SADEWA - 5

77.1K 5.9K 103
                                    

5 | Ciee ..

Dewa membasuh wajah nya dengan sebotol air mineral yang dibeli nya. Dia baru saja menyelesaikan hukuman berjemur nya karena kembali telat karena semalam selepas mengantarkan Saskia sampai rumah, dia begadang untuk menonton bola bersama Papa nya.

Kaki nya melangkah santai menyusuri koridor kelas yang sepi, karena saat ini jam pelajaran sudah dimulai. Mata Dewa menyipit saat melihat punggung seorang gadis yang baru saja keluar dari UKS.

"Kayak kenal." gumam Dewa

Dewa mempercepat langkahnya saat tubuh gadis itu hampir terjerembab ke lantai. Mata nya membelalak saat mengetahui gadis itu adalah Saskia.

"Saski?" Cowok itu menepuk pelan pipi Saskia.

Saskia mengerjap, merasakan rasa pusing yang semakin mendera dikepala nya. "G-gue gak papa."

Dewa berdecak lalu memapah tubuh Saskia untuk kembali masuk ke UKS. "Lo sakit, Ki." bantah Dewa.

Pantas saja tadi Saskia tak mengawasi Dewa saat tengah menjalani hukuman. Dewa kira, gadis itu sudah lelah menghadapi tingkah nya yang tak pernah berubah.

Saskia menolak saat Dewa hendak membaringkan tubuhnya di brankar UKS. "Gue ada ulangan hari ini." ucap Saskia pelan

Dewa diam saja, dia memaksa Saskia untuk tetap berbaring di brankar. "Ini mana sih yang jaga UKS?!" decak Dewa kesal.

Saskia mendengus, ingin merubah posisi nya menjadi duduk namun tak jadi karena Dewa memelototi nya. "Diem dan jangan bergerak!"

Cowok itu merogoh ponsel nya dan mengetikan sesuatu disana.

"Wa, please lah! Gue cuma pusing doang, gak usah lebay!" gerutu Saskia

Saskia memegang kepala nya yang terasa berputar, dia memejamkan mata nya sejenak untuk menetralkan rasa pusing nya.

"Tuh kan, banyak omong sih lo!" Dewa mendekat ke brankar, tangan nya terulur untuk memijat pelipis Saskia.

Saskia terdiam saat jari-jari tangan Dewa dengan lihai memijat pelipisnya. Jantung nya berdebar merasakan perhatian-perhatian kecil Dewa.

"Lo tidur aja, biar gue beliin makan." Gini-gini Dewa juga perhatian, tak tega melihat wajah Saskia yang pucat membuat rasa kemanusiaan Dewa berkobar.

Saskia mencekal pergelangan tangan Dewa saat cowok itu hendak berbalik badan. "Ulangan gue gimana?"

"Udah gue izinin, nanti lo bisa ikut susulan." Saskia mengangguk paham. Dia hendak bangun dari tidurnya namun Dewa mencegahnya.

"Muka lo udah kayak mayat hidup gitu masih aja ngeyel." gerutu Dewa.

Saskia mencebik kesal. "Gue mau duduk, pegel tiduran mulu."

Dewa menggeleng, "Gak bisa, lo lagi sakit, harus nurut sama yang sehat."

"Lo mau makan apa?" tanya Dewa.

"Bakso kayaknya enak."

Dewa mengangguk, "Oke, bubur ayam!"

🍒

"Mang, bubur nya satu ya!"

Cowok itu kemudian menghampiri stand penjual telur gulung kesukaannya. "Bang, 15 ya!"

Dewa mengamati makanan ringan yang tertata rapi diatas etalase. Dia mengambil beberapa snack jajanan dan dua botol air mineral.

"Tumben beli bubur, Wa? Buat siapa?" tanya Mang Diding, si penjual bubur ayam seraya menyerahkan pesanan Dewa

"Buat Saskia."

"CIEE !!"

Dewa menggaruk kepalanya saat semua pedagang kantin menggoda nya. Sudah bukan rahasia lagi kalau Dewa dan Saskia itu tak pernah ada akurnya.

"Kalian pacaran?" tanya Teh Ina semangat

Dewa menghela napas, "Saskia lagi sakit, jadi Dewa yang disuruh beli makanan nya." bohong Dewa. Padahal ini semua adalah inisiatif dirinya sendiri.

"Jadian aja, atuh. Kalian cocok tau."

Para pedagang kantin mengangguk setuju, mereka tak henti-hentinya tersenyum menggoda kearah Dewa.

"Kenapa pada senyum-senyum gitu sih?" tanya Dewa ngeri.

Abang penjual telur gulung terkekeh, pedagang paling muda diantara yang lainnya. "Jadian aja kali, udah cocok gitu."

Dewa mendengus, sepertinya banyak pihak yang menginginkan dia agar berpacaran dengan Saskia.

Setelah membayar semua jajanan nya, Dewa pergi meninggalkan kantin diiringi senyum lebar para pedagang yang mendukung keras hubungan Saskia dan Dewa agar berpacaran.

🍒

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang