SUASANA rumah sakit yang ada di pusat kota itu tampak ramai. Dengan beberapa orang yang berlalu lalang dengan segala urusannya. Termasuk Saskia. Dokter cantik itu baru saja keluar dari ruangan operasi, ia habis menangani pasien tabrak lari yang mendapati luka lumayan serius dibagian kepalanya.
Sudah lima tahun berlalu rupanya. Ya, Saskia tak menyangka kalau ia telah berhasil menjadi seorang dokter sekarang. Di usianya yang masih terbilang cukup muda, 23 tahun.
Dewa? Ah, pemuda itu masih berada di Amerika hingga saat ini. Entah apa yang sedang ia kerjakan sehingga terus menerus menunda kepulangan nya. Raja juga telah menyelesaikan pendidikannya, ia berhasil menjadi pengacara sukses dan kini tengah mempersiapkan pernikahan nya dengan seorang bule asal Rusia.
Alea dan Fajar? Mereka sudah menikah sekitar dua tahun lalu. Dan sekarang mereka tengah menantikan detik-detik kelahiran sang baby yang tinggal menghitung hari.
Saskia berjalan kearah kantin yang berada di rumah sakit. Ia haus dan butuh suntikan semangat berupa minuman segar nan dingin yang bisa melegakan tenggorokan nya.
Setelah mengambil sebotol minuman jeruk dari lemari pendingin dan membayar nya. Saskia menarik sebuah kursi kosong dan mendudukkan dirinya di sana.
"Huh, capeknya." Dokter itu mengusap peluh yang menempel di dahi nya. Hari ini jadwal operasi nya sangat padat, dan seharusnya ia sudah beristirahat di rumah sejak dua jam yang lalu. Namun, karena adanya korban tabrak lari yang membutuhkan bantuannya, ia urung untuk pulang.
Saskia meletakkan botol minuman nya yang tersisa setengah keatas meja. Punggungnya sengaja ia sandarkan ke sandaran kursi untuk sedikit mengurangi rasa lelahnya. Tak lama, mata Saskia menyipit menatap seorang bocah lelaki yang tampak kerepotan menggendong adik perempuannya itu.
"Dean?" Langkah kaki Saskia membawanya untuk mendekat kearah dua bocah berbeda gender itu.
"Aunty! Tolongin Dean! Dedek berat!" ucap bocah yang ternyata adalah Dean. Ia tampak kesusahan menggendong bobot tubuh adik perempuannya
Dengan kekehan kecil, Saskia akhirnya mengambil alih Dena--adik Dean itu kedalam gendongan nya.
"Uhh, gemesnya.." Dokter cantik itu memekik lirih sambil terus mengecupi seluruh permukaan wajah Dena.
Sementara Dena, batita itu tertawa cekikikan tanpa suara saat tubuhnya sudah berada dalam rengkuhan Saskia.
"Dean, kenapa cuma berdua disini? Bunda dimana?" tanya Saskia pada Dean yang hanya sebatas pinggangnya. Anak sulung Dea itu kini telah duduk di bangku kelas empat SD.
"Bubun tadi balik lagi ke ruang Dokter Melati, Terus aku sama dedek disuruh nunggu disana sebentar," tunjuk Dean pada sebuah kursi panjang rumah sakit yang agak jauh dari kantin. "Terus aku lihat itu, aku kepingin, aunty!"
Kepala Saskia menoleh, mengikuti arah tunjuk Dean. Sedetik kemudian dia tersenyum kecil, ternyata Dean menginginkan coklat payung yang ada diatas etalase kantin.
"Uk! Nana uk!" Dena tampak meronta dalam gendongan Saskia. Telunjuknya terus mengarah ke etalase kantin yang terdapat berbagai macam makanan. (Mau! Nana mau!")
"Oke, let's go! Kita beli.."
Setelah mendapat apa yang diinginkan kedua ponakannya. Saskia mengajak Dean untuk kembali ketempat sebelumnya, takut-takut Dea sudah kembali dan kebingungan mencari keberadaan anaknya.
"Dean! Dena! Astaga kalian Bunda cariin dari tadi!" Baru saja Saskia mendaratkan bokongnya di kursi, suara Dea langsung menyapa indra pendengaran nya.
"Bun!" Dena bertepuk tangan ria ketika melihat sang ibu berjalan kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...