53 | With U
"Kenapa?" Gerakan tangan Saskia yang hendak menyuap ramen itu sontak terhenti saat tatapan Dewa terus mengarah padanya.
Setelah berkeliling mall dan bermain timezone, Saskia dan Dewa singgah sebentar untuk mengisi perutnya disalah satu restoran all you can eat yang ada didalam mall tersebut.
Dan lagi, Dewa hanya membalas dengan gelengan. Saskia menatap kekasihnya itu curiga, seperti ada yang ingin ia bicarakan namun susah untuk disuarakan.
"Kenapa sih?" tanya Saskia lagi.
Dewa tersenyum, "Enggak. Buruan tuh dimakan, tar keburu dingin.."
Saskia menghela napas, mungkin ada yang harus diluruskan disini. "Apa alasan yang gue kasih kemarin masih buat lo kurang puas, Wa?"
Pemuda itu mengangkat kepalanya, lalu mengangguk. Bagaimana bisa dia percaya begitu saja, dihindari dan dijauhi selama satu bulan dengan alasan hanya ingin fokus belajar. Klasik!
"Ini semua ada hubungannya sama Salsha?"
Dewa hanya menebak, namun reaksi tubuh Saskia sempat menegang beberapa saat. "Kenapa lo bilang gitu?"
"Hubungan lo sama Salsha emang udah gak baik, kan?" tandas Dewa. Dia berbicara sesuai dengan apa yang sering ia lihat. Sorot mata Salsha saat menatap Saskia itu tersirat seperti menyimpan sebuah dendam dan kebencian.
"Juga, selama sebulan ini dia gencar banget deketin gue." Dewa bersidekap menatap lawan bicaranya yang hanya diam. "So, lo gak bisa bohongin gue, sayang.."
Sebenarnya, Dewa ingin marah karena Saskia yang tak mau jujur padanya. Bahkan, gadis itu menjauhi nya tanpa alasan yang jelas. Namun sekarang, ia ingin mendengar langsung penjelasan dari gadisnya. Dan ia sedikit yakin, jika semua ini masih ada sangkut pautnya dengan Salsha.
Saskia menarik napas panjang, dia tak bisa menjelaskan semuanya kepada Dewa sekarang. Diam-diam begitu, Salsha adalah perempuan licik. Dia akan menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan hama yang menghalangi jalannya
Dan juga, kenapa Dewa bisa se-peka itu sih?!
"Saskia.." peringat Dewa saat gadisnya itu tak kunjung membuka suara.
Saskia menjauhkan mangkuk ramen nya. Nafsu makannya mendadak hilang, padahal dia sangat lapar. "Dewa, please.." pinta Saskia memelas, dia belum siap untuk menjelaskan semuanya sekarang.
Percayalah, Saskia hanya tak mau Dewa bernasib sama seperti Ervan. Saskia takut, karena ancaman Salsha tak pernah main-main. Ia tak mau kejadian beberapa tahun silam itu kembali terulang.
"Oke, kita pulang.."
Saskia hanya pasrah saat Dewa langsung keluar--setelah membayar makanan mereka--tanpa menoleh lagi kearah nya. Ngambek dia.
Buru-buru Saskia bangkit dan berlari kecil menyusul Dewa. Cukup susah karena langkah kaki Dewa yang lebar. "Ihh, pelan aja napa sih?!" Saskia menarik tangan Dewa agar berhenti melangkah.
"Lo nya lelet," sahut Dewa cuek. Namun tak urung dia juga memelankan langkah nya agar bersisian dengan Saskia.
Gadis itu mencebikan bibirnya kesal. Dia berjalan perlahan dengan setia memeluk lengan Dewa agar tak meninggalkan nya lagi. Tatapan Saskia menjelajah seisi mall yang tampak ramai, namun sesaat kemudian tatapan nya terfokus pada sebuah butik yang ada diseberang posisinya sekarang.
"Wa.." panggil Saskia
"Hm,"
Saskia berhenti melangkah, membuat Dewa mau tak mau juga ikut berhenti dan menoleh kearah gadis itu. "Lihat, deh, jas nya bagus, ya? Gue suka.."
Dewa mengikuti arah pandang Saskia, netra hitam pemuda itu tampak mengerjap dua kali. "Iya, bagus. Lo mau?"
Mata Saskia tampak berbinar menatap jas yang ada didalam butik itu. Satu buah jas berwarna maroon yang menurutnya sangat cocok dipasangkan ditubuh Dewa. Pasti pemuda itu terlihat lebih gagah dan dewasa.
