SADEWA - 63

34.8K 2.8K 39
                                    

63 |  Salsha

Sudah hampir lima jam Dewa menunggu didepan ruang UGD. Namun sedari tadi tak ada tanda-tanda suster atau dokter yang keluar dari ruangan itu.

Setelah menunaikan ibadah sholat maghrib bersama Adit dan Revan tadi. Dewa langsung kembali pada posisinya, menunggu didepan ruang UGD sampai pintu itu terbuka. Tetapi nyatanya pintu itu masih tertutup rapat membuat hati Dewa semakin gelisah.

Dewa menghela napas gusar sembari terus merapalkan doa dalam hati untuk kesembuhan sang pujaan.

Cklek

Pintu ruang UGD itu terbuka membuat atensi orang-orang yang ada disana langsung teralihkan. Dewa berdiri--disusul Adit dibelakangnya--menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaan putri saya?"

Satu pertanyaan dari Adit mampu mewakilkan isi hati Dewa. Dokter itu tersenyum sambil melepas maskernya.

"Pasien berhasil melewati masa kritisnya. Dua buah peluru yang melesak di bahu nya telah berhasil kami keluarkan."

"Alhamdulilah," Adit mengucap syukur dengan raut wajah penuh kelegaan.

"Pasien akan kami pindahkan keruang rawat--,"

"VVIP, dok." sela adit cepat

Dokter itu mengangguk. "Baik, kalau begitu silahkan urus administrasi nya. Saya permisi,"

Dewa menyandarkan tubuhnya yang lemah pada tembok rumah sakit. Meskipun tubuhnya terasa bagai jelly, tapi tak dapat dipungkiri kalau ia pun turut merasa lega dan bersyukur saat tahu keadaan Saskia sekarang.

"Dewa, ayo ikut Om. Kita udah ditunggu sama Revan dan Bundanya." ajak Adit.

"Kemana Om?" tanya Dewa bingung

"Kita makan, kamu habis donor darah pasti lemes." Pria paruh baya itu lalu merangkul akrab bahu Dewa dan mengajaknya ke kantin rumah sakit.

Fyi, saat di jam ketiga Dewa menunggu didepan pintu UGD. Dokter yang menangani Saskia mengatakan bahwa Saskia kekurangan banyak darah. Dan tanpa pikir panjang Dewa langsung mengajukan diri. Begitupun dengan Revan yang juga memiliki golongan darah yang sama, AB-.

"Sekalian ada hal penting yang ingin Om jelaskan."

🍒

"Dia pelakunya?"

Revan mengangguk, membenarkan pertanyaan Dewa barusan. Melihatnya, Dewa mengusap wajah gusar. Bagaimana bisa perempuan itu malah terlihat santai disini tanpa merasa bersalah sedikitpun setelah melukai perempuan tercintanya heh?!

Gue nyesel gak bikin lo langsung mati kemarin, Sha. batin Dewa penuh dendam

Saat ini, Dewa dan Revan tengah berada di kantor polisi tak jauh dari taman kejadian. Disini, Dewa dapat bertemu langsung dengan si pelaku juga Abang dari Revan yang membantu untuk menangkap pelakunya.

"Bang Ervan," panggil Revan, sepertinya pemuda itu sudah muak dengan suasana yang membagongkan seperti ini.

Lelaki yang dipanggil Ervan itu menoleh, memberikan senyum tipis pada Revan kemudian beralih pada Dewa.

"Kamu.. yang namanya Dewa?"

Dewa sedikit terkejut saat lelaki itu menoleh kearahnya. Wajahnya benar-benar persis Adit. Dan senyumnya, benar-benar menawan, seperti Saskia.

Dalam hati, Dewa berdecak puas. Pantas saja Salsha sampai sebodoh itu demi lelaki, ternyata yang diperjuangkan tampangnya bukan kaleng-kaleng.

Dewa mengangguk. "Iya?--,"

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang