21. Sugar Mommy

33 4 0
                                    

(Dita dan Jeno)
|
Hanya imajinasi manis seorang penulis.
@putriyusman
[*******]

"Mommy!"

Dita menghela napas jengkel kala Jeno memanggilnya dengan sebutan Mommy.

"Jeno, sudah berapa kali kubilang, jangan panggil aku Mommy! Aku kakakmu, bukan ibumu!" Dita sudah melotot kesal, tapi lelaki berkaus putih itu masih saja terkekeh-kekeh menyebalkan.

"Kamu sudah tua jadi pantas disebut Mommy."

Dita semakin membulatkan matanya. "Ish! Menyebalkan!" Gadis mungil tersebut melengos. Lebih baik menjauhi si adik daripada terjadi keributan.

"Mom, Bunda ke mana?"

Walaupun sudah duduk di sofa ruang keluarga, Dita masih dapat mendengar suara Jeno yang ada di dapur.

"Sudah pergi ke rumah Nenek."

"Ayah ke mana?"

"Ya sama. Kamu pikir Bunda naik sapu terbang ke rumah Nenek?" Dita memutar bola matanya, kesal sekali mendengar pertanyaan tak bermutu dari adiknya.

"Aku pikir Ayah pergi ke kantor," suara Jeno semakin terdengar seiring dengan langkah kakinya yang kian mendekat.

"Ini hari Minggu!" Dita menjawab ketus. "Sudahlah. Jangan bicara omong kosong."

"Padahal aku hanya bertanya," Jeno menggerutu pelan. Seakan merasa polos dan tak berdosa sama sekali.

[*******]

"Mom, Bunda dan Ayah meninggal."

Dita melemparkan pelototan tajam. "Jangan bercanda, Jeno!"

Gadis bermata besar tersebut sudah jengah dengan ulah Jeno. Si adik seringkali mengeluarkan candaan yang melewati batas.

"Aku tidak bercanda. Aku tidak akan bercanda masalah kematian. Terlebih lagi ini mengenai Ayah dan Bunda," Jeno berujar serius. Terlihat kesenduan di matanya. Bahkan sudah siap menumpahkan air mata.

"Jen? Kamu jangan bercanda?!" teriak Dita masih tak percaya.

"Ayah dan Bunda sudah meninggalkan kita, Mom." Jeno mendekati sang kakak. Belum sempat tangannya merengkuh, tubuh Dita sudah ambruk ke lantai.

"Ayah ... Bunda ...," ucapnya lirih. Air mata tak dapat dibendung lagi dari kelopak matanya.

Tak mau berkata-kata, Jeno ikut mendudukkan diri di lantai. Membawa Dita ke dalam dekapannya.

Maut memang tidak ada yang tahu. Baru pagi tadi ayah dan bunda berpamitan pada Dita. Malam ini dua sosok itu sudah tidak ada lagi di dunia.

Masih ingat jelas di mata Dita, lambaian tangan kedua orang yang sangat disayanginya. Begitu juga senyuman manis yang mereka lontarkan.

Sungguh, Dita tak pernah mengira itu adalah interaksi mereka yang terakhir kali. Ayah dan bundanya memang berpamitan untuk pergi. Tapi tak bilang akan pergi jauh. Jauh sekali sampai tak pernah bisa kembali.

Kedua orangtua Dita meninggal dengan tragis dalam sebuah kecelakaan. Saat di perjalanan pulang, mobil yang dikendarai mengalami kecelakaan beruntun. Terdapat banyak korban, tapi hanya Ayah dan Bunda Dita yang terenggut nyawanya.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang