29A. Berusaha

13 2 2
                                    

Dita dan Jungkook

Hari ini Jungkook pulang lebih awal dari biasanya. Waktu bahkan belum menunjukkan pukul lima sore.

Dia menanyakan pada para bodyguard sang istri berada di mana. Mereka kompak menjawab sang nyonya rumah sedang berada di dalam kamar. Bahkan sedari pagi tidak terlihat keluar dari sana.

Namun para pelayan tetap memberikan makan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Aura dari si nyonya rumah lebih menyeramkan dari biasanya. Pelayan tak berani bertanya dan keluar dari sana secepatnya.

Jungkook buru-buru memasuki kamar. Dia mendapati Dita sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.

"Sayang, aku pulang." Jungkook menghampiri kekasih hatinya.

"Sayang," panggilnya lembut.

Dita hanya mendelik pada sang suami. Tak menghiraukan tangan kekar tersebut yang sudah terulur di depan mata.

Jungkook tersenyum. "Suami kamu pulang. Salim dan kecup tangannya." Dia mengarahