat kedua bahu nya, lalu memakan jajanan nya dengan santai. "Pelajaran nya Buas, bosen gue liat muka nya."
Saskia tertawa pelan, Dewa memang benar-benar! "Sana masuk, sebelum gue seret lo dari sini sampe lantai tiga!"
Ya, karena jajaran kelas 12 ada dilantai tiga. Sedangkan kelas 11 ada dilantai dua dan kelas 10 ada di lantai dasar.
Dewa mendengus, lalu mengacak puncak kepala Saskia gemas. "Galak bener Bu Ketos!"
Gadis itu terpaku sebentar, ini yang diacak rambut kenapa hati nya yang berantakan? Setelah tersadar, Saskia buru-buru menabok tangan Dewa kesal.
"Ck, Dewa! Berantakan ih!"
Dewa tertawa, "Iya-iya maaf. Sini gue bantu rapihin lagi."
Tangan besar Dewa terulur untuk merapihkan helaian anak rambut yang menutupi wajah cantik Saskia. Dia merogoh saku celana abu nya, dan mengeluarkan sesuatu dari sana.
Cowok itu memasangkan jepit rambut berwarna putih disisi kanan kepala Saskia. "Cantik," ucap Dewa pelan.
Pipi Saskia bersemu, dia mengalihkan pandangannya kedepan agar matanya tak bertatapan dengan Dewa. Malu euy!
Tak tahu kah mereka jika sekarang telah menjadi bahan tontonan? Bahkan Revan yang sudah berisitirahat dibawah pohon pun tersenyum geli menatap Dewa dan Saskia.
"Bucin! Bucin!"
🍒
"Terus gue gimana, Mansur?!"
Raja menghendikan bahu nya santai, "Ngesot aja."
Mata Dewa membelalak, ah tau begini dia bawa kendaraan sendiri saja tadi. "Saskia bawa mobil." ucap Raja memberitahu.
"Terus apa hubungannya sama gue?!" tanya Dewa sensi, kesel dia tuh!
"Lo bisa nebeng sama dia, bodoh!" ketus Raja. Kini, dikelas hanya tersisa Dewa dan Raja saja. Kalau kalian mencari Fajar, cowok itu sudah pulang duluan ke tempat asalnya.
Dewa berpikir sebentar, boleh juga.
"RAJA, BURUAN!" Alea berseru kencang dari depan kelas.
Raja mendengus, lalu menepuk pundak sahabat nya itu pelan. "Harusnya lo berterima kasih sama gue!" ucap nya dan berlalu dari sana
🍒
"Ya ya ya? Boleh ya?"
"Gak, lo naik ojol aja sana!"
Dewa merengut kesal. "Aelah, lumayan sepuluh ribu buat beli telur gulung. Mending nebeng lo aja ya?"
Gadis itu menghela nafas lelah, "Tapi gue harus kerumah Pak Bambang, Dewa."
"Mau ngapain?" tanya Dewa bingung.
"Latihan soal buat olimpiade bulan depan."
Olimpiade? Dewa berfikir keras, pasti disana ada Revan! Si cecunguk menyebalkan satu itu pasti ikut andil dalam urusan olimpiade.
"Gak papa, gue ikut!"
Saskia mendongak, menatap langit yang mulai mendung. "Kaki lo bukan nya masih sakit? Gue pesenin ojol aja ya? Biar lo langsung istirahat."
Dewa menggeleng cepat, "Enggak! Gue juga mau ikut latihan soal."
Dahi Saskia mengernyit, namun tak lama dia mengangguk saja. "Yaudah, ayo!"
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...