SADEWA - 58

34K 2.8K 15
                                    

58 | Penjelasan Saskia

"Dewaaaaa.." Entah untuk yang keberapa kalinya Saskia merengek saat Dewa masih saja diam tak mau bersuara.

Setelah Dewa selesai makan. Saskia sudah menceritakan semuanya. Tentang Salsha, dan semua masalah yang menyangkut pautkan nama Dewa.

Dewa agak terkejut sebenarnya, ia sedikit tak menyangka bahwa Salsha lah yang menjadi penyebab semua kekacauan ini. Ternyata feeling nya selama ini benar.

"Dewaaa.." panggil Saskia lagi. "Maaf.."

Gadis itu tampak membuang napasnya saat tak kunjung mendapat balasan dari Dewa. Namun, jauh dari lubuk hatinya, Saskia sedikit merasa lega karena telah menceritakan semuanya pada Dewa. Ia tak mau ada yang ditutup-tutupi lagi setelah ini.

Kepala Saskia terangkat saat sebuah tangan besar mengusap lembut kepalanya. "Kenapa minta maaf?"

Saskia mendekatkan diri kearah Dewa dan menyandarkan kepalanya disana. "Maaf karena dari awal gue gak cerita.."

"Gara-gara gue yang ngejauh waktu itu, lo jadi kena masalah sekarang."

Saskia sadar, ini adalah imbas dari perbuatannya saat menjauhi Dewa tanpa alasan yang jelas kala itu. Dewa kalut, dan kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Salsha untuk menjebaknya.

Dewa mendekap Saskia dengan hangat. Bibirnya tak henti-henti memberikan kecupan ringan di pucuk kepala Saskia yang bersandar di dada nya.

"Bukan salah lo. Jadi, nggak usah minta maaf, ya, cantikku?"

Dewa memberikan senyum manisnya. Berusaha meyakinkan Saskia bahwa ini semua terjadi karena takdir dan bukan salahnya.

"Mungkin Salsha emang mau main-main sama gue. Gak masalah. Asal dia gak gangguin pacar kesayangan gue ini."

Saskia berhasil dibuat merona oleh ucapan Dewa. Dia semakin menenggelamkan wajahnya di dada Dewa, menyembunyikan pipi nya yang tampak panas.

"Eh, kenapa ini?" Dewa terkekeh pelan melihat Saskia. "Merona hm?"

"Ututuuu.. gemes nyaaa.." Dewa mengecup gemas permukaan wajah Saskia--saat ia berhasil menjauhkan wajah itu dari dadanya.

Gadis itu memukul dada Dewa sebal. Bibirnya maju beberapa senti karena Dewa terus saja menggodanya.  "Nyebelin, ish!"

Tawa Dewa mengudara tanpa bisa dicegah. Raut wajah Saskia benar-benar menggemaskan sekarang. Bahkan, image saat ia menjadi ketua OSIS dulu seolah telah lepas dari dirinya.

"Iya iya, i love you too, cantik!"

Dewa kembali mendekap Saskia erat. Sedangkan yang dipeluk tak kuasa menahan senyumnya saat mendengar ungkapan Dewa barusan.

"Sayang Dewa banyak-banyak.." gumam Saskia sambil memejamkan matanya.

Pemuda itu lantas langsung melebarkan senyumnya. Ah, hatinya terasa berbunga mendengar itu.

"Sayang Saski juga,"

Dewa meletakkan dagunya diatas kepala Saskia. Masih ada satu hal yang mengganjal dalam hatinya.

"Oh iya, sayang. Jadi, Ervan itu beneran Abang kandung lo?"

Dapat Dewa rasakan kalau Saskia mengangguk dalam pelukannya.

"Setahu gue, Salsha dulu pernah punya hubungan sama Ervan, kan?" tanya Dewa. "Terus, kenapa dia bisa gak tau kalau lo itu adik kandungnya Ervan? Atau memang sengaja dirahasiakan?"

Saskia menarik diri dalam pelukan mereka. Dia beralih bersandar dibahu Dewa sambil memainkan jari-jari besar milik kekasihnya.

"Enggak. Cuma memang, Salsha terlalu dibutakan sama rasa cemburu. Pikirannya dangkal, bahkan dia menganggap perhatian-perhatian yang selalu Ervan kasih ke gue, tuh, bukan perhatian antara adik dan kakaknya. Tapi sepasang kekasih."

"Dari situ, persahabatan gue sama dia mulai retak. Gara-gara dia yang selalu cemburu lihat kedekatan gue sama Ervan, dan akhirnya Ervan pergi karena keegoisan dia sendiri,"

Dewa diam menyimak, tetapi isi kepalanya terus mencerna kata demi kata yang barusan terucap dari bibir gadisnya.

"Jadi, dia menyimpulkan pendapat tanpa mau bertanya kebenaran nya?" ujar Dewa setelah otaknya bekerja dan bisa menyimpulkan intinya.

Saskia mengangguk. "Iya, dia gak pernah tanya soal hubungan gue sama Ervan. Yang dia tau, gue adalah orang ketiga yang hancurin hubungan mereka."

Dewa mengusap kepala Saskia lembut. Ada satu pertanyaan lagi yang kembali hadir di kepala nya.

"Lalu, dimana Ervan sekarang?"

🍒

"Hiks,"

Isakan kecil itu terus terdengar diantara kedua sejoli yang sedang duduk disebuah taman kota. Fajar tak mengerti hal apa yang telah membuat Alea menangis tersedu seperti ini.

Tadinya, Fajar menggiring motor Dewa dan Raja--dari belakang--yang melaju ke sebuah hotel untuk mencari bukti atas tuduhan Salsha yang sudah tersebar luas. Sampai dipertengahan jalan, Fajar malah dikejutkan dengan Alea yang tampak kacau--berjalan dipinggiran trotoar.

Matanya sembab, rambut sudah acak-acakan seperti kena hantam badai, dan juga Alea masih mengenakan baju sekolah nya.

Dan tanpa berpikir panjang, Fajar langsung menghentikan laju motornya tanpa memperdulikan Dewa dan Raja yang sudah jalan lebih dulu.

"Sssttt.. Nangis aja kalau itu bisa buat lo lega, Le.." gumam Fajar pelan. Tangannya tak berhenti untuk mengusap helai rambut Alea.

Selang beberapa menit, Alea melepas pelukan mereka. Mata sembabnya juga terlihat sangat kentara. Ia menatap tepat dimata Fajar, Alea dapat melihat jelas gurat khawatir disana.

"Udah?"

Fajar memutuskan untuk tak bertanya terkait hal yang menyebabkan Alea menangis seperti tadi. Ia juga tak ingin terlalu mencampuri urusan Alea, biarlah Alea sendiri nantinya yang bercerita jika suasana hatinya telah memungkinkan.

Gadis itu mengangguk, setelah lebih dari tiga puluh menit dia menangis, kini perutnya terasa keroncongan. "Laper.."

Fajar tersenyum, dan bangkit dari duduknya. Tangannya terulur untuk membantu Alea berdiri. Sebelum benar-benar beranjak, jari-jari besar Fajar mengusap bekas jejak air mata yang membekas dikedua pipi Alea.

Perlakuan itu berhasil membuat Alea tersipu. Ia tak menyangka, kalau Fajar bisa berubah jadi sweet seperti ini.

"Mau makan apa, Tuan Putri?"

Sial, hanya dengan ucapan saja, Fajar berhasil membuat Alea lupa dengan kesedihannya beberapa jam lalu.

"Pecel ayam!" seru Alea semangat.

Sederhana namun membahagiakan. Fajar tak mampu menahan senyum saat Alea menyebutkan salah satu makanan favorit mereka berdua. Ya, satu kesamaan dari keduanya adalah sama-sama pecinta pecel ayam.

"Let's go!"

Gue rela jadi bahu lo bersandar buat setiap saat, jadi orang yang pertama kali meluk lo waktu sedih. Gue rela jadi tempat lo berkeluh kesah.

Asal buat lo, gue gak akan nolak.

--Fajar Putra Atmaja

🍒

sambil nunggu 12.12 -_-

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang