51 | Sepupu Dewa
Saskia dibuat kelabakan oleh sifat Dewa yang mendadak manja. Sedari tadi, pemuda itu terus saja mengeluh pusing lah, mual lah, dan masih banyak keluhan lainnya. Mata Saskia menyorot Dewa kesal, dia tak membiarkan Saskia bergerak seinci pun dari atas kasurnya.
"Tuh, kan, laper. Lepas dulu makanya," ujar Saskia saat mendengar perut Dewa yang keroncongan. Wajar saja, karena perutnya belum terisi apapun dari semalam.
Lagi dan lagi, hanya gelengan yang Saskia dapatkan. Sebenarnya Saskia kesal, untung saja Dewa sedang sakit. Kalau tidak, sudah dapat dipastikan ia akan menendang pacarnya itu ke rawa-rawa.
"Yaudah, gak usah dilepas. Tapi lo makan, nih, buburnya.."
Saskia mengambil semangkuk bubur yang sengaja ia buatkan dari rumah tadi. Namun Dewa tak juga mau menjauhkan wajahnya dari perut Saskia.
"Dewa.." panggil Saskia penuh peringatan.
Kepala Dewa mendongak, matanya tampak memerah. "Gak mau bubur,"
"Kenapa?"
"Hambar,"
Gadis itu menghela napas sabar. "Yaudah," Mangkuk berisi bubur itu kembali Saskia letakkan diatas nakas.
Dewa pikir, Saskia akan marah dan tak mau mengurusnya, namun--
"Nasi goreng aja, ya?"
Mata Dewa mengerjap pelan, setelahnya dia mengangguk kecil. Melihat itu Saskia lantas bangun dari sandaran nya, membuat Dewa juga ikutan terduduk dan mengurai pelukan mereka.
"Apa?" tanya Saskia saat terus saja diperhatikan seperti itu oleh Dewa.
"Ikut.."
"Katanya tadi pusing?" Alis Saskia bertaut bingung. "Tunggu disini aja.."
Pemuda itu menggeleng kuat, dia lalu menyibakkan selimut yang melilit tubuhnya lalu berdiri tegak. Walaupun sedikit kliyengan.
Saskia menggeleng pelan, "Duduk di sofa depan tv aja, ya?"
Mau tak mau Dewa mengangguk. Dia berjalan dituntun oleh Saskia. Memang benar, kepalanya terasa sangat pusing sekali. Ditambah perutnya yang kosong sejak semalam.
"Diem disini, jangan nyusul gue.." peringat Saskia sebelum akhirnya beranjak ke pantry.
Dewa bersandar disofa lalu memejamkan matanya. Berharap rasa pusing itu segera pergi dari kepalanya. Mungkin ini adalah akibatnya karena Dewa selalu menomor sekian-kan jika menyangkut soal makan.
Baru saja ingin terlelap, bunyi bel apartemen Dewa ditekan beberapa kali hingga menimbulkan bunyi bising. Siapa gerangan yang bertamu ke apartemen nya sore-sore begini?
"DEWA, BUKAIN PINTUNYA!"
Dewa menghela napas kesal, suara Saskia yang melengking membuat kepalanya semakin terasa berat. Dengan lunglai, ia berjalan mendekati pintu lalu membukanya untuk melihat siapa yang datang.
"Yo what's up, brother!" Pintu mendadak terbuka lebar saat si tamu dengan tidak tahu dirinya langsung memeluk Dewa.
Dahi Dewa mengernyit menatap orang itu. "Ngapain lo kesini?"
Orang itu cengengesan, "Refreshing otak dari omelan Senja," sahut nya.
"Yuk, masuk, yuk. Anggap aja kayak rumah sendiri."
Dia langsung nyelonong masuk meninggalkan Dewa yang masih termangu didepan pintu. Cepat-cepat ia kembali menutup pintu dan berlari pelan sembari memegang kepalanya yang berdenyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...