29M. Berusaha

9 2 0
                                    

Kejar target seribu sehari.

***

"Ayo, bangun pelan-pelan. Hati-hati, licin." Jungkook membantu tubuh sang istri untuk bangkit dari kursi.

"Pegang bahuku." Handuk besar direntangkan di hadapan Dita.

"Baju kamu basah, Jung." Dita meremat bahu sang suami yang basah.

"Tidak apa-apa. Setelah ini aku juga mandi." Jungkook melingkupi tubuh sang istri dengan handuk besar miliknya.

"Kalau gitu aku pakai baju sendiri aja. Kamu mandi sekarang, takutnya masuk angin." Dita melangkah keluar dari area shower, namun Jungkook tetap membantunya dari belakang.

"Aku akan bantu kamu berpakaian dulu," Jungkook tetap pada pendiriannya.

"Tapi itu netes airnya, nanti ngebasahin lantai kamar." Dita melirik baju dan celana pendek sang suami yang terus meneteskan air.

Jungkook melihat arah pandang Dita. Iya juga.

"Eh-eh-eh!??" Dita terkaget-kaget dengan tindakan Jungkook selanjutnya. "Kenapa dibukaa??!!"

"Basah," ucap Jungkook santai. Dia membuka celana pendek setelah meletakkan bajunya di lantai.

"Eh-eh-eh?!!" Dita semakin gelagapan, "kenapa dibuka juga itunyaa?!!" Dia refleks menutup matanya.

"Kenapa heboh begitu?" tanya Jungkook sembari melepaskan dalamannya. "Kamu sudah biasa melihatnya, Sayang."

Pria yang sudah telanjang itu mengambil handuk dari gantungan. "Aku sudah memakai handuk, Sayang," bohongnya.

Dita menurunkan telapak tangan, lalu menengok ke kanan ke kiri karena tak menemukan sang suami di hadapannya. "Ihh, beluumm!" Dia refleks menutup matanya kembali.

Jungkook tertawa seketika saat mendapati respon berlebihan dari sang istri. "Kamu seperti perawan saja."

Lah, iya juga. Dita jadi bergelut dengan pikirannya. Dia dan Jungkook sudah beberapa kali melakukan hubungan intim, lalu kenapa dirinya masih saja tak biasa melihat tubuh telanjang sang suami?!

"Sudah," Jungkook kini tak berbohong. "Ayo, kamu harus segera berpakaian."

Dita membuka matanya, lalu melirik pada tubuh kekar sang suami yang sudah dibalut handuk sebatas pinggang ke bawah.

"Melihat apaa?" ledek Jungkook sembari tersenyum tipis. Dia menuntun tubuh sang istri untuk keluar dari kamar mandi.

"Pakai yang mana yaa." Jungkook memilah-milah pakaian manis yang ada di lemari Dita.

"Yang ini saja. Sekarang udaranya akan lebih dingin."

Kali ini Jungkook memilih rok terusan berlengan panjang.

"Bra sama celana dalamnya aja belum." Dita menduduki sebuah kursi yang ada di ruang khusus pakaian. Sang suami tak membiarkannya memilih sendiri. Jadi dia harus menunggu.

"Sabar. Ini juga mau dipilihkan," Jungkook tertawa pelan. Dia beralih ke laci tempat menyimpan pakaian dalam.

Pilihannya tertuju pada sebuah celana dalam berenda yang cukup gemas. Karena hamil, kini ukuran sang istri bertambah berkali-kali lipat.

Sedangkan bra-nya dia memilih yang berbusa tipis dan tanpa kawat. Kedua dalaman tersebut sama-sama berwarna hitam, tentu saja warna kesukaan Jungkook.

"Ayo, Sayang, pakai bajunya."

Dita bangkit dari kursi, lalu menghampiri sang suami yang sudah siap dengan pakaian yang dia pilih.

Handuk besar berwarna hitam tersebut dibuka Jungkook, menampilkan tubuh seksi Dita yang sudah tak basah lagi.

"Angkat kakinya," Jungkook merunduk untuk memasukkan lubang celana dalam ke setiap kaki sang istri.

Dita berpegangan ke bahu Jungkook, melihat sang suami yang ada di bawah walau sedikit terhalang perut bulatnya.

Setelah terpasang sempurna di bokong cantik istrinya, Jungkook kembali berdiri. Dia juga sempat mencuri satu kecupan di perut indah sang istri.

