29D. Berusaha

11 3 0
                                    

Dita dan Jungkook

Tiga minggu telah berlalu. Jungkook akan membawa Dita memeriksakan kehamilannya lagi.

Sebelum ke rumah sakit, Jungkook menghentikan kendaraannya di tukang martabak langganan. Dita sangat menyukai martabak manis, apalagi rasa keju. Sekotak martabak bisa membuat mood-nya kembali menjadi lebih baik.

Jungkook membantu Dita turun dari mobil. Kekasih hatinya ingin makan di tempat kali ini. Makanya Jungkook tidak membelikan makanan tersebut saat tadi pulang dari kantor.

"Bang, martabak keju, ya! Dua!" Jungkook memesan kepada si penjual.

"Kenapa dua?" protes Dita, "aku gak bisa habisin kalau sebanyak itu." Dia cemberut sembari menatap sang suami.

"Satu lagi buat di rumah." Jungkook tersenyum, mengelus lembut rambut hitam sang pujaan hati. Lalu tangan dia menuntunnya untuk duduk di kursi paling pojok.

"Enak?" tanya Jungkook ketika Dita sudah sibuk dengan martabak keju di tangannya.

"Enyak," Dita mengangguk-angguk, "bangwet."

Jungkook terkekeh melihatnya. "Bahagia?" tanyanya lagi.

"Bangwet," jawaban Dita membuat Jungkook semakin terkekeh.

"Pelan-pelan." Jungkook mengusap sudut bibir sang istri yang terdapat noda susu dan keju. Lalu menjilat jemarinya sendiri agar bersih.

"Ukhuk-ukhuk!!" Dita tersedak karena makanan berbahan dasar tepung tersebut tersangkut di tenggorokannya.

"Astagfirullah. Pelan-pelan aku bilang." Jungkook menepuk-nepuk pelan punggung Dita. Tangan yang lainnya bergerak cepat memberikan sebotol air mineral yang sudah dibeli sebelumnya.

"Hah! Lega ... hampir aja," gumam Dita sembari menyengir takut. Suaminya sudah melotot seperti singa galak yang siap menerkam mangsa.

"Jangan terburu-buru, Sayang." Jungkook menormalkan ekspresinya, dia kembali tersenyum. Lalu mengambilkan satu potong lagi untuk disodorkan pada sang istri. "Lagi pula, masih ada banyak di dalam kotak yang satunya."

Dita bernapas dengan lega. Dia kira, sang suami akan marah padanya. Syukurlah.

***

"Aku mau es krim," Dita berkata saat mereka baru saja memasuki mobil.

Jungkook mengernyit, "Jangan aneh-aneh." Tangannya sibuk memasang sabuk pengaman milik Dita, lalu miliknya sendiri.

"Tapi aku mau es krim," Dita berujar sambil cemberut.

"Tidak boleh," Jungkook berkata tegas. Dia mulai menghidupkan mesin mobilnya.

"Kenapa enggak?" protes Dita tidak terima.

Jungkook tak menjawab, lebih fokus menjalankan kendaraannya.

"Katanya apapun, cih!" cibir Dita dengan muka betenya.

"Tidak baik makan es krim sore-sore. Nanti kamu sakit. Batuk, pilek, tidak enak badan."

"Tapi 'kan es krim susu. Ini sehat. Isinya susu semua," protes Dita membuat alasan.

"Yang di mana?" tanya Jungkook akhirnya. Dia bingung, tidak tahu sama sekali ada tempat yang menjual es krim secara home made begitu. Murni buatan seseorang. Ia kira, sang istri akan meminta dibelikan es krim kemasan yang biasa ada di mini market.

"Di Warung Lantai Dua," ujar Dita enteng.

Jungkook menoleh kaget. Astagfirullah, di mana itu? dia bertanya-tanya di dalam hati. Seperti tidak asing, tapi di mana?

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang