33 | Mau Bolos
Suasana sekolah tampak tenang dan damai. Bel masuk sudah berbunyi dari beberapa jam lalu. Dewa menguap lebar-lebar, matanya menyipit saat sinar matahari itu langsung menerpa indera penglihatan nya.
Kretek..kretek.. Bunyi leher dan pinggang Dewa yang digerakkan ke kanan-kiri. Tubuh nya terasa kebas karena tertidur berjam-jam lama nya diatas sofa rooftop.
Dewa menguap sekali lagi, matanya melirik jam yang ada di ponsel nya, hampir pukul sepuluh. Pemuda itu mendengus geli, melihat gaya tidur Raja dan Fajar yang tidur berhadapan diatas tikar seperti sedang berpelukan.
Bunyi perutnya yang keroncongan membuat atensi Dewa teralihkan. Dia mengikat tali sepatu nya yang terlepas, lalu bangkit dari sofa.
"Woi! Gue cari makan dulu ya!" pamit Dewa yang sudah dipastikan tak akan mendapatkan balasan dari kedua temannya yang masih tertidur pulas.
Dewa menuruni satu persatu anak tangga. Tujuan nya saat ini adalah kantin. Netra hitam nya menelisik sekeliling, mencari-cari keberadaan penjual telur gulung langganan nya.
"Bang! 50 ya!"
Abang penjual itu mengangkat kedua jempol nya. "Siap!" balas nya. "Bolos, Wa?"
Dewa yang sedang mengunyah kacang pun mengangguk. "Jamkos, Bang."
Selagi menunggu, Dewa memilih satu persatu jajanan ringan yang disukai nya. Mulutnya tak berhenti mengunyah karena kondisi perut nya yang sangat lapar. Dia belum ada mood untuk memesan nasi goreng atau semacamnya untuk mengganjal perut.
Yang terpenting, telur gulung!
Dewa membayar semua jajanan nya lalu menjauh dari kawasan kantin. Bibirnya bersenandung kecil saat melewati lorong-lorong kelas yang tampak sepi karena masih jam pelajaran.
Kaki nya berbelok kearah taman belakang. Dia meletakkan semua jajanan nya di kursi taman, setelah nya dia kembali memakan jajanan nya dengan tenang.
"Saski lagi apa ya?"
Wajah Saskia terlintas begitu saja dalam pikiran nya. Dia mengambil ponsel, dan mengetikan sesuatu disana.
🍒
Dahi Saskia terlipat, menatap sebal benda pipih yang berada dalam genggaman nya. Dia mengetikan balasan untuk seseorang yang menganggu acara memandikan pou nya.
Saskia kembali melanjutkan memandikan peliharaan nya. Kemudian dia beri makan agar pou nya itu tidak cacingan. Namun, ponsel nya kembali bergetar, menampilkan balasan dari orang menyebalkan itu.
"Ish! Nyebelin banget si Dewa!" gerutu Saskia, namun tak urung kembali membalas pesan Dewa dengan kesal
"Ngapa sih?" Alea yang sedang mengecat kuku nya jadi terganggu mendengar gerutuan Saskia yang berada disebelah nya.
Alea melongokan kepalanya, menatap ponsel Saskia dengan seksama.
"Temenin aja kali."
Saskia menidurkan kepalanya diatas meja. "Mager,"
Alea mendengus, "Sekali-kali. Lagian Bu As juga gak masuk hari ini."
"Lo niat banget nyuruh gue bolos," Saskia memicingkan matanya.
"Ya biar lo makin deket aja sama Dewa." balas Alea santai, kembali melanjutkan mengecat kuku nya yang sempat tertunda.
Saskia meliriknya malas, lalu kembali menatap ponsel nya saat benda itu bergetar beberapa kali.
Saskia bergidik geli melihat balasan terakhir Dewa. Setelah berdebat dengan isi kepalanya, akhirnya Saskia berdiri dari duduknya sambil mengantongi ponsel nya.
Alea melirik sekilas, "Kemana lo?" tanya nya tanpa mengalihkan pandangan dari kuku yang sedang di cat-nya.
Saskia menatap teman sebangku nya itu sinis. "Bolos lah! Kan lo yang nyuruh." balas Saskia sewot
Alea mendongak sembari menunjukkan cengiran nya. "Gih, sana! Kalau udah jadian, kabarin ya!"
"Lo gak mau ikut?"
"Gak deh, tar gue ganggu yang lagi pdkt-an lagi." jawab Alea
Saskia mendengus sebal sedangkan Alea malah menatapnya menggoda. "Udah sana buruan! Kasian pangeran kodok lo udah nunggu lama,"
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...