Dita sebagai Nazmi
Taehyung sebagai Malik
Jungkook sebagai Jaka
Seokjin sebagai Seokjin
Hoseok sebagai Ilham
Yoongi sebagai Suga
Namjoon sebagai Juni
Jimin sebagai Imin
|
Cerita ini hanya fiksi belaka.
Tidak ada hubungan dengan orang, tempat atau kejadian tertentu.
Jika ada kesamaan tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.[*****]
"Papiihh!" Nazmi menuruni tangga sambil menguap. Dia berjalan sempoyongan karena masih belum sadar sepenuhnya.
"Mam-" Gadis berambut ikal tersebut menghentikan langkahnya. Kembali menelan suaranya yang sudah di ujung tenggorokan.
"Si-siapa kalian?!" tanya Nazmi khawatir. Dia kaget saat melihat di ujung tangga sudah ada tujuh orang laki-laki berjajar rapi. Seakan siap untuk menyambut kedatangannya yang masih ileran.
"Nona Nazmi." Salah satu laki-laki maju selangkah, lalu membungkukkan badannya. "Perkenalkan nama saya Malik. Saya bodyguard yang dipilih khusus oleh Tuan Aditya untuk melayani Nona." Dia tersenyum penuh pesona setelah menegakkan kepalanya.
Nazmi yang melihat itu merasa aneh. Seperti pernah melihat senyum kotak yang khas itu. Tanpa sadar tangannya mengelap sudut bibir yang terasa basah. Sisa-sisa mimpi indah sepertinya masih menempel di wajahnya.
"Maaf. Saya ralat." Seorang laki-laki bertubuh lebih tinggi melangkah dari sebelah kiri. "Mungkin maksud Malik, kami bertujuh adalah bodyguard yang dipilih secara khusus oleh Tuan Aditya untuk menjaga dan melayani nona." Dia juga membungkukkan badannya.
"Tunggu-tunggu! Ma-maksudnya ... mulai sekarang aku dijagain bodyguard gitu?" tanya Nazmi tak percaya. Kejadian sepuluh tahun lalu terulang kembali.
"Iya." Jawab bodyguard berbadan tinggi yang tadi. "Perkenalkan nama saya Juni."
"Enggak. Ini gak mungkin." Nazmi menggelengkan kepalanya. "Mamih ke mana? Mamih sama Papih ke mana?!" tanya gadis itu berulang. Nazmi telah sadar sepenuhnya. Dia mengusap wajah kasar, berusaha mengambil kewarasannya.
"Nyonya Puspa dan Tuan Aditya sudah pulang pagi tadi." Kali ini bodyguard berbahu lebar yang menjawab.
Nazmi tak mau mendengar penjelasan lebih lama. Dia berjalan menuruni tangga dengan tergesa. Melewati ruang keluarga dan ruang makan. Ini pasti bohong. Mamih pasti ngumpet, nih.
Gadis berambut panjang itu mengikat rambutnya asal. Lalu mendorong pintu hitam besar yang ada di hadapannya.
Kosong? Tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Nazmi beralih ke kamar yang berada di dekat dapur. Tidak ada. Papih dan mamihnya benar-benar tidak ada di rumah.
"Nyonya dan Tuan sudah pulang jam tiga pagi, Non," bodyguard bermata sipit dan berkulit putih itu mengulang kembali apa yang diucapkan temannya.
Nazmi mengangguk. Dia baru percaya setelah melihat halaman rumahnya kosong. Tak ada lagi mobil putih yang semalam masih terparkir di depan sana.
Mamih dan papihnya telah tega meninggalkan Nazmi di tengah hutan. Jauh dari keramaian dan kesenangan pusat kota. Ingin rasanya gadis itu menangis sejadi-jadinya. Tapi buru-buru sadar jika dirinya tidak hanya sendiri. Ada ketujuh bodygurad yang sedari tadi mengikuti di belakang.
Perempuan berkaus putih tersebut memundurkan tubuhnya. Lalu duduk di sofa putih ruang tamu. Ketujuh bodyguard mengikuti pergerakannya. Namun berakhir mematung di depan Nazmi. Mereka tidak berani jika harus duduk di dekat nona muda.
"Halo? Piihh, gimana sih kok ninggalin aku di sinii?!" rengek Nazmi seperti anak kecil. "Tega banget, ahh. Ini tuh hutan, Piihhh. Aku takuutt."
"Jangan manja. Kamu tuh ya, katanya mau liburan. Ya udah, itu liburan. Kamu bisa liburan sepuasnya di sana," jawab Aditya dari seberang telepon. "Eh, enggak deh. Sebulan. Papih kasih kamu waktu sebulan buat kamu belajar di sana. Tenang aja, ketujuh bodyguard itu udah papih seleksi. Mereka bisa melakukan apapun untuk kamu."
"Piihhh," rengek Nazmi tak bisa berkata-kata. Dia sudah siap mnegeluarkan air matanya.
"Udah ya. Papih mau meeting dulu. Daahh!" Lalu sambungan telepon terputus. Tanpa mau menunggu rengekan Nazmi selanjutnya.
"Piihhh. Papiihhh!" tangis Nazmi pecah seketika. Dia tak bisa lagi menahan rasa sedihnya.
Ketujuh bodyguard di hadapannya saling pandang. Bingung apa yang harus dilakukan. Walaupun mereka sudah tahu nona mudanya kekanak-kanakan, tapi tidak menyangka jika memang separah itu.
"Nona, tidak perlu menangis. Anda sudah besar. Masih banyak yang bisa dilakukan daripada bersedih seperti ini," bodyguard bermata sipit di hadapan Nazmi menasihati.
Lalu satu bodyguard lain mendekati Nazmi, memberikan sehelai tisu padanya. Yang kali ini bertubuh pendek. Bisa dipastikan tingginya tak jauh berbeda dengan Nazmi.
"Makasih." Gadis itu menerima uluran tisu. Perlahan-lahan berusaha menghentikan tangisnya.
Nazmi mengeluarkan semua ingus yang menghambat pernapasannya. Sampai-sampai tisu yang dia gunakan penuh setiap sisi.
Bodyguard mendekatinya, memberi tisu lagi kepadanya. Dua. Tiga. Dan berakhir lima tisu yang digunakan untuk membersihkan seluruh ingusnya.
"Sudah Nona, jangan menggunakan tisu terlalu banyak. Lebih baik Nona Nazmi ke kamar kecil. Membasuhnya menggunakan air," bodyguard bermata sipit kembali bersuara. Perkataannya entah kenapa seakan memerintah. Dan entah kenapa juga Nazmi langsung mau menurutinya.
Dia bangun dari duduknya. Lalu berjalan ke kamar mandi di dekat dapur. Diikuti keenam bodyguard di belakangnya. Sedangkan satu bodyguard segera sibuk memunguti tisu-tisu kotor yang berjatuhan di dekat sofa.
[*****]
Penasaran kelanjutannya?
|
Kalau ada typo atau kesalahan lainnya, kasih tahu yaa..
|
Vote-nya sayanggg.
Comment. Share. Follow. Reading list. Library.Sudah?
Terima kasih.260821
Putri Kemala Devi Yusman
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RomanceCerita random dengan artis lokal dan inter sebagai penggambaran karakter.