37 | Asal Lo Jadi Pacar Gue
"Sementara ini, OSIS biar Ardya saja yang handle, kamu cukup belajar untuk persiapan olimpiade minggu depan." nasihat Bu As
"Gak papa, Bu. Saya masih bisa handle ini. Ardya juga masih sibuk membimbing calon OSIS yang baru." jelas Saskia tanpa takut
Bu As menghela napasnya, lalu mengangguk sambil tersenyum. "Ya sudah, yang penting ingat, kamu jangan terlalu memforsir tubuh kamu untuk terus bekerja."
Saskia turut tersenyum, menampilkan deretan gigi nya yang rata. "Siap, Ibu!"
Bu As tampak melirik sekilas ke kursi sebelah Saskia. Seorang pemuda yang tertidur dengan menelungkupkan wajahnya dalam lipatan tangan.
Ya, diruangan OSIS ini hanya ada Saskia, Bu As dan seorang pemuda yang tertidur diatas meja itu. Ardya dan anggota OSIS yang lain tengah melaksanakan bimbingan dengan anggota OSIS baru.
Walaupun dengan posisi seperti itu, Bu As tentu saja tahu siapa orang itu. "Pantesan dimana-mana nggak ada, sembunyi disini rupanya dia." gumam Bu As
Saskia menyadari bahwa tatapan Bu As kini tak lepas memandang Dewa yang tertidur pulas. Dia juga mendengar gumaman nya yang sangat pelan. Namun, Saskia lebih memilih pura-pura tak tahu, dari pada nanti ujungnya dia yang kena semprot Bu As kan?
Suara dorongan kursi membuat Saskia yang menunduk kini mendongak, Bu As sudah berdiri dari duduknya.
"Kalau gitu, Ibu lanjut mengajar ya.. Kamu jangan lupa istirahat juga," ujar Bu As, sisi keibuan nya mulai muncul, Saskia tersenyum kecil lalu mengangguk.
"Iya, Bu.."
Selepas pintu ruangan OSIS tertutup dan hanya meninggalkan Saskia dan Dewa saja dalam ruangan. Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi, manik nya terus memandang Dewa yang asik bergerumul dalam mimpi.
Bosan karena terus-terusan menatap Dewa, Saskia memilih keluar dari ruangan. Menghirup udara luar sembari kaki nya berjalan menuju kantin. Ingin membeli makanan sekalian untuk Dewa.
"REVAN!!"
Saskia berlari kecil, menghampiri Revan yang berada di lapangan basket tengah men-dribble bola nya dengan asal.
"Lo baru masuk?" tanya Saskia saat sudah berhadapan dengan cowok itu.
Dia mengangguk sambil menyeka keringat yang bercucuran diwajahnya. "Iya, gue harus jagain nyokap di rumah sakit."
"Sorry, gue belum sempet jenguk." kata Saskia, merasa tak enak.
Revan malah tertawa, mengacak rambut Saskia gemas. "Gak apa-apa kali, santai aja!" ujar nya, "Gue tau lo, kan, orang sibuk."
Gadis itu mencebik, "Gak gitu juga,"
Revan menggiring Saskia untuk duduk di tepian lapangan. Menyodorkan gadis itu sebotol minuman tetapi ia malah menggeleng. Yasudah.
Revan meneguk minumannya hingga tandas. "Lo bisa dateng kerumah kalau mau ketemu Bunda,"
Saskia mengangguk antusias, entah karena hal apa dia jadi se-antusias ini. Revan melepas seragamnya, memperlihatkan kaos hitam sebagai dalaman nya.
Setelah menyampirkan seragam itu kebahu nya, dia beralih merangkul akrab bahu Saskia. "Gue traktir boba di kantin, mau?"
🍒
"Kok gue ditinggal?"
Suara serak-serak becek milik Dewa langsung menyapa indera pendengaran nya saat Saskia baru saja membuka pintu ruangan OSIS.
Dia meletakkan sekantung makanan nya diatas meja. Melirik malas Dewa yang masih mengumpulkan nyawa nya.
"Lebay!" cibir Saskia, "Cuma ditinggal cari makan bentar doang."
Mata Dewa mengerjap pelan, masih setengah sadar. Saskia merapihkan beberapa kertas, buku dan map yang masih berserakan diatas meja. Dia mengumpulkan nya menjadi satu, lalu disingkirkan dari sana.
Beralih membuka kantung belanjaan nya tadi. Dia mengeluarkan dua sterofoam berisi nasi goreng yang dibelinya tadi dikantin.
"Nih, makan!" Saskia menyodorkan satu sterofoam itu kehadapan Dewa.
Pemuda itu menggeleng, tanda tak mau. Saskia berdecak, "Udah waktunya makan siang, Wa! Gak usah aneh-aneh, lo cuma sarapan roti tadi pagi." omel Saskia
Mengingat Dewa yang begitu meruput datang kerumahnya. Pemuda itu bercerita tak sempat sarapan di apart, berujung dia hanya memakan roti selai coklat dirumah Saskia bersama Adit tadi pagi.
"Lo nggak bawa bekal?"
Saskia menggeleng, "Lupa," kata nya. "Lagian, emang lo gak bosen makan masakan gue yang gitu-gitu aja?"
"Enggak," Dewa menggeleng lugu. "Gue pengen makan masakan lo terus,"
Gadis itu memutar bola matanya jengah. Tak mengindahkan ucapan Dewa, dia lalu berujar. "Dimakan dulu itu, keburu jam istirahat nya habis."
Dewa mengangguk patuh.
"Habis ini lo balik ke kelas ya.." ujar Saskia disela-sela makan mereka.
"Lo ngusir gue?" tanya Dewa tak santai
Saskia mengangguk tanpa dosa, "Bu As tadi lihat lo tidur disini, dari pada dipanggil BK, mending lo ngalah masuk kelas aja."
Dewa mengunyah nasi goreng dengan tidak santainya. "Ck, males!"
Saskia menggeleng kecil, "Udah mau lulus, Wa. Kurangin males-malesan lo itu."
"Hmm.."
Dewa meneguk habis sebotol air mineral yang disodorkan Saskia. Dia masih diam ditempat, malas beranjak ke kelasnya walaupun bel sudah terdengar sejak lima menit lalu.
"Nunggu apa lagi? Sana ke kelas!" usir Saskia terang-terangan.
Anggota OSIS satu persatu mulai memasuki ruangan karena rapat masih harus dilanjutkan. Saskia menatap gemas Dewa yang masih diam ditempat.
"Dewa.."
"Apa?"
"Sana pergi,"
Dewa menghela napas, "Oke." kata nya. "Tapi--"
"Tapi apalagi Dewa?!" sentak Saskia tak sabaran. Dia merasa tak enak dengan teman-teman nya yang lain karena Dewa tak kunjung keluar.
"Gue mau ke kelas asal lo jadi pacar gue!"
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...