SADEWA - 48

35.4K 2.8K 14
                                    

48 | Spill Dukun nya Dong

Salsha melangkah dengan pelan saat bisik-bisik dari seluruh penjuru koridor mengarah padanya. Kedua tangan nya terkepal erat, wajahnya memerah menahan emosi yang siap untuk diluapkan.

Ini adalah imbas dari perdebatan nya dengan Dewa dikantin kemarin. Video nya bahkan menjadi hot news bagi seisi Mutiara. Salsha terus berjalan dengan menunduk, karena dari video nya yang ramai kemarin, wajah Salsha jadi dikenali banyak orang. Semua tatapan terus mengarah padanya, ada yang terang-terangan memaki, memuji, bahkan tak jarang mereka melontarkan kritikan pedas karena ulahnya kemarin.

Kaki Salsha semakin berjalan cepat, dia yang tadinya ingin ke kantin untuk membeli sarapan malah berbelok menuju toilet. Perutnya terasa mual dan kepalanya mulai memberat.

Salsha mengusap bibirnya yang basah dengan tissue. Dia berkaca sebentar, wajahnya pucat dan tubuhnya pun sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Pusing," keluh nya pada diri sendiri.

Dia berjalan keluar toilet dengan perlahan. Setiap langkah nya terasa sempoyongan. Untuk menopang tubuhnya pun Salsha seperti sudah tak kuat karena tak diberi asupan makan sama sekali sedari kemarin.

Di kepala Salsha hanya terpikirkan bagaimana cara agar Saskia dan Dewa dapat berpisah. Dia hanya ingin memiliki Dewa seutuhnya tanpa ada bayang-bayang Saskia. Juga ditambah komentar pedas dari orang-orang yang menonton video perdebatan nya kemarin membuat Salsha semakin down saja.

Tubuhnya limbung ke kanan, jika saja tak ada yang menahan. Mungkin saat ini ia sudah tergelak lemas dilantai.

"E-eh, lo kenapa?"

Mata Salsha terbuka spontan saat ada seseorang yang menahan berat tubuhnya. Dia langsung menjauh, dan menatap orang itu bengis.

"Gak usah sok baik, dimata gue lo tetep aja cewek munafik!"

Setelah itu Salsha langsung melangkah menjauh dari sana. Meninggalkan orang itu yang menatap punggung nya dengan nanar.

"Andai lo tau yang sebenarnya, mungkin lo gak akan sebenci ini sama gue, Sha."

🍒

"Kia! Buruan sini!" seru Alea heboh, menarik pergelangan tangan Saskia agar duduk disebelah kirinya.

"Kenapa, sih, Le?" tanya Saskia heran.

"Si Revan lagi banyak duit, jadi dia booking kantin hari ini," tutur Alea

"Dih, mana ada begitu," balas Revan malas. Dia, kan, hanya menepati janjinya pada Fajar tempo hari, nggak sampai booking satu kantin juga.

Fajar datang bersama Dewa yang juga baru memesan makanan. Sedangkan Raja, cowok itu duduk anteng sembari menunggu pesanan nya datang.

"Ini makanannya, Tuan." Fajar tersenyum ala-ala pelayan sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.

Raja mengangguk kecil, "Terimakasih, Babu."

Fajar menggeplak bahu Raja kesal. Dia tak suka disebut babu. Lebih keren disebut pembokat katanya.

"Lama banget, kemana dulu tadi?" tanya Dewa pada Saskia yang duduk bersisian dengan nya. Pasalnya, selesai acara sertijab tadi, Saskia tak langsung mengikuti Dewa dan teman-teman nya ke kantin.

Saskia menoleh, gadis itu terdiam sebentar. "Ngobrol sebentar sama Gina, dia masih kurang ngerti sama tugas-tugas nya," balas Saskia pada akhirnya. Gina adalah sosok ketua OSIS baru yang menggantikan posisi Saskia saat ini.

Dewa menggerakkan kepala nya keatas kebawah. "Mau, nggak?" Dia menyodorkan sepiring dengan belasan telur gulung yang dilumuri saus disana.

"Mau!"

Revan yang melihat itu tersenyum simpul, hubungan Saskia dan Dewa telah membaik rupanya.

"Makan nasi ya? Lo mau apa biar gue yang pesan," tawar Dewa, tangan nya bergerak mengusap noda saus yang menempel disudut bibir Saskia.

"Mau mie,"

Pemuda itu langsung menggeleng, "No, lo belum makan nasi hari ini,"

Saskia mencebik, kok Dewa tau sih?!

"Ki, mending lo cobain pecel nya Teh Ina." saran Fajar, dia menyodorkan sesendok pecel miliknya ke mulut Saskia. "Aaa! Enak banget ini, sumpah no debat!"

"Enak lah, orang lo tinggal makan doang! Yang bayar, kan, Revan." cibir Alea.

Fajar menggeleng pelan, "Ckckck! Nyaut ae lo kayak petasan!" dengus Fajar. "Atau jangan-jangan.. lo mau gue suapin juga?!"

"Nih, aaa!" Fajar membelokkan sendoknya kearah mulut Alea. Membuka paksa mulut gadis itu agar mau menerima suapan darinya.

"Uhuk! Fajar bang-uhuk sat!" semprot Alea terbata.

Fajar nyengir lebar tanpa merasa bersalah. Revan mengulurkan segelas es jeruk miliknya. "Minum, Kak,"

Alea langsung meneguknya hingga tandas. "Kurang, Van." Dia cengengesan tanpa dosa.

Revan terkekeh geli, "Mau gue pesanin lagi?" tawar Revan berbaik hati.

"Gak usah! Biar aja dia jalan sendiri, jangan manja!" Fajar menyela dengan cepat.

"Gue gak ada urusan sama lo ya!" sahut Alea sewot, dia masih dendam dengan Fajar akan hal tadi. "Ayok, Van. Kita pesan minum lagi!"

Tanpa kata, Alea menggeret Revan menjauh dari meja nya. "Le, nitip satu!" seru Raja yang dibalas acungan jempol oleh sepupu nya yang belum jauh dari tempat duduknya itu.

Fajar memang menyebalkan. Dia hanya memesankan Raja makanan saja tanpa minuman. Seret cuy!

Dewa mengalihkan pandangannya kearah Saskia. "Nasi goreng, ya?"

Saskia menggeleng. "Enggak, udah kenyang." Dia menjauhkan piring yang masih tersisa lima tusuk telur gulung disana.

"Kenyang sama cintanya Dewa, ya, Ki." gurau Fajar yang sedari tadi menyimak obrolan mereka.

Gadis itu terkekeh pelan, "Sampe kembung gue, Jar."

"Heran, lo pelet Dewa pake apaan, sih, sampe segitu cinta nya dia sama lo." tanya Fajar penasaran. "Spill dukun nya dong,"

"Mana ada pelet-peletan begitu, dugong!" Dewa melempar bekas tusukan telur gulung nya kearah Fajar.

"Ya, kan, siapa tau! Kali aja lo di dukunin sama si Kia," sanggah Fajar tetap kekeh.

Saskia menggeleng pelan, Fajar terlalu jauh berpikir nya. "Lo mau simulasi buat jinakin Alea ya?" tanya Saskia balik, matanya mengedip genit menatap Fajar yang salah tingkah ditempatnya.

"Wuih! Fajar sudah besar!" seru Dewa

"Lo suka sepupu gue?" tanya Raja yang hanya menyimak dengan estetik.

"Eh? Hehehehe.." Fajar menatap Raja dengan cengengesan tak jelas sembari menggaruk tengkuknya.

Lagian, yang dikatakan Saskia itu salah. Tapi, ada benarnya juga.

Saskia sebagai tersangka hanya tertawa kecil melihat reaksi Fajar. Dari gerak-gerik cowok itu, Saskia dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya Fajar memiliki perasaan lebih untuk Alea.

"Nanti gue spill tempat dukun yang profesional,"

Dewa membelalak lebar, jadi dia beneran di-dukunin nih?!

🍒

Target di part sebelumnya blm tercapai, but isoke.

Terimakasih buat yg udh rajin vote, dukung terus cerita ini ya🔥

SADEWA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang