27 | Nanti Lo Sakit ...
Dewa membuka pintu belakang sekolah perlahan. Kepala nya melongok sedikit kedalam, memastikan bahwa tak ada siapapun yang berjaga disana.
Dewa memang punya duplikat kunci pintu belakang sekolah. Berhubung sekarang dia tak lagi bisa memanjat karena temboknya yang dipasangi kawat. Dia dan Fajar tak menyerah begitu saja. Nekat, mereka mengambil kunci itu yang disimpan dalam museum kunci yang ada di ruangan Bu As. Beruntung nya, mereka tak ketahuan!
Dan jadilah sekarang, kunci itu menjadi tiga. Satu ditangan Dewa, satu ditangan Fajar, dan satunya lagi ada ditangan Raja. Sedangkan yang asli, dikembalikan lagi ke museum nya Bu As.
Setelah memastikan pintu kembali tertutup dan terkunci rapat. Kakinya lantas berjalan menuju kantin, suasana koridor lumayan ramai karena bel istirahat kedua baru saja dibunyikan.
Sedikit heran kenapa tidak ada satupun anggota OSIS yang berjaga disana. Biasanya, jam-jam segini Bu As dan anak-anak OSIS akan patroli disana.
Cowok itu tersenyum kecil. Di depan sana, Saskia jalan dengan terburu-buru sambil menunduk, menatap lembaran kertas yang dipegangnya.
Dewa berhenti ditengah-tengah. Sengaja, agar Saskia menabrak nya. "Aduh!" Gadis itu mengaduh, saat kening nya terbentur sesuatu yang keras. Dada bidang Dewa.
Dewa malah terkekeh, mengabaikan tatapan siswa-siswi yang tertuju padanya dan Saskia. "Mangkanya, kalau jalan tuh jangan sambil nunduk!" peringat Dewa.
Saskia mencebik, "Salah lo juga yang halangin jalan gue." Gadis itu melirik sekilas kaki Dewa. "Kaki lo udah sembuh?"
Dewa mengangguk mengiyakan. "Omong-omong, anak OSIS pada kemane sih?" tanya Dewa
"Lagi rapat. Kenapa?" Saskia menatap Dewa dari atas sampai bawah. Matanya menelisik tajam, "Lo baru dateng ya?!"
Cowok itu mengatupkan bibirnya, lalu nyengir lebar. "Hehe!"
Saskia menghela napas, seolah paham kenapa Dewa menanyakan perihal anak OSIS tadi. "Mau pergantian OSIS, yang lain pada sibuk. Jadi gak ada yang keliling."
Dewa manggut-manggut paham. Asik, gak dihukum! "Bekal gue, mana?"
"Ada di kelas gue. Lo ambil aja ya, gue masih ada perlu sama Bu As." kata Saskia
Dewa mengacungkan kedua jempol nya. "Sok atuh di lanjut lagi jalan nya." Cowok itu menyingkir, mempersilahkan Saskia untuk jalan duluan.
Sebelum benar-benar pergi, Saskia merasakan tangan nya yang dicekal Dewa. Menoleh, gadis itu menaikan kedua alisnya.
Dewa tersenyum lembut, "Jangan capek-capek, nanti lo sakit."
"Terus gak bisa buatin gue bekal lagi."
Dasar!
🍒
"Yang baru dateng! Yang baru dateng! Cerah bener muka lo!"
Dewa mengambil duduk disebelah Raja, dihadapan Fajar. Lalu meletakkan kotak bekal nya diatas meja.
"Widih! Saya mencium aroma-aroma bucin disini.." Fajar mengendus-endus bagaikan anjing pelacak.
"Sirik aja lo!"
Fajar cengengesan, Dewa was-was sambil memeluk kotak bekal nya. Pasti ada maunya!
"Gak!"
Dahi Fajar mengkerut, "Hah?"
"Apapun yang ada dipikiran lo sekarang, jawaban nya enggak!"
Cowok itu berdecak, ketahuan kan siasat nya untuk mencicipi bekal Dewa. "Elah! Pelit amat lo!"
"Bodo."
"Berisik!" Raja menatap tajam kedua temannya. "Muka lo kenapa?" tanya Raja
Reflek Dewa meraba wajahnya, senyum lebar terukir diwajahnya. Saskia cuy yang ngobatin!
"Biasalah,"
"Gaya lo!" cibir Fajar. "Coba tebak siapa yang obatin lebam nya?" tanya Dewa menaik turunkan alisnya
"Emak lo lah,"
Dewa menggeleng saat mendengar seruan Raja. Fajar menatap teman nya itu curiga, kalau Dewa udah mesam-mesem gini beda lagi ceritanya.
"Saskia?" Senyum Dewa makin melebar. "That's right!"
Kan, bener dugaan Fajar!
"Kok bisa?" tanya Raja
"Jodoh kali." balas Fajar asal. Dewa mengaminkan dalam hati.
Dewa mengangguk, menyetujui ucapan Fajar. "Bisa jadi!" ucap Dewa sambil menyuap sesendok bekalnya.
Raja merotasikan bola matanya, malas meladeni. "Pesen sana, Jar!"
Fajar berdiri, berdehem sejenak sebelum mengeluarkan suara emasnya. "TEH INA, BAKSO NYA DUA!"
"Jigong lo muncrat, saiton!" seru Dewa geram. Dia kembali menutup kotak bekal nya yang semula terbuka untuk melindungi dari jigong Fajar yang beterbangan.
"Dih mana ada!" bantah Fajar, mengelap sekitar bibir nya yang basah.
Raja menatapnya jijik. "Geleh!"
Fajar nyengir kuda. "Bau surga lho ini. Hah! Hah!" Fajar mengeluarkan semburan naga bonar nya.
Dewa semakin menatapnya sengit. Acara makan nya jadi terganggu karena ulah goblok Fajar.
"Lama-lama gue tuker tambah juga lo sama kambing nya Bu As!"
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...