SADEWA - 46

36.1K 2.8K 37
                                    

46 | Insiden

Saskia berjalan beriringan dengan Ardya menuju lapangan utama. Dengan jas OSIS yang melekat ditubuh keduanya, mereka siap untuk kembali melanjutkan tugas, mengeksekusi setiap siswa-siswi yang terlambat ataupun melanggar aturan.

Jabatan keduanya akan segera lengser minggu-minggu ini dan akan digantikan dengan adik kelas yang telah dipilih dengan pungutan suara terbanyak.

Bel masuk telah berbunyi dari lima menit yang lalu, Saskia dan Ardya berpencar. Saskia berjaga di pintu gerbang utama, sedangkan Ardya mengawasi siswa-siswi yang telah dikumpulkan anak OSIS lain di lapangan.

Seulas senyum Saskia tampilkan saat berpapasan dengan Pak Jamal. "Pagi, Pak Jamal," sapa Saskia

Pak Jamal balas tersenyum lebar. "Pagi, neng geulis,"

"Hari ini cerah banget, ya, neng." sambung Pak Jamal. "Kayak senyum nya neng Kia,"

Saskia tertawa pelan, "Pak Jamal bisa aja,"

Pria paruh baya itu tersenyum menanggapi, "Nungguin Dewa, ya?" tebak nya.

"Enggak, Pak. Nungguin yang telat,"

"Dewa, kan, juga sering telat, neng." Pak Jamal menyahut, bingung.

"Sampai hapal, ya , Pak." Saskia terkekeh. "Bapak lagi sarapan?" tanya Saskia saat melirik di meja pos satpam ada sepiring nasi uduk beserta gorengan dan kerupuk nya

Pak Jamal nyengir, lalu mengangguk.

"Dilanjut aja, Pak, makan nya. Biar Kia yang nunggu Dewa disini,"

"Neng Kia nggak mau join nih?" tawar Pak Jamal

Gadis itu menggeleng, tanda menolak. "Enggak, deh, Pak. Saya udah sarapan tadi dirumah,"

Pak Jamal mengangguk paham, "Yaudah, Bapak balik ke pos ya, neng," pamitnya lalu berbalik dan menjauh dari Saskia.

Mata Saskia melirik kedalam gerbang, di tengah lapangan sana, Ardya sedang menghukum beberapa siswa maupun siswi yang telat. Dewa belum terlihat sama sekali batang hidungnya, tetapi Fajar dan Raja sudah berleha dikantin sejak pagi tadi. Biasanya ketiga sekawan itu selalu bersama kemana-mana. Namun pagi ini, personil mereka kurang satu.

Saskia menghembuskan napas, entah apa lagi penyebab Dewa telat pagi ini. Padahal, setelah dirinya resmi menjadi kekasih Dewa kala itu, Dewa sudah jarang sekali telat dan berbuat ulah lainnya.

Suara deru motor mengalihkan pandangan Saskia yang sedari tadi menatap ujung sepatu nya sendiri. Motor itu berhenti tepat dihadapan nya, raut wajah Saskia berubah datar, tak ada seulas senyum seperti tadi saat menyapa Pak Jamal.

Dewa melepas helm nya, meringis pelan saat tatapan tajam Saskia mengarah padanya. Bukan, bukan pada Dewa. Tetapi pada sebuah tangan yang melingkar sempurna di pinggang nya.

Pemuda itu baru menyadari dan langsung menyentaknya dengan kasar. Salsha melongokan kepalanya dari balik punggung tegap Dewa.

"Oh udah nyampe, ya?" ujar Salsha tanpa dosa.

"Turun!"

Salsha menggeleng, "Belum sampai, Wa. Lo bilang, kan, mau anterin gue sampai kelas tadi." cetus Salsha dengan seringai kecilnya.

Mata Dewa membelalak lebar, "Gila lo, ya!" Kepala Dewa menggeleng tak percaya

"Lo sendiri tadi yang bilang--"

Saskia mengalihkan pandangan, malas meladeni drama dua orang dihadapan nya ini. "Temui Bu As di ruangan nya," sela Saskia lalu pergi dari sana

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang