21 | Modus!
Dewa berjalan dengan dipapah oleh kedua teman nya. Sebelah kaki nya yang terkilir kemarin sudah mulai membaik, hanya saja dia memang sengaja ingin merepotkan Fajar dan Raja.
"Berat banget sih lo!" keluh Fajar, saat ini ketiga nya berjalan beriringan menuju kelas.
"Beratan juga dosa lo,"
Fajar mendengus, langkah mereka terhenti saat Raja tiba-tiba tak bergerak dari tempatnya.
"Gue ke toilet." pamit nya lalu meninggalkan Fajar dan Dewa ditengah-tengah koridor
Dewa menoleh kearah Fajar dan Fajar menghendikan bahu nya bodoamat. Kedua nya kembali berjalan menaiki satu per undakan tangga yang menghubungkan antara kelas 11 dan 12.
"Apa cuma perasaan gue aja ya?" celetuk Fajar memecah keheningan
"Kenapa?"
"Kemarin gue hitung ini anak tangga cuma ada lima belas, kenapa sekarang beranak jadi dua puluh?" ucap Fajar diakhiri dengan keluhan
Dewa menunduk, ikut menghitung anak tangga seperti yang dilakukan Fajar. "Ada dua lima!" sewot Dewa
Fajar menggaruk kepalanya bingung, "Dua puluh, Wa. Ketahuan banget kalau nilai matematika lo merah." cibir Fajar.
Cowok itu berdecak, "Dua lima, coba itung bener-bener!" Lantas, Fajar kembali menghitung anak tangga itu dari bawah.
"Satu."
"Dua."
"Tiga."
"Tuh, dua puluh!"
Dewa menghembuskan nafasnya kesal, sakarepmu! Cowok itu kembali melanjutkan langkahnya dengan sedikit pincang, meninggalkan Fajar yang masih dibawah sambil menghitung undakan tangga yang beranak.
Kepala Dewa yang semula tertunduk memperhatikan kaki nya kini mendongak saat ada sepasang sepatu hitam berhenti didepan nya.
"Tumben sendirian," celetuk orang itu
Dewa mengulum senyumnya, lalu menggeleng pelan. "Ini berdua, sama lo." balas Dewa
Saskia tertawa kecil, dia melongok kebawah tangga saat suara gaduh Fajar menyita perhatian nya.
"Temen lo, kenapa?" tanya Saskia heran, memperhatikan gerak-gerik Fajar yang sepertinya sedang marah-marah entah dengan siapa.
Dewa menghendikan bahu nya acuh, "Salah minum obat." Saskia membulatkan mulut nya paham
"Yaudah, gue mau ke lapangan."
"E-eh!" Saskia menoleh saat pergelangan tangan nya ditahan Dewa. Dia menaikan sebelah alisnya seolah bertanya 'ada apa'.
Dewa menggaruk hidung nya, kikuk. "Lo gak mau bantuin gue?"
Dahi Saskia mengernyit, "Bantu apa?"
"Kaki gue ke-kilir."
"Terus?"
Dewa berdecak, lalu menghembuskan nafasnya perlahan. "Jalan nya susah, papah gue sampe kelas dong!"
Modus!
🍒
"Fajar, bayar kas!"
Suara dep kolektor kelas memenuhi seisi ruangan 12 IPA 3. Fajar yang namanya dipanggil pun hanya menghela nafas gusar. Tak tahu kah Loly kalau duit didompet nya semakin hari semakin menipis?
"Lo nunggak lima puluh ribu!" Loly menyodorkan catatan kas nya pada Fajar yang lemas ditempat.
"Aelah, gue lagi gak ada duit nih. Minggu depan aja dah!" ucap Fajar pada akhirnya
Loly mendengus, mulutnya sibuk mencecah rasa permen gagang yang tengah dihisapnya.
"Tuker sama permen kaki ayah lima biji deh! Gimana?" nego Fajar membuat gadis itu membelalak tak menyetujui
"Gak! Gak! Lima puluh ribu itu dapat lima pack permen kaki ayah, bukan lima biji." sela Loly
"Buruan bayar!" lanjut Loly garang.
Fajar merogoh saku nya, mengeluarkan selembar uang kertas berwarna kuning dengan raut tak ikhlas.
"Tampang doang cakep, bayar kas aja gak mampu!" sarkas Loly pedas.
Fajar melotot kesal, "Duit gue tinggal segini, nih liat nih gak ada kan?" Fajar merogoh semua saku nya.
Loly menatapnya tak percaya, "Bohong."
"Ck, mau apa enggak? Kalau gak mau ya---"
"Mau lah!" serobot Loly lalu mengambil uang lima ribuan itu dan mencatatnya dibuku kas
"Kapan mau lunasin?"
Fajar mengangkat kedua sudut bibirnya, "Kapan-kapan."
Bibir Loly mencebik, beralih pada Dandi yang duduk tenang disebelah Fajar. "Lewat aja, Ly. Lagi kere gue."
Gadis itu mendengus keras, langkahnya berhenti di kursi yang diduduki Dewa dan Raja.
"Bay---"
"Nih, lunas!"
Mata Loly berbinar menatap selembar uang biru yang disodorkan Dewa, begitupula dengan Raja. "Gini dong! Kan enak gue nya gak harus teriak-teriak."
"Gak kayak yang didepan, tuh, tuh! Nunggak nya lima puluh ribu, bayar nya cuma lima ribu." cibir Loly, matanya melirik kursi yang diduduki Fajar sinis.
Fajar yang disindir hanya mendengus keras. Matanya menatap sendu selembar uang satu-satunya yang sengaja dia sembunyikan dari sang dep kolektor kelas.
"Huh, aku cinta padamu uang."
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...