"Mau, tapi buat lo.." seru Saskia, menatap Dewa yang sedikit tinggi di atasnya
"Buat gue?" Dewa mengerutkan alis, "Kenapa? Kan lo yang suka.."
Saskia mendengus kecil, "Gue cewek, Wa. Ya kali mau pakai jas gituan.." tutur Saskia sedikit kesal
"Tapi, jas gue udah banyak dirumah." ujar Dewa membuat Saskia langsung cemberut.
"Buat acara kelulusan, Wa. Kayaknya cocok, deh, kalau lo yang pake.." tutur Saskia lesu, matanya terus saja menatap kearah butik yang menampilkan banyaknya gaun dan jas. Namun, hanya ada satu jas yang sangat menarik perhatian Saskia saat ini.
Dewa tak mampu menahan senyum geli nya, apalagi saat Saskia yang berujar lesu masih dengan memeluk sebelah lengannya. Kalau begini, Dewa mana bisa menolak? Bahkan ia melupakan aksi ngambeknya tadi.
"Yaudah, ayo beli.." final Dewa pada akhirnya.
"Hum?" Saskia mendongakan kepala, "Seriously?"
"Iya, jadi nggak? Kalau nggak pul--Astaga.." Kepala Dewa menggeleng kecil saat melihat Saskia begitu bersemangat memasuki butik dan meninggalkan Dewa sendirian disana.
"Mbak, saya mau jas yang ini, tolong ya.."
Bahkan dari kejauhan, Dewa dapat mendengar suara Saskia yang sedang berbicara dengan pegawai butik. "Dewa, lo mau pilih yang lain gak?" tanya Saskia sambil melirik beberapa pasang jas yang ada disekitarnya
"Enggak, itu aja. Gue terlanjur suka sama pilihan lo." balas Dewa. "Lo gak mau beli gaun sekalian?"
Saskia menggeleng pelan, "Enggak pengen, gue cuma mau lihat lo pakai jas tadi aja pas acara kelulusan nanti,"
"Ini cocok buat lo," Pemuda itu mengambil satu gaun berwarna senada--dengan jas yang dipilih Saskia--dan mencocokkan nya ditubuh gadis itu. Gaun berwarna maroon dengan hiasan mutiara dipinggang nya, dan juga bagian atas yang ditutupi brokat membuat bahunya tidak terlalu terekspos, walaupun brokat itu transparan.
"Cantik," puji Dewa
"Mbak!" panggil Dewa pada pegawai butik. "Saya ambil gaun ini juga, tolong satuin sama jas yang tadi ya.."
Dewa tersenyum puas setelah pegawai itu pergi untuk membungkus gaun pilihan nya. Satu sama.
"Gak usah cemberut gitu, jelek tau nggak?" ujar Dewa lalu mencubit gemas pipi Saskia.
"Ishh.." dengus Saskia sebal. "Gue gak mau gaun, Dewa. Gue laper, mau pecel lele.." keluh Saskia lemas
Dewa tertawa, padahal mereka baru saja keluar dari restoran. Ya walaupun tadi makanan mereka tak ada yang habis karena terlanjur tak nafsu makan ditambah dengan pembicaraan mereka yang sensitif.
"Kita makan, tapi janji dulu sama gue.." ujar Dewa serius
"Apa?"
"Lo harus jelasin semuanya ke gue, tanpa terkecuali," Pemuda itu mengulurkan tangan nya. "Deal?"
Saskia tampak ragu, namun karena perutnya memang lapar jadi mau tak mau ia turut mengulurkan tangan dan menjabat tangan kekasihnya. "Deal!"
Mata Dewa memicing, "Harus jujur dan nggak ada bohong-bohongin gue lagi--"
"Iyaaa, Dewa. Buruan ihh, laperr.." rengek Saskia mulai kesal
Dewa mengangguk, "Oke, wait a minute, baby!" ujar Dewa lalu menjauh dari Saskia untuk menyelesaikan pembayaran gaun dan jas nya.
Sembari menunggu, Saskia duduk disebuah sofa single yang ada disana. Ah, membayangkan ia akan menyantap pecel lele dengan sambal manis namun terasa pedas itu membuat perut Saskia semakin keroncongan tak sabar.
Ting!
Sebuah notif dari ponselnya membuat perhatian Saskia teralihkan. Ada sebuah pesan masuk disana.
085xxxx: I miss you, baby girl♡
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...