25F. Maid

10 1 0
                                    

Sepulang dari Hawaii, Taeyong jadi uring-uringan. Dia lebih sering marah. Memerintah seenaknya, tanpa peduli perasaan para pekerja.

Sudah beberapa hari ini dia tidak ingin diantar-jemput oleh Mark. Dia akan mengendarai mobil mewahnya sendiri kemana pun dia pergi.

Penampilan Taeyong berantakan. Semakin tak karuan ketika ada masalah yang terjadi di kantor. Dia selalu pergi pagi pulang malam. Keadaannya semakin tak bisa dikatakan baik.

Puncaknya hari ini. Taeyong pulang dalam keadaan mabuk berat.

"Dita! Buka!" Taeyong terus berteriak-teriak, seiring dengan ketukan di pintu yang semakin keras. Diselingi pula oleh suara bel yang terus ditekannya.

"Iya. Sebentar!" Dita setengah berlari dari arah dapur. Beruntungnya dia belum tidur. Jika sudah, entah sampai kapan si majikan akan menggedor-gedor pintu dengan brutal.

Semua pekerja sudah tidur. Bagaimana tidak, saat ini sudah hampir tengah malam. Hanya Dita yang masih terjaga karena memang tak bisa tidur.

"Buka!" suara Taeyong kembali terdengar.

"Sabar. Ya Allah." Dita membuka selot pintu, setelah memutar arah kunci. Pintu langsung terbuka karena dorongan dari luar.

"Astagfirullah. Tuan ... ada apa?" Dita melotot kaget ketika mendapati Taeyong yang acak-acakan.

Jas yang tersampir di bahu. Dasi yang sudah terlepas, hanya tergantung di area leher. Kemeja keluar dari celana. Muka lecek, rambutnya pun tak serapi tadi.

Terlebih ketika bau alkohol yang menyengat keluar dari mulutnya. Ugh. Dita langsung pening dibuatnya.

"Dita!" Taeyong langsung ambruk menubruk tubuh mungil Dita. Beruntungnya, dia sigap menahan bobot tubuh mereka agar tak terjengkang ke belakang.

"Astagfirullah. Aku baru tahu kamu suka mabuk-mabukan begini, Tae." Dita menggeret Taeyong dengan susah payah ke dalam kamarnya. Dan semakin susah ketika Taeyong tak mau diam sambil berceloteh ngawur.

Dijatuhkan tubuh yang besar dan berat tersebut ke atas kasur. Setelah melepas sepatu, mengambil jas, juga menarik dasi yang seakan melilit lehernya, Dita bangkit menjauhi si majikan.

Namun belum sempat kakinya menapak lantai, tubuh Dita malah terjengkang ke belakang. Taeyong menariknya tangannya dengan kasar. Alhasil, Dita berada di atas Taeyong dengan punggung yang mendarat di dadanya.

"Dita," Taeyong berucap lirih. Sebelah tangannya memeluk perut Dita yang tersingkap. Satunya lagi bertengger di pinggang Dita.

Napas hangat Taeyong menerpa kulit leher Dita. Membuatnya kesulitan mencerna situasi.

Semuanya terlalu cepat. Belum juga bereaksi, Taeyong sudah membalikkan tubuh mereka. Kini, posisi Dita yang ada di bawahnya.

Taeyong melantur tak jelas, sebelum mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti Dita, "Aku lebih jago dari dia. Jika kamu suka yang seperti ini, aku akan melakukannya."

"Taeyong! Apa yang," Dita melotot marah. "Taeyong! Berhenti!" Dita mendorong kepala Taeyong yang berusaha mendekatkan wajahnya.

"Taeyong! Emm," Dita menendang. Tangannya mendorong-dorong tubuh lelaki tersebut.

Namun kekuatan tubuh Taeyong yang besar membuat pergerakan Dita sia-sia. Taeyong berhasil mencium bibirnya. Menginvasi mulutnya dengan ganas.

"Taeyong!" Dita berteriak. Ketika Taeyong menjeda ciumannya.

Namun seperti sedang dirasuki setan, Taeyong kembali menciumnya. Dengan kasar dan tak beraturan. Sampai membuat Dita sesak napas.

Air mata sudah tak bisa dibendung lagi. Mengalir membasahi pipinya. Dita menangis. Terlebih ketika Taeyong lebih menekan tubuhnya.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang