SADEWA - 35

41.3K 3.6K 30
                                    

35 | Ngambek

"Masih disekolah, lo?" Dewa berbicara dengan Fajar lewat sambungan telepon.

"Hm. Gue ada ambil mangga tadi, jangan lupa bawa kalau lo pada mau balik." Sebelah tangan Dewa yang bebas, mencegah Saskia yang hendak kembali menuangkan sambal di atas seblak nya.

Iya, mereka kini sedang berada di kedai seblak atas permintaan Saskia. Sebelum itu, mereka sudah mengganti baju sekolah nya dengan sweater yang Dewa beli tak jauh dari SPBU saat ia mengisi bensin tadi.

Dewa menggeleng tegas, "Punya lo udah yang paling pedes itu."

Saskia ikutan menggeleng, "Tapi ini belum pedes." kata nya. "Mau nambahin itu--" Jarinya menunjuk tempat sambal yang ada dalam jangkauan Dewa.

"Nggak." Dewa bahkan melupakan Fajar yang sudah berceloteh ria diseberang sana. Tanpa kata, dia langsung memutuskan sambungan telepon nya dan menatap Saskia.

"Kenapa menye-menye gitu bibirnya?" tanya Dewa, "Minta dicium, heh?"

Gadis itu lantas melotot kesal, dan kembali melanjutkan makannya tanpa mau menatap Dewa lagi. Dewa menghendikan bahu nya santai, dia pun turut memakan seblak obong  nya yang level tiga, berbeda dengan Saskia yang memesan level paling pedas.

"Hah!! Hah!!"

Dewa yang sedang menyeruput kuah seblak nya mendongak. "Kenapa lagi?"

Saskia menegak habis es jeruk miliknya. "Pedes, bodoh! Masih tanya lagi lo," balas Saskia judes.

Dahi pemuda itu terlipat, "Tadi katanya gak pedes," cibir Dewa mengingat ucapan Saskia tadi

"Tadi emang beneran gak pedes!" sungut Saskia

Dewa menghela napas, lelah dia. "Yaudah, kalau kepedesan gak usah dihabisin."

"Sayang,"

"Kenapa sayang?" balas Dewa menaikturunkan alisnya. Sial, wajah Saskia yang telah memerah kini semakin merah karena tatapan maut Dewa

"Maksudnya, sayang seblak nya!" ralat Saskia cepat.

Dewa terkekeh pelan, memperhatikan Saskia yang tampak grogi melanjutkan makannya. "Lo cantik," ucap Dewa tiba-tiba.

Gadis itu hampir saja tersedak, sebisa mungkin dia menahan agar tak menyumpal mulut Dewa yang suka asal bicara disaat ia sedang menikmati seblak nya.

"Emang, baru nyadar lo?"

Dewa menggeleng, "Udah dari lama sih, malahan---" Pemuda itu menggantungkan ucapan nya, sengaja.

Saskia memberanikan diri mendongak, menatap netra hitam Dewa dengan penasaran. "Malahan kenapa?"

Pemuda itu berdehem lalu sedikit mencondongkan tubuhnya kearah Saskia. "Malahan gue udah suka sama lo,"

🍒

Saskia memeluk tubuhnya yang terasa dingin karena udara malam terus saja menerpa nya. Dia mendongak, menatap bianglala yang sedang berputar itu dari bawah.

Senyum kecilnya terukir, dia akan mengajak Dewa untuk mencoba wahana itu nanti. Ah, mengingat Dewa, Saskia masih agak canggung setelah pengakuan tak terduga nya di kedai seblak tadi. Entah itu Dewa main-main atau tidak, yang jelas degup jantung nya sedang tak baik-baik saja sekarang.

Setelah berhasil membuat Saskia merona akan ucapan nya tadi. Dewa langsung mengajak Saskia untuk singgah sebentar di pasar malam yang tak jauh dari kedai. Tentu, Saskia tak menolak.

"Dingin?" Seorang pemuda datang sambil membawa dua gelas wedang jahe. Dia duduk disebelah Saskia yang masih mendongak keatas.

"Sedikit,"

Dewa menyerahkan satu gelas berisi wedang jahe itu kepada Saskia. "Minum dulu, biar hangat. Habis itu gue anter lo pulang."

Saskia menerima nya, lalu menggeleng, "Gue mau naik itu." tunjuk nya pada bianglala yang masih berputar.

"Udah malem, nanti Om Adit khawatir kalau lo belum pulang."

Gadis itu membuka ponsel, mengecek jam yang menunjukkan pukul tujuh malam. "Masih sore, Dewa. Ayah gue juga belum pulang." kata Saskia

"Saski.." panggil Dewa berusaha lembut.

"Ya ya ya? Mau yaaa?" Saskia menggoyangkan lengan Dewa

Dewa menggeleng tegas, "Lain kali gue ajak lo kesini lagi, sekarang kita pulang!" ujar nya tak ingin dibantah

🍒

Dewa menghela napas. Sejak perjalanan pulang sampai tiba dipekarangan rumah Saskia, gadis itu tak mau membuka suaranya. Raut wajahnya masih saja cemberut perihal tak diizinkan naik bianglala tadi.

"Saski," panggil Dewa

Saskia melengos, turun dari motor Dewa dan langsung berjalan memasuki rumahnya. Pemuda itu buru-buru turun dari motornya dan mencekal pergelangan tangan Saskia.

"Apa sih?!" ketus nya, kesal.

Dewa menggeleng, tak menyangka kalau Saskia akan menjadi childish seperti ini saat tak diperbolehkan naik bianglala. Pemuda itu lantas menarik Saskia dalam dekapan nya.

"Jangan cemberut terus, dong,"

Saskia mendengus disela-sela pelukannya. Tak urung iapun membalas pelukan Dewa yang terasa hangat. Nyaman

"Olimpiade lo, kapan?" tanya Dewa, dia mengendus wangi harum yang menguar dari rambut Saskia.

"Minggu depan,"

Dewa mengangguk, melepas pelukannya agar bisa menatap wajah cantik Saskia. "Kalau lo menang olimpiade, gue kasih lo tiga permintaan deh, gimana?"

"Pasti menang!" ujar Saskia penuh percaya diri.

Dewa tertawa, "Yakin banget bisa menang?" tanya Dewa seolah meremehkan

Saskia mencubit perut Dewa kesal. Bukan nya kesakitan, Dewa malah semakin tertawa. "Iya-iya, pasti menang."

"Gue balik ya.." Saskia mengangguk lalu mundur menjauh.

Dewa berjalan menghampiri motornya. Masih menatap Saskia yang berdiri didepan pintu utama.

"Sini deh," titah Dewa menggerakkan jarinya

"Kenapa?

Dewa menarik tubuh Saskia agar menempel pada tubuhnya, bersamaan dengan itu sebuah benda kenyal menempel tepat dikening Saskia.

"Get sleep! Besok berangkat sama gue, gak terima penolakan."

🍒

SPECIAL PART SASKIA-DEWA NIH

Aku bener-bener lagi stuck ide, ini juga nyempetin nulis ditengah padatnya tugas yang melambai-lambai, huh. Monmaap kalo berantakan ya..

Yang mau bantu promosi cerita Dewa di medsos juga boleh banget kok, biar cerita ini semakin ramai.

Ikutin terus kelanjutan kisah cinta Dewa dan Saskia yaa. See u next part-!

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang