56 | ...
"Tante tenang aja, secepatnya Dewa akan selesaikan masalah ini."
Dewa berucap dengan tegas sembari menatap seorang wanita paruh baya yang duduk berhadapan dengannya, kepala sekolah sekaligus pemilik SMA Mutiara.
Wanita itu--Muti--mengangguk percaya, Dewa adalah anak baik dan tak mungkin melakukan hal bejat itu. Meskipun kelakuan Dewa seringkali membuat pihak sekolah pusing, tetapi mereka percaya sepenuhnya bahwa gosip itu hanyalah fitnah semata.
"Salsha tadi ada ngomong apa, nda?" tanya Fajar yang sedari tadi bengong memperhatikan
Memang sebelum Dewa dan Fajar datang kesini. Salsha telah lebih dulu dipanggil oleh Muti. Karena nama Salsha terus saja disebutkan saat foto di mading itu ditempel dan dilihat banyak orang.
"Ya gitu, dia bilang memang pernah melakukan 'itu' dengan Dewa." tutur Muti.
"Mana sambil nangis-nangis," cibir Fajar menambahkan
Dewa mengusap wajahnya kasar, "Bener-bener gila," gumam Dewa kesal.
"Lo beneran gak ingat apa-apa, Wa?" Tatapan Fajar beralih pada Dewa. "Si Salsha aja inget semuanya, masa lo nggak?"
"Ngapain di inget-inget, orang gue gak lakuin apa-apa kok.."
"Serius gue, Wa. Lo pernah datengin hotel itu sama Salsha?" tanya Fajar lagi, kali ini raut wajahnya benar-benar serius.
"Kayaknya pernah,"
Balasan santai dari Dewa ternyata mampu membuat Fajar hampir saja mengumpat. "Nah si anj--"
"Jar.." peringat Muti pada anak bungsunya itu.
Fajar akhirnya memilih diam, tetapi pandangan nya terus mengarah pada Dewa seolah meminta penjelasan.
"Gue baru ingat ini ..."
"Gue cabut, nyokap minta anterin arisan," ujar Raja sembari mengantongi ponsel nya
Dewa mengangguk tanpa menoleh, pandangan nya tetap lurus memandang jendela yang menampakkan ramai nya jalan raya.
"Lo kalo galau nyeremin, Wa."
Dewa berdecak kesal, "Cabut sana! Bacot banget.." gerutu Dewa.
Lalu Raja berdiri dan menepuk pundak teman karibnya itu pelan. "Gak usah over thinking, dia pasti punya alasan untuk itu."
"Gue balik.."
Setelah Raja benar-benar menghilang dari pandangannya, Dewa menarik napas panjang lalu menghembusnya perlahan.
Benar, seharusnya ia tak perlu repot-repot galau begini. Saskia pasti mempunyai alasan dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Ada baiknya lagi, jika Dewa bertanya dan meminta penjelasan langsung dari Saskia.
Dewa kembali menatap jendela yang langsung mengarahkan matanya pada sepasang kekasih yang sedang berhenti di lampu merah. Si cewek tampak memeluk mesra si lelaki membuat Dewa tanpa sadar terkekeh kecil. Saskia juga sering melakukan itu saat berboncengan dengan nya.
Aihs, sepertinya Dewa sudah gila.
"Hai, gue gabung ya.."
Sebuah suara membuat atensi Dewa teralihkan, dia hanya menatap datar si pelaku yang langsung duduk berhadapan dengan nya bahkan sebelum Dewa mengizinkan.
"Sendirian?" tanya Salsha.
"Sama Raja,"
"Oh ya? Mana dia? Kok gue gak lihat?" Kepala cewek itu tampak menoleh ke sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...