25D. Maid

7 2 0
                                    

Dua hari berlalu setelah insiden berkas merah. Taeyong merasa Dita sedikit berubah. Perempuan itu memang selalu menjalankan perintahnya. Tapi terlalu patuh. Tak seperti biasanya.

Kini, jika disuruh ini-itu, Dita langsung melakukannya, tanpa sebuah bantahan. Tak ada lagi debat mendebat yang membuat Taeyong naik darah sekaligus gemas.

Dita juga tidak merajuk apalagi marah setelah kejadian itu. Dita bersikap seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya.

Yang Taeyong dapati kini hanya Dita Si Pelayan, yang bergerak bagaikan robot tak memiliki nyawa dan perasaan. Tak ada emosi yang kunjung diperlihatkannya. Dia terlalu datar. Dan Taeyong menjadi frustrasi dibuatnya.

Maka dari itu, hari ini Taeyong akan membawa Dita ikut serta bersamanya. Melakukan sebuah perjalanan bisnis. Dia tak mau mengambil resiko berada terlalu jauh dari perempuan tersebut. Terlebih keadaan sedang tak baik-baik saja. Dia bisa gila nantinya.

"Dita, bereskan pakaianmu. Saya ada pekerjaan di Hawaii. Kamu harus ikut bersama saya."

"Iya, Tuan."

See! Semudah itu? Tanpa ada sebuah pertanyaan. Atau kalimat yang menunjukkan sebuah keberatan.

"Setelah itu, bantu saya membereskan pakaian," ucap Taeyong kemudian.

Dita hanya mengangguk. Lalu beranjak dari hadapannya. Lagi-lagi Taeyong merasakan kejanggalan. Ini terlalu patuh. Pelayan manisnya bereaksi tak seperti seharusnya.

Beberapa jam berlalu, mereka akhirnya sampai di sebuah penginapan tepi pantai. Taeyong sengaja memesan yang seperti rumah, agar fasilitasnya lengkap.

Terdapat tiga kamar di dalamnya. Ruang tamu dan ruang keluarga berada di satu tempat. Sedangkan di bagian belakang tersedia dapur mini dan dua kamar mandi yang melengkapi.

Jangan lupakan private pool yang menghadap langsung ke arah laut. Tepat di halaman belakang penginapan.

"Jangan kemana-mana. Saya dan Jungwoo pergi menemui rekan kerja dulu." Taeyong merujuk pada lelaki yang berstatus sebagai sekretarisnya yang ikut serta.

"Iya." Dita mengangguk patuh. Seperti anjing penurut.

"Jangan keluar penginapan. Tunggu saja di dalam."

"Iya, Tuan." Lagi-lagi Dita hanya menjawab singkat. Tanpa protes ataupun kata lainnya.

Taeyong menggeram tertahan. Merasa kesal dengan reaksi yang diberikan pelayannya.

Lelaki bernama Jungwoo yang berdiri di sebelahnya menatap heran. Sudah beberapa menit berlalu tapi Taeyong masih saja diam di tempat.

"Maaf, Tuan. Lebih baik kita sekarang berangkat," ujarnya mengingatkan.

"I-iya. Ayo." Taeyong menoleh sekilas pada Jungwoo. Lalu fokus kembali pada Dita. "Saya berangkat," ujarnya pamit.

"Iya, Tuan."

Ck! Taeyong berdecak dalam hati. Bukan itu yang dia inginkan.

"Ya sudah. Masuklah. Biar saya kunci dari luar." Dia sengaja memancing. Apakah kailnya akan menimbulkan riak kecil, atau mungkin ombak besar?

Dita mengangguk. Menutup pintunya begitu saja. Lalu membiarkan Taeyong melakukan sesuai ucapannya.

"Pak, apa ini tidak berlebihan?" Jungwoo merasa khawatir.

"Ck, saya juga tidak sungguhan," ringis Taeyong pelan. "Tapi ... karena dia tidak keberatan, saya akan melakukannya."

Jungwoo hanya bisa geleng-geleng kepala. Tak mengerti dengan jalan pikiran atasannya.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang