Cerita ini hanya fiksi belaka.
Tidak ada hubungan dengan orang, tempat atau kejadian tertentu.
Jika ada kesamaan tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.[*****]
"Oke. Kita mulai dari awal. Perkenalkan diri kalian satu per satu," ujar Nazmi tegas. Dia telah membasuh wajahnya. Dan kini telah berdiri tegak di hadapan para bodyguard. Nazmi tidak bisa terus-terusan terlihat lemah. Dia harus menjaga harga dirinya.
Ketujuh bodyguard berdiri sejajar menghadap Nazmi. Pakaian mereka seragam. Berwarna putih bersih, mulai dari baju sampai sepatu.
Hal itu membuat mereka tampak seperti pangeran ketimbang para bodyguard. Ditambah lagi dengan wajah mereka yang termasuk kategori tampan. Bahkan, bisa dibilang di atas rata-rata.
Satu hal yang sangat mencolok. Tinggi badan ketujuhnya tidak sepantar. Mereka berdiri berurutan dari kiri ke kanan. Semakin kanan semakin pendek.
"Dari kanan dulu. Kamu kayak sepantaran sama aku," Nazmi terkekeh di akhir kalimatnya.
Bodyguard yang dipanggil maju selangkah. "Maaf Nona Nazmi, sepertinya saya lebih tinggi dua senti di atas anda," dia mengelak, tidak terima diejek seperti itu. Secara tidak langsung, Nazmi memang seakan meledeknya.
Nazmi mendekati laki-laki berambut perak tersebut. Lalu berdiri tepat di hadapannya. "Iya-iya. Ternyata lebih tinggi dari aku. Maaf-maaf. Jangan tersinggung, ya," ujar Nazmi lembut. Tidak tahu jika bodyguard-nya sesensitif itu.
"Hfff," bodyguard itu menahan tawa. "Mmm. Maaf, Non. Saya hanya bercanda." Dia memundurkan kembali tubuhnya. Menjaga jarak di antara mereka. "Ternyata benar. Nona Nazmi lebih cantik jika dilihat dari dekat."
"Ehm!" bodyguard di sebelahnya menggeram. Dia mengingatkan agar temannya tidak melewati batas.
Nazmi tersenyum. Dia sama sekali tidak marah. "Udah, gak apa-apa. Aku suka, kok. Santai aja. Gak usah tegang-tegang amat." Setelah kembali ke tempatnya, dia berkata kembali, "Oke, lanjutkan. Nama aja, ya. Gak usah pakai latar belakang. Aku gak peduli juga soalnya."
Bodyguard yang tadi melanjutkan ucapannya. "Nama saya Muhaimin. Biasa dipanggil Imin. Tapi Nona bisa memanggil saja apa saja. Saya tidak keberatan." Dia membungkuk penuh kesopanan. Lalu tersenyum sangat manis.
"Aku panggil kamu Imin. Lucu soalnya. Kalau enggak Mini." Nazmi kembali terkekeh. "Gimana nanti, deh. Gimana mood-nya."
Nazmi melirik lelaki di samping Imin. Tanpa harus berkata-kata, dia langung memahaminya.
"Nama saya Suga," ucapnya singkat, padat dan jelas. Mata sipitnya menatap lurus ke Nazmi. Tidak ada senyuman di bibirnya.
"Okeeh." Nazmi mengangguk canggung. "Irit bicara. Perasaan tadi banyak omong, yaa," ledek Nazmi sebal. Matanya menyipit menatap Suga.
"Saya tidak suka menceritakan tentang kehidupan saya."
"Hmm." Resek juga, cibir Nazmi dalam hati. Saat melihat wajahnya, terlintaslah pertanyaan di benaknya. "Kamu kok putih banget?" tanya Nazmi penasaran. Itu bukan tentang kehidupan pribadinya. Jadi tidak masalah.
"Saya tidak tahu. Sudah begini dari lahir." Mukanya lempeng. Nadanya tegas tak mau ditanyai lagi.
"O-okeeh." Nazmi manggut-manggut. Tapi tetap memerhatikan kulit putih Suga. Mulai dari wajah sampai telapak tangan. "Eh, kamu pakai anting!? Aku gak suka. Copot!" perintah Nazmi seenaknya.
[*****]
Baca kelanjutannya di sini...___
Aku tuh gak tahu diri. Padahal Yuga Oh masih gantung. Kakakku COGAN mangkir terus. Another Story masih banyak yang belum di-publish. Tapi malah bikin cerita baru lagi.
Hmm.
Sesuai pepatah. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
Hhh.
Yang ada juga, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi males. Kkkk.
Okee, semoga suka ceritanya. Ramaikan BODYGUARD yaa... >.<
|
Vote-nya sayanggg.
Comment. Share. Follow. Reading list. Library.Sudah?
Terima kasih.300821
Putri Kemala Devi Yusman
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RomanceCerita random dengan artis lokal dan inter sebagai penggambaran karakter.