Jangan lupa tinggalkan jejak kaki kalian disini!
Happy reading, hope u like it.🍒
24 | Manja
Suara hujan yang mengguyur kota Bandar Lampung masih terdengar hingga adzan maghrib berkumandang. Membuat siapa saja betah berlama-lama dalam gelungan selimut yang tebal.
Begitu juga Saskia, setelah memasak nasi goreng untuk Dewa tadi. Dia langsung duduk bersila diatas sofa sembari menghadap televisi. Tak lupa dengan selimut tebal milik Dewa yang membungkus tubuh nya dengan hangat.
"Wangi Dewa." gumam Saskia saat menghirup dalam-dalam aroma selimut Dewa.
Sebelumnya tadi dia sudah mengabari sang ayah karena singgah sebentar di apartemen milik teman nya. Saskia menjelaskan kalau dia tidak bisa pulang karena hujan yang turun sangat deras. Ayah nya pun tak masalah, karena menyetir dengan keadaan cuaca yang hujan lebat sangatlah berbahaya.
Dewa datang dari arah pantry sambil membawa sepiring nasi goreng buatan Saskia tadi. Dia duduk disebelah Saskia, ikut memperhatikan televisi yang menayangkan kartun Upin dan Ipin.
"Lo gak makan?" Dewa bertanya sambil menyuap nasi gorengnya.
"Lo aja," sahut Saskia tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.
Cowok itu mengunyah dengan perlahan, meresapi rasa dari setiap nasi yang dia telan. Ternyata bakat masak yang Saskia miliki patut untuk diacungi jempol kaki.
"Enak." gumam Dewa pelan. Dia mengarahkan sendok berisi nasi goreng nya dihadapan Saskia. "Open your mouth! Aaa.."
Saskia tampak menggeleng, "Lo aja yang makan, Wa." tolak Saskia
Dewa berdecak, dia tidak suka dibantah. "Ck, gak terima penolakan! Ayo, aaa.." desak Dewa
Gadis itu menatap sendok berisi nasi goreng dan Dewa bergantian. Lalu dengan ragu dia membuka mulutnya. Dewa tersenyum puas, lalu kembali makan nya sambil terus menyuapi Saskia.
"Lain kali boleh lah, masakin gue kayak gini lagi.." ucap Dewa saat sepiring nasi goreng itu telah habis.
"Wani piro?"
Cowok itu mengetuk dagu nya seolah sedang berpikir. "Lo buatin gue bekal setiap hari, nanti imbalan nya gue bakal ajarin lo buat persiapan olimpiade. Gimana?" tawar Dewa
Saskia menoleh, menghadap Dewa sepenuhnya. Tawaran ini cukup menarik. "Oke." final Saskia setelah berpikir sejenak.
"Deal?"
Saskia mengangguk mantap, lalu menjabat tangan Dewa. "Deal!"
🍒
Seusai makan dan menunaikan ibadah shalat maghrib, Saskia mengotak-atik laptop milik Dewa untuk mencari film yang menarik. Dewa masih berada di dalam kamarnya, sepertinya dia masih shalat.
Dering telepon membuyarkan fokus Saskia, dia mencari-cari benda pipih yang berbunyi itu lalu menatap nama sang penelepon, Fajarudin. Saskia baru menyadari jika ponsel yang berdering sedari tadi adalah ponsel milik Dewa.
"Dewa.. Ada yang nelpon nih!" seru Saskia
Merasa tak ada balasan, Saskia pun melangkah menuju kamar Dewa sambil menenteng ponsel cowok itu. Mengintip sedikit dari celah pintu yang terbuka, dilihatnya Dewa yang masih khusyuk berdoa membelakangi nya.
"Gue angkat aja gak papa kali ya?"
"Angkat aja, Ki. No what-what."
Saskia terkikik sendiri, setelahnya dia mengangkat panggilan telepon dari Fajar itu.
"LO LAGI NGAPAIN SIH, WA?! LAMA BENER NGANGKAT TELPON DOANG!"
Saskia menjauhkan sedikit ponsel Dewa dari telinga nya yang terasa berdengung. Dia mengumpati Fajar dalam hati karena suara nya yang sangat merdu itu sampai menembus gendang telinga nya.
"Gue bukan Dewa." balas Saskia sambil kembali berjalan menuju sofa.
Lama tak ada jawaban, gadis itu mengecek kembali sambungan telepon nya, masih terhubung kok. Sepertinya Fajar masih loading diseberang sana.
"Gak mau ngomong lagi kan? Yaudah gue matiin!"
Tut!
"Siapa, Ki?" tanya Dewa tiba-tiba. Dia berjalan kearah Saskia sambil menenteng dua toples cemilan.
"Fajar,"
"Ngomong apa dia?"
"Gak tau, gak jelas tuh orang. Langsung gue matiin aja." sahut Saskia, mengambil alih satu toples yang Dewa bawa.
"Lo matiin Fajar?" tanya Dewa
Saskia menatap Dewa flat, "Matiin sambungan telepon nya, pinter!"
Dewa terkekeh, lalu merebahkan tubuhnya disofa. Menjadikan paha Saskia sebagai bantalan nya.
"E-eh?"
Cowok itu nyengir, "Bentar ya, capek banget gue." ucap Dewa sambil memejamkan mata nya.
Berusaha tak memperdulikan Dewa yang berada dipangkuan nya. Saskia kembali menonton film romance yang dia putar di laptop Dewa. Tak tahukah Dewa kalau jantung Saskia berdegup kencang sekarang?
Mulutnya sibuk mengunyah, matanya tetap fokus kedepan. Namun tak lama, sebelah tangan nya diletakkan diatas kepala Dewa.
"Elus-elus.." pinta nya masih dengan mata yang terpejam.
Saskia berdecak, tak urung melakukan apa yang diperintahkan Dewa. Dia mengelus surai hitam cowok itu dengan lembut.
"Lo mau tidur aja banyak maunya, Wa!"
Dewa tersenyum tipis, tak berniat membalas ucapan Saskia. Dia malah bergerak-gerak, mencari posisi nyaman nya.
"Jangan gerak-gerak ih!" Saskia menepuk pipi cowok itu pelan.
"Kenapa?" Dewa membuka matanya, menatap wajah cantik Saskia dari bawah.
"Geli." sahut Saskia masih dengan pandangan yang mengarah pada laptop.
Dewa mengangguk paham, lalu kembali memutar kepalanya menghadap perut rata Saskia.
"Elus-elus lagi!" seru Dewa, suaranya teredam karena dia menenggelamkan wajahnya diperut Saskia.
Manja!
Dewa melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Saskia. Elusan lembut Saskia dikepalanya membuat rasa kantuk semakin menyerang.
Nyaman, satu kata yang membuat Dewa betah berlama-lama bersama Saskia. Dia jadi teringat akan ucapan Raja beberapa jam yang lalu.
Harusnya lo berterima kasih sama gue!
Sepertinya, besok dia akan men-traktir Raja dikantin sebagai ucapan terimakasih. Jika saja tadi dia tak mengikuti arahan Raja untuk nebeng dengan Saskia, pasti saat ini dia tidak bisa bermanja dengan gadis itu.
Deru napas Dewa mulai teratur, Saskia melirik cowok itu saat pelukan dipinggang nya mulai mengendur. Setelahnya dia terkekeh geli.
"Gemes!"
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...