SADEWA - 50

36.1K 2.6K 15
                                    

50 | Namanya ... Aksara.

Saskia: Wa, dmn?

Gadis itu kembali mengantungi ponselnya saat tak mendapat balasan apapun dari Dewa, padahal sudah centang dua abu-abu.

"Kantin?" tanya Alea pada Saskia yang hanya berdiam ditempatnya.

"Gue ke kelas Dewa dulu. Lo mau ikut?"

Alea menautkan alisnya bingung. "Mau ngapain? Biasanya juga langsung ketemu di kantin,"

Saskia berdiri dan menggandeng Alea agar mengikutinya. "Gue belum ketemu dia dari pagi, gue chat juga nggak dibalas." tutur Saskia. "Gue curiga kalau hari ini dia nggak masuk sekolah."

"Bucin mah beda ye. Doi gak muncul beberapa jam aja udah dicariin." sahut Alea, setengah mencibir.

Saskia terkekeh kecil menanggapi. Matanya terus menyusuri seisi kelas Dewa yang sepi. Hanya ada beberapa murid saja didalam sana.

"Dandi!" panggil Saskia pada seorang pemuda yang mojok disudut kelas.

"Oit!"

"Dewa mana?"

"Tuh!" Dandi menunjuk papan absen didepan kelas tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari ponsel yang miring.

"ARGH! CILA MINGGIR LO, FUCK!"

Dandi mengumpat keras saat Cila terus saja mengganggu nya. Cewek itu memang duduk anteng disebelah Dandi, tapi jari-jari tangannya ikut bergerak lincah dilayar ponsel Dandi yang sedang bermain game.

Tatapan Saskia beralih pada papan absen yang ditunjuk Dandi barusan. Tak hanya ada nama Dewa saja, nama Fajar dan Raja juga turut serta disana.

Sakit?

Sakit apa dia?

Saskia baru menyadari jika kursi yang biasa ditempati ketiganya itu kosong. "Raja sakit, Le?" tanya Saskia pada Alea

Alea yang ditanya seperti itupun hanya menghendikan bahu, "Iya kali,"

"Lah, terus tadi lo berangkat sama siapa? Katanya lagi males nyetir sendiri?" Saskia menatap sahabatnya itu dengan dahi mengernyit, dan jangan lupakan bahwa mereka masih didepan pintu kelasnya Dewa.

Yang ditatap seperti itu hanya dapat menyengir kuda, "Gue tadi sama Ardya," ujar Alea malu-malu

"Pacaran?"

"Belum, sih, baru deket beberapa hari belakangan aja." Alea mengulum senyum nya

Saskia mengangguk saja, tak ingin ikut campur dengan permasalahan cinta sahabat nya. "Yaudah, kantin, yuk,"

Mungkin nanti Saskia akan kembali pulang telat karena harus singgah di apartemen Dewa. Kasihan juga dia, pasti sendirian disana.

Sebelum benar-benar pergi meninggalkan kelas Dewa, Saskia menyempatkan diri berteriak. "Dandi, thank you, ya!"

"Oke!"

🍒

"Terima kasih, Pak." Saskia tersenyum ramah pada supir taksi yang ditumpangi nya.

Setelah membayar, Saskia langsung turun dengan dua kantung plastik yang ia tenteng. Sebelum sampai disini tadi, gadis itu sengaja singgah ke supermarket terlebih dahulu. Karena ia pun yakin, kalau dikulkas apartemen Dewa sudah tak ada bahan masakan.

Sejak tadi, Dewa sama sekali belum membalas pesan nya. Bahkan, sekarang ponsel pemuda itu mati dan tak bisa dihubungi membuat Saskia tambah khawatir saja.

Matanya menatap gedung apartemen Dewa yang berdiri menjulang diseberang nya. Beralih menatap ke kanan dan kiri, memastikan tak ada kendaraan yang melintas.

Sampai dipertengahan jalan, dompet Saskia terjatuh. Dia menghela napas, mau tak mau dia harus berjongkok dan mengambilnya. Sedikit kesulitan karena di tangannya pun telah membawa kantung belanjaan.

Baru saja dia berdiri dan mengantungi kembali dompetnya, dia dikejutkan dengan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi yang hendak melintas kearahnya.

Brak!

Tubuh Saskia terguling kepinggir jalan. Dia meringis merasakan sakit di bagian sikunya.

"Hey, lo nggak papa?"

Suara seorang lelaki dari belakang nya membuat ia menoleh. Bahkan Saskia tak menyadari jika lengan lelaki itu melingkar sempurna dipinggang nya.

Gile, bening bener coy!

Saskia berusaha bangun dan dibantu oleh lelaki itu. Tatapannya beralih pada mobil yang sebelumnya hampir menabrak nya tadi. Mobil itu menabrak trotoar tak jauh dari posisi Saskia sekarang.

"G-gue nggak papa," ujar Saskia menatap lelaki itu. "Thank's, udah mau nolongin."

Lelaki itu tersenyum manis dan mengangguk. "Lain kali, hati-hati. Untung tadi gue gerak cepet, dan bisa nyeret lo sampai sini." tutur nya

"Tuh cewek mabuk kayaknya," ujar lelaki itu lagi.

Saskia memutar kepalanya, mengikuti arah pandang lelaki itu. Disana, seorang cewek baru saja dibantu oleh warga untuk keluar dari mobilnya yang berhenti mentok di trotoar.

"Tapi, siku lo luka? Mau gue bantu obatin?"

"Eh, nggak, nggak papa, kok, ini. Nanti biar gue sendiri aja yang ngobatin,"

Saskia menatap nanar barang belanjaan nya yang berhamburan disekitarnya. Tangannya terulur memunguti barang itu satu persatu.

"Sini, gue bantu,"

Gerakan tangan Saskia terhenti saat ada tangan besar yang ikut memunguti barang nya. "Nah, udah, nih," Ia menyerahkan kedua kantung plastik itu pada pemiliknya.

Saskia menerima nya, lalu tersenyum simpul. "Sekali lagi, makasih, ya--" Dia memiringkan sedikit kepalanya, bingung hendak memanggil lelaki itu apa.

"Aksara, nama gue Aksara," Dia mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman.

"Gue Saskia," Saskia menjabat tangan besar itu. "Senang bertemu dengan lo, Aksara..",

Aksara tersenyum lebih lebar, melihat ada perempuan cantik didepannya membuat jiwa fakboi nya meronta-ronta.

"Gue--"

Drtt .. Drtt .. Drtt ..

Aksara komat-kamit kesal, acara pdkt-an nya harus tertunda karena ponsel yang berada disaku hoodie nya berbunyi.

"Bentar, ya, Kia.."

Saskia mengangguk kecil, dia memperhatikan Aksara yang sedang berbicara di telepon. Gadis itu berdiri dengan perlahan sambil membersihkan celana kulot nya yang sedikit kotor.

"Gue harus pergi." kata Saskia saat lelaki itu telah selesai berbicara ditelepon. "Duluan, ya.. Sekali lagi, makasih, Aksara."

Aksara terpaku sejenak melihat senyum itu. Ah, ia tak menyesal kabur ke Lampung demi bersembunyi sementara dari teman tapi musuhnya. Sampai disini, ternyata ia dipertemukan dengan perempuan cantik dengan senyum yang teramat manis, Saskia.

"Fiks, gue harus cari nomor whatsapp nya Saskia!"

🍒

Selamat malam, jangan lupa tekan bintang biar aku semangat untuk update:')

c u !

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang