Taeyong terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Dia tak bisa tertidur lelap, sudah berkali-kali berusaha memejamkan mata, tapi hasilnya nihil. Matanya kembali terbuka tak berapa lama kemudian.
"Argghh! Kenapa susah sekali?!" Taeyong menggeram frustrasi. Padahal dirinya sudah sangat lelah sedari pulang kantor. Tapi kantuk tak juga menghampirinya.
"Apa aku selesaikan pekerjaan yang belum selesai?" Dia menimbang-nimbang. Mungkin otak dalam bawah sadarnya masih memikirkan pekerjaan tersebut. Jadi belum tenang jika belum selesai.
Tanpa berpikir lagi, Taeyong mengambil laptop di meja panjang depan sofa, lalu segera mengerjakannya.
"Umm, dingiin. Aku ingin yang hangat-hangat." Untuk sejenak Taeyong menjeda kegiatannya. "Susu jahe sepertinya enak." Namun dia terlalu malas untuk ke dapur, apalagi harus membuatnya sendiri.
Dihubunginya sang pelayan pribadi yang baru dua pekan bekerja di rumah. Tak mendapatkan jawaban di panggilan kelima, Taeyong memutuskan untuk mendatangi kamarnya.
"Dita! Bangun!" Lelaki tinggi tersebut mengetuk-ngetuk pintu kamar Dita dengan panggilan yang terus diucapkan.
"Ya Allah. Apa dia tidur seperti kerbau?!" Pintu jati tersebut sudah diketuk berkali-kali, tapi tak kunjung mendapat respon dari dalam. "Bagaimana jika ada gempa? Apa dia akan terus tertidur?!" gerutunya kesal.
Walaupun panggilan dan ketukan pintu tak cukup keras, bukan tidak mungkin pekerja yang lain mendengar suaranya.
Mereka bisa saja ada yang terbangun. Tapi tak akan ada yang berani menghampiri Taeyong. Karena dia sudah memberi peraturan agar para pekerja tak usah mendekatinya jika tak dipanggil.
Taeyong mencoba melakukan panggilan telepon lagi. Suara kresak-kresek terdengar dari sana.
"Halo ...? Dita?!" geram Taeyong karena Dita tak kunjung mengeluarkan suara.
"Mm ... Halo?" balas Dita lesu. Sangat kentara jika dia masih dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar. Nyawanya belum terkumpul sempurna.
"Dita!" panggil Taeyong lagi. "Susu jahe! Bangun!" bentaknya kesal.
"Hah?" Dita menjeda. " Apa?" tanyanya, masih belum connect.
"Bangun! Buatkan saya susu jahe! Sekarang!" Taeyong memberikan tekanan pada kalimatnya. Setelah itu langsung menutup panggilan tersebut.
Tak lama kemudian, terdengar suara gumaman-gumaman tak jelas dari dalam sana. Lalu suara gedebag-gedebug menyusul setelahnya.
Taeyong masih berdiri di tempatnya ketika pintu kamar terbuka. Dita melotot kaget sembari memegang dadanya, hampir saja terjungkal jika tak sempat mengendalikan diri.
"Tu-tuan?!" Dita tergagap di sela napasnya yang tak beraturan.
"Tidak usah sekaget itu. Saya bukan hantu." Taeyong mendelik kesal.
"Ke-kenapa Tuan sampai ke sini?" tanya gadis tersebut dengan polosnya.
"Salahkan tidurmu yang seperti kerbau itu. Jangan dibiasakan! Sekarang kamu bekerja di rumah orang!"
"I-iya." Dita hanya bisa mengangguk kaku. Dia masih syok dengan keadaan.
Terpaksa bangun tidur walau mata berat untuk terbuka, ditambah dengan omelan Taeyong yang tiba-tiba, membuatnya semakin tak karuan.
"Saya sudah menelepon kamu berkali-kali. Kamu tidak juga mengangkatnya. Saat saya sudah di depan pintu pun, kamu masih tidak mendengar suara saya."
"Maaf." Dita mengusap-usap wajahnya yang masih kumal. Dia tadi bersih-bersih sekenanya. "Saya baru saja tidur jam sebelas, masih mengantuk," jelasnya, membuat alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RomanceCerita random dengan artis lokal dan inter sebagai penggambaran karakter.