SADEWA - 31

40.7K 3.6K 35
                                    

31 | Cemburu II

Saskia memasukan buku-buku nya kedalam tas. Bel pulang telah berbunyi lima menit lalu, anak kelas yang lain pun telah berbondong-bondong menuju parkiran untuk mengambil kendaraan mereka.

"Gue sama Raja ya?" Gadis itu menoleh saat bahu nya ditepuk pelan oleh Alea.

"Tumben,"

Alea nyengir, mereka berjalan beriringan keluar kelas. "Mobil gue penyok, habis nabrak tukang sayur kemarin." Alea meringis kecil

"Terus, tukang sayur nya gak papa?" tanya Saskia, menoleh menghadap sahabat nya itu sepenuhnya.

Alea mencebik, mengingat kejadian kemarin sore. "Ya gak papa, tapi dia minta ganti rugi ke gue."

"Wajar dong, kan lo yang salah."

"Dia minta ganti lima juta." jelas Alea menggebu, "Bukan ganti rugi itu namanya, tapi pemerasan!"

"Padahal gerobak nya cuma lecet sedikit." gerutu Alea kesal. "Sayur nya juga udah pada habis."

Saskia tertawa geli, saat hendak menjawab. Seruan seseorang mengagetkan keduanya.

"Mau pulang?"

Alea mendelik sinis, "Gak, bang. Mau dugem."

Revan terkekeh, lalu ikut berjalan bersisian dengan kedua gadis itu. "Gue mau balikin ini." Cowok itu mengeluarkan buku tebal dari tas nya lalu menyerahkan nya pada Saskia.

"Thanks ya, Kak."

Saskia mengangguk, memasukan buku itu kedalam tas nya. "Oh ya, besok masih ada bimbingan sama Pak Bambang, kan?" tanya Revan, seputar dengan olimpiade yang akan mereka laksanakan dua minggu lagi.

Saskia tampak mengangguk, "Sehabis pulang sekolah, ada dua jam tambahan buat bimbingan soal."

Alea mencibir, merasa terkacangi. "Pergantian OSIS nya kapan, Ki?" tanya Alea

"Sesudah olimpiade," balas Saskia

Alea manggut-manggut paham, atensi nya beralih pada Revan. "Lo gak mau nyalon jadi ketos, Van?"

Revan menggeleng, "Gue udah di basket, takut kewalahan kalau dua-duanya gue embat." kekeh cowok itu.

Alea manggut-manggut lagi, dia baru ingat kalau Revan itu kapten basket. Sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa anak ekskul yang masih berada dilingkungan ini.

Dering telepon memecahkan keheningan diantara ketiga nya. Revan merogoh ponselnya, lalu mengangkat panggilan dari nomor tak dikenal.

"Halo?"

Raut wajah Revan yang semula tenang kini tampak gelisah. "Ya, saya kesana sekarang!"

Dia mematikan panggilan telepon nya sepihak, tak dapat dipungkiri wajah nya sangat panik dan khawatir.

"Lo kenapa, Van?" tanya Saskia

"Nyokap masuk rumah sakit." jelas Revan, "Gue duluan."

"HATI-HATI, VAN!" teriak Alea saat Revan berlari dengan terburu-buru.

"Santai aja kali," dengus Saskia saat suara emas Alea menembus gendang telinga nya.

Saskia kembali melanjutkan jalan nya. Tinggal beberapa langkah lagi, mereka akan tiba diparkiran.

"RAJA! WOI! TUNGGUIN!"

Alea memekik saat sepupu nya itu akan menjalankan motornya. Dia menatap Saskia sebentar, "Gue duluan ya, cantik. Bye!"

Gadis itu berdehem, menatap punggung Alea yang semakin menjauh mengejar Raja yang sudah didepan pintu gerbang utama. Langkah nya kembali berjalan, mendekati seorang pemuda yang duduk tenang diatas motor merah nya.

"Sorry, lama." ucap Saskia, menatap Dewa yang hanya mengangguk singkat.

Sore ini, Saskia akan pulang bersama Dewa, karena kemauan cowok itu sendiri. Saskia sih gak keberatan, berhubung tadi pagi dia diantar oleh ayahnya dan harus pulang naik ojek. Saskia lebih memilih pulang bersama Dewa, biar irit.

"Belajar nya, jadi?" tanya Saskia

"Hm,"

"Di apart lo?"

"Hm."

"Mampir ke indogusar, ya?"

"Hm."

Saskia berdecak kesal, tanpa aba-aba tangan nya melayang guna memukul lengan cowok itu. "Cosplay jadi sabyan lo?" ucap Saskia sinis.

Dewa meringis merasakan tabokan Saskia yang lumayan sakit. "Naik!" titah nya tanpa membalas ucapan Saskia.

Saskia diam, diam-diam mengumpat maksudnya. Dia memegang bahu Dewa lalu duduk manis dijok belakang.

Ini adalah kali kedua Saskia berboncengan dengan Dewa. Rasanya masih terasa aneh, karena dulu mereka tak pernah sedekat ini.

"Kok gak jalan?" Saskia sedikit memiringkan kepalanya guna menatap wajah Dewa yang tertutupi helm full face nya.

Dewa menoleh sekilas, lalu menarik kedua tangan Saskia agar melingkari pinggang nya. Setelah itu, motor merah Dewa menjauh dari kawasan sekolah.

"Bilang kek kalau mau dipeluk,"

🍒

"Lo kenapa sih?" Saskia mendudukkan dirinya kasar diatas sofa apartemen Dewa.

Gadis itu menatap sengit cowok yang duduk didepan nya sambil memejamkan mata. "Lo marah sama gue?"

Diam, Dewa lagi-lagi tak menjawab pertanyaan nya. Membuat Saskia ingin sekali mencakar wajah tampan cowok itu dengan kuku nya.

Dari perjalanan pulang sampai ke indogusar Dewa tak banyak bicara. Jika ditanya, dia akan menjawab ya, tidak, dan hm saja. Saskia dibuat bingung dengan sikap Dewa yang seringkali berubah-ubah, apa dirinya berbuat salah?

Saskia menghirup udara dalam-dalam, lalu mendekat kearah Dewa yang masih nyaman dalam posisinya. "Lo marah karena gue gak jawab pertanyaan lo ditaman tadi?"

Dewa membuka sedikit matanya, lalu kembali menutup nya. Malas menatap wajah cantik Saskia yang berada didepan mata.

"Gue gak ada hubungan apa-apa sama Revan, Wa." jelas Saskia

"Bohong,"

Saskia mengulum senyum geli. "Kenapa? Lo cemburu?"

Dewa membuka matanya lalu melotot kesal. "Gue? Cemburu?" tunjuk nya pada diri sendiri.

"Ya iya lah! Masih nanya lagi lo!"

🍒

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang