18. Sisi Lain Mas Jungkook

33 4 0
                                    

[Mas Jungkook]
|
Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
{{{}}}


Namaku Yunima Winata, anak dari Bapak Winata dan Ibu Permata. Orang rumah memanggilku Yuyu. Kata temanku, Yuyu itu artinya kepiting-dalam Bahasa Bali.

Walaupun sedikit kaget dengan hal tersebut, aku tidak mempermasalahkannya.
Tetapi, aku selalu tidak terima jika dipanggil Yuyu ketika di sekolah. Menurutku itu aneh-apalagi setelah mengetahui artinya. Aku hanya merasa nyaman ketika orang rumah yang memanggilku begitu. Karena, aku rasa itu adalah panggilan sayang yang cukup membekas di ingatanku sejak kecil.

Aku memiliki satu kakak laki-laki. Dia orang Indonesia. Seratus persen orang Indonesia. Tapi, entah mengapa ibu menamainya dengan nama yang cukup aneh. Jungkook Winata. Terdengar seperti nama orang Korea. Apalagi jika mengingat sekarang sedang booming-booming-nya artis Korea yang sedang tur dunia itu. Namanya persis sama seperti kakakku.

Mas Jungkook memiliki mata yang bulat dan besar. Jika sedang kaget, terlihat matanya yang seperti akan meloncat keluar. Lucu sekali. Alisnya tebal, sama sepertiku. Bisa dibilang, dia termasuk ke dalam populasi cowok ganteng yang ada di Indonesia. Karena hal itulah banyak dari teman-temanku yang kecentilan minta dicomblangkan dengannya. Aduhh, aku sampai risih menghadapi mereka semua.

Setelah menyimpan piring yang sudah bersih kucuci, aku memilih menemui kakakku di kamarnya. Letaknya ada di lantai dua. Dekat kamarku di sebelah kanan.

Saat menginjakkan kaki di tangga terakhir, aku mendengar suara Mas Jungkook yang sangat heboh. Aku tidak heran dengan hal itu. Pasti dia sedang bermain game.

Pintu kamar kembali kututup ketika telah memasuki ruangan. Yang terlihat hanyalah kursi tinggi yang membelakangiku. Lalu pakaian yang berserakan di atas kasur-itu yang paling menarik perhatian.

"Mas, biasanya kalau nangis kayak gimana?" tanyaku pada Mas Jungkook. Kini aku telah berada di belakangnya. Sebenarnya, aku memang sengaja ke sini hanya unuk menanyakan hal itu.

"Ya ... biasa aja. Emangnya kenapa, sih? Perasaan sama aja kayak orang lain," jawab Mas Jungkook yang sedang sibuk bermain game. Dia sepertinya merasa aneh, kenapa adiknya tiba-tiba menanyakan hal seperti itu.

"Kata temen aku, 'Kakak kamu mah kalau nangis pasti masih bagus. Gak ada jelek-jeleknya. Soalnya dia, 'kan ganteng.' Masa kayak gitu ...," aku menirukan suara temanku yang terang-terangan memuji kakakku.

Mas Jungkook terdiam, lalu tak lama tertawa-tawa senang, "Bagus juga tuh cewek. Emang bener, 'kan, Mas ganteng? Terus kamu jawab apa?" dia malah bertanya padaku.

"Apaan! Ganteng darimana? Dia jelek banget kalau lagi nangis. Gak ada bagus-bagusnya sama sekali."

"Aku ngomong gitu."

Aku jujur saja mengenai responku saat itu. Dan sepertinya aku terlalu jujur. Karena, sedetik setelahnya Mas Jungkook langsung menghentikan kegiatan main game-nya. Memutar kursinya ke arahku.

"Ih, parah kamu! Mas-mu kok dijelek-jelekin, sih?!" kesal Mas Jungkook.

"Emang jelek, kok. Waktu itu, yang aku jatuh dari pohon, berdarah, 'kan tuh? Mas Jungkook nangis-nangis sambil bopong aku ke puskesmas. Jelek banget sumpah." Aku tak bisa menahan diriku akan tawa yang keluar begitu saja.

"Ya, itu, 'kan karena Mas sayang sama kamu. Udah gak peduli deh sama kondisi muka. Mas khawatir banget waktu itu," melas Mas Jungkook. Memilih berdiri dari kursi kesayangannya. Dan langsung memeluk aku yang langsung limbung ke belakang. Untung aja Mas Jungkook masih bisa menahan bobot tubuh kita berdua.

Mas Jungkook terus menggiring aku ke kasurnya sampai aku terjatuh ke sana. Masih dengan tubuh si mas yang memelukku. Dan tiba-tiba terdengar suara tangisan. Apa aku tidak salah dengar? Mas Jungkook menangis?
"Mas? Kenapa, sih? Kok jadi nangis kayak gini?" Aku tak bisa menggerakkan tangan dan kakiku. Mas Jungkook memelukku terlalu erat.

"Lagian kamu jahat. Mas saking sayangnya sama kamu sampai nangis kejer kayak begitu. Ehh, kamu malah ngeledekin muka Mas yang jelek waktu nangis."

"Yaa, 'kan aku bercanda, Mas."

Aku lupa, Mas Jungkook itu selalu sensitif jika mengenai wajahnya. Pasalnya, dia selalu membanggakan wajahnya yang di atas rata-rata itu. Jadi, sedikit saja dijelekkan, dia akan merasa tersinggung. Tapi, aku tidak menyangka jika sampai seperti ini.

Inilah salah satu kelemahan Mas Jungkook. Dia itu melow banget. Masa kayak gitu aja nangis? Cemen banget. Yah, itu pasti karena rasa sayang dia yang tak terbendung sama aku. Dan hal inilah yang sebenarnya jarang orang lain ketahui.

"Tapi emang jelek, sih," ucapku kemudian.

"A-Aww! Kok nyubit, sih?" Aku bahkan tidak bisa menggeliat saat Mas Jungkook mencubit gemas pinggangku. Cubitannya itu kecil, tapi nyelekit.

Lalu kejadian selanjutnya adalah ... serbuan ciuman dari Mas Jungkook di seluruh wajahku. "Makanya jangan jahat," seloroh Mas Jungkook di sela-sela ciumannya.

"Iya-iya, maafin aku. Aku nyerah, Mas ... aku nyerah ...."

{{{}}}
Jungkook Winata | Yunima Winata

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote dan comment!

Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan.
Kritik dan saran akan sangat membantu.
Feedback mengikuti.
Terima kasih.

Putri Kemala Devi Yusman
18:53
060621

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang