28 | Awal Mula
Pemuda berkaus oblong itu menatap langit-langit kamar tanpa kedip. Dikepala nya berputar saat pertama kalinya dia bertemu dengan Saskia.
"Hey, yang diatas! Turun!"
Dewa yang sedang ancang-ancang turun untuk bolos pun menoleh ke asal suara. Mendapati seorang gadis dengan sebuah rotan ditangan nya. Yang Dewa ketahui, namanya Saskia, ketua OSIS di Mutiara.
"Turun! Lo gak budek kan?!"
Diatas sana, Dewa berdecak. "Lo ngomong sama gue?" tanya Dewa.
"Terus lo kira gue ngomong sama angin, gitu?!" sungut Saskia kesal.
"Mangkanya, kalau ngomong sama orang tuh sebut namanya!" tutur Dewa. Kini dia berbalik, hingga bisa melihat wajah Saskia dibawah sana.
Saskia berdecih, "Oh, maksudnya, lo ngajak gue kenalan?"
Raut wajah Dewa berubah flat. "Pede banget lo!" sanggah Dewa.
"Udah buruan turun! Lo ditunggu Bu As dilapangan."
"Mager." Dewa dengan santai malah duduk diatas tembok dengan kaki yang menjuntai kebawah.
"Ck! Bener-bener ya lo!"
"Turun gak?!" suruh Saskia garang. Dia mendekat, menarik-narik kaki Dewa yang menjuntai dengan kedua tangannya.
Cowok itu melotot, "E-eh woi! Jangan gini, nanti gue jatoh! Astaga!"
"Lepas, elah!"
Saskia masih tetap kekeuh menarik kaki Dewa. "Gak! Sebelum lo turun dan temui Bu As."
Dewa semakin was-was saat Saskia semakin kuat menarik kaki nya agar turun kebawah. "Turun gak lo? Turun! Turun!"
"Iya-iya gue turun, tapi lepas dul--"
Bruk!
Dewa kehilangan keseimbangan nya. Terkejut, saat beban tubuhnya menimpa Saskia. Matanya membelalak lebar, saat merasakan bibirnya menempel diatas-- tepat diatas bibir Saskia.
Pun sama halnya dengan Saskia, dia sama terkejutnya. Apalagi benda kenyal itu menempel langsung dibibirnya. Tubuhnya kaku, harusnya dia mendorong tubuh Dewa agar menjauh. Tetapi, mengapa sangat sulit?!
Dewa yang tersadar buru-buru menjauh dari Saskia. Mengerjap, berusaha mengartikan kalau yang terjadi barusan itu.. mimpi kan?!
Saskia terduduk, tangan nya reflek meraba bibir nya yang sudah tak perawan lagi, walaupun cuma menempel, tapi damage nya luar binasah!
"Mulai sekarang, gue tandain muka lo--" Saskia melirik sinis nametage cowok didepan nya itu. "--Dewa!"
"Akh! Apa sih?!"
Dewa bangun dari baringan nya. Menatap sengit kakak perempuan nya yang sedang berkacak pinggang sambil memegang segayung air.
Iya, Dewa pulang kerumah orang tuanya setelah sekian lama dia menjadi bang Toyib gak pulang-pulang. Itupun harus dipaksa dulu oleh Dea, kalau enggak, mana mau Dewa!
"Kesurupan kan lo? Cengar-cengir dari tadi!"
Cowok itu meraup wajahnya yang basah karena cipratan air dari Dea. "Kepo!"
Dea mendelik sinis, menatap tampilan adiknya dari atas sampai bawah. "Muka lo, kenapa tuh?" tanya nya
"Biasalah, lakik!"
Perempuan berdaster itu tampak mencibir. Dia lalu melangkahkan kakinya keluar kamar Dewa. "Oh iya! Lo dipanggil Papa."
🍒
"Gak!!!" tolak Dewa keras.
"Kenapa?" tanya Dhani heran. "Jangan malu-maluin Papa kamu, Wa."
"Dewa tuh ganteng, Pa. Nanti kalau anak temen Papa perempuan terus minta dijodohin sama Dewa, gimana?" papar Dewa dengan pede nya. "Dewa sih ogah!"
Alis Dhani naik sebelah. "Kalau cantik?" tanya Dhani
"Saskia lebih cantik!"
Dhani berdecih sinis, sudah punya pawang rupanya. "Mana dia? Katanya mau diajak kesini lagi?!"
Cowok itu kicep, menyesap kopi susu nya sedikit, lantas menjawab. "Sibuk,"
"Emang udah jadian?" tanya Dhani, menuntut penjelasan.
Dewa menggaruk pelipis nya, lalu nyengir. "Ya belom sih."
Pria paruh baya itu mendengus keras. "Gerak lama banget jadi cowok!"
"Proses, Pa! Proses!" balas Dewa, tak terima dikatai gerak lama.
"Hilih kin--"
"MA! PAPA NGOMONG JOROK NIH!"
🍒
KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA (END)
Teen Fiction"Kopi sama susu aja bersatu, masa kita enggak?" *** Dewa, mendengar namanya saja mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Mutiara. Selain karena parasnya yang tampan, dia juga punya segudang kelebihan yang se...