"Bra-nya sesek, jangan yang paling kecil," pinta Dita saat Jungkook akan memasangkan penopang bulat di dadanya.

"Segini cukup?" tanya Jungkook ketika melingkarkan benda tersebut di tubuh sang istri dari depan.

"Enggak, jangan yang itu, yang akhir aja." Dita lebih memilih kaitan bra yang paling longgar.

Sebenarnya dia sudah tak nyaman memakai bra, rasa-rasanya tak bisa bernapas dengan lega. Tapi mau bagaimana lagi, banyak pria juga yang bekerja di rumahnya, jadi dia harus menggunakan penutup tersebut.

"Setelah ini kamu jangan ke mana-mana, diam di kamar saja." Jungkook memasukkan kain lembut melewati kepala Dita. Lalu mengangkat tangannya agar bisa masuk ke dalam salah satu lubang. Dan melakukan hal sama untuk lubang tangan yang satunya.

"Tapi aku bosen di kamar terus. Udah berhari-hari gak pernah turun lagi ke bawah," Dita cemberut. Wajah memelas dia tampilkan agar sang suami luluh.

"Kamu harus banyak istirahat, Sayang. Tidak perlu melakukan apapun." Setelah merapikan rok panjang Dita, Jungkook menuntun sang istri keluar dari ruang pakaian.

"Aku sehat, Jung, enggak sakit," protes Dita tidak terima.

"Kamu hamil, Sayang. Ada nyawa lain di perutmu." Jungkook merebahkan tubuh Dita di atas kasur. "Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada kalian."

Dia ingat betul kejadian dua hari yang lalu, saat itu Dita terjatuh dari kursi tinggi yang ada di dapur. Beruntung salah satu bodyguard datang tepat waktu untuk menyelamatkannya. Jika tidak, Jungkook tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Dan satu kelalaian lagi Dita lakukan saat jelas-jelas sudah dilarang Jungkook agar tidak turun ke bawah. Dia hampir saja terpeleset ketika berjalan menuruni tangga.

Jungkook memarahi Dita habis-habisan saat itu juga. Dita harusnya kapok dan tidak berulah lagi.

"Menurut ya," ujar Jungkook pelan. Dia mengecup kening sang istri sebelum melesat kembali ke kamar mandi.

***

Tiga hari lagi kandungan Dita sudah memasuki tiga puluh enam minggu, kondisi tubuhnya memang tidak sebugar empat hari yang lalu. Dia lebih sering mengeluhkan lelah, kakinya sudah tak sanggup jika harus berjalan jauh.

Namun begitu, Dita bukanlah orang yang betah berlama-lama di tempat tidur. Dia sungguh merasa bosan sedari kemarin hanya di dalam kamar dan tak melakukan apa-apa.

Semenjak dua kejadian yang menghebohkan itu, Jungkook benar-benar melarang Dita turun ke bawah. Bahkan makan pun dilakukan di dalam kamar.

Jungkook selalu menyempatkan diri makan bersama saat sarapan dan juga menyuapinya.

Dita menghela napas lega, "Akhirnya Suamiku yang bawel pergi juga."

Terlihat di bawah sana mobil sang suami sudah melaju meninggalkan kawasan rumah.

"Udah lama aku gak ke taman, kayaknya di sana bakalan adem." Dita mengingat tempat favoritnya yang berada di halaman belakang. Bunga-bunga bermekaran menambah indah taman mini tersebut.

"Aihh, kamu juga mau ke sana kann?" Bisa dirasakan tendangan kecil dari dalam perutnya. "Sabar ya, Sayang, Mama akan membawamu ke sana."

Dita berjalan dengan hati-hati keluar dari kamar. Dia kini tak bisa pecicilan lagi, kondisi tubuhnya tak memungkinkan.

"Nyonya, anda mau ke mana?" tanya salah satu pelayan bertubuh pendek.

Terdapat dua pelayan yang berjaga di lantai dua agar mudah membantu kebutuhan Dita.

"Aku mau jalan-jalan aja. Bosen di kamar terus."

"Apa nyonya mau saya ambilkan buku di perpustakaan?" pelayan yang satunya menimpali.

"Enggak. Aku udah bosen baca buku terus." Dita melanjutkan langkahnya.

"Lalu nyonya mau ke mana?"

***

181023
Putri Kemala Devi Yusman

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang