1A. Penyesalan

679 96 44
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka.

Tidak ada hubungan dengan orang, tempat atau kejadian tertentu.

[*****]

Saat keluar dari kamar pas, Taehyung dan Dita disambut dengan jajaran bodyguard yang menatap tajam mereka. Atau lebih tepatnya, menatap tajam Taehyung. Karena sudah ketahuan akan membawa kabur Dita.

Ketiga pegawai toko yang tadi membantu Taehyung, berdiri tengang tak jauh dari para bodyguard. Entah apa saja yang mereka lakukan hingga wajah-wajah cantik itu tak lagi rapi seperti sebelumnya.

"Wilihh, ada apa, nih? Ngantre sembako, ya?" pertanyaan Taehyung langsung mendapat cubitan dari perempuan di sampingnya. Seolah mengingatkan bahwa ini bukan waktunya bercanda.

Taehyung hanya mengangguk samar sambil mengedipkan matanya pada Dita. Lalu menggenggam tangannya lebih erat.

"Tidak usah banyak bicara! Cepat lepaskan, Nona Dita!" perintah salah satu bodyguard.

"Ngapain gue lepasin? Dia, 'kan sahabat gue. Wajar dong, kalau gue mau ngajak dia jalan-jalan," Taehyung berkata tenang. Padahal dalam hatinya sudah tak karuan.

"Nona Dita tidak diperbolehkan keluar. Apalagi pergi bersama kamu!" bodyguard yang lain berbicara.

"Emangnya kenapa sama gue?" tanya Taehyung mulai kesal.

"Ini perintah langsung dari Tuan Muda. Dia tidak mau calon istrinya bertemu dengan lelaki lain. Terutama kamu. Dan hal itu sudah disetujui oleh Tuan Aditya. Demi kelancaran acara pernikahan," ujar bodyguard bermata sipit itu. Merujuk pada Tuan Besarnya selaku ayah dari Dita.

Taehyung menggertakkan giginya. Merasa geram diperlakukan seperti itu. "Gue gak peduli. Gue sahabatnya. Jadi, gue berhak ketemu sama Dita. Kapan pun itu."

"Saya minta, kamu menyerah saja. Selagi kami bicara baik-baik," seorang bodyguard berbicara lebih bijak. "Kami masih menghargaimu sebagai sahabat Nona Dita. Bagaimanapun, Tuan Taehyung dan Nona sudah lama dekat. Maka dari itu, tolong bersikap baiklah. Jangan mempersulit keadaan," suaranya tenang, namun ada ketegasan di dalamnya.

Taehyung menghela napas kasar. "Kalau kalian tahu itu. Kenapa kalian malah berpihak pada lelaki itu? Sebenarnya kalian bodyguard Dita atau siapa?" tanya Taehyung geram. "Dita tidak bahagia. Dan kalian tahu itu. Bahkan dia sendiri yang minta gue buat bawa dia pergi," dari nada suaranya, Taehyung sudah tersulut emosi. Tidak ada lagi ketenangan dalam dirinya.

"Kami hanya menjalankan perintah. Sekali pun kami tidak menginginkan itu."

"Tae," bisikan halus Dita berhasil mengalihkan perhatian Taehyung. "Udahlah, Tae. Kita nyerah aja. Kamu gak akan bisa ngelawan mereka bertujuh," ucap Dita menahan tangis. "Aku gak mau kamu kenapa-kenapa."

Taehyung memegang erat kedua tangan Dita. Berusaha menyalurkan keyakinannya. "Enggak, Dit. Aku gak akan nyerah sebelum perang."

"Hey, kami tidak ada waktu untuk menunggu kalian berkompromi!" Salah satu bodyguard berjalan mendekat. Lalu diikuti dua yang lainnya.

Taehyung yang mendengar itu, melepaskan tangannya. Lalu beralih merangkul pinggang Dita. "Jangan mendekat!"

Mereka tidak menghiraukan perkataan lelaki tersebut. Malah semakin mendekat.

"Gue bakalan nekat cium Dita. Tepat di bibirnya. Di depan kalian semua. Jika kalian terus mendekat!" ancam Taehyung.

Dita terkejut. Tidak menyangka, Taehyung akan menggunakan hal seperti itu sebagai ancaman. Begitu juga dengan ketiga wanita yang menatap mereka takut-takut.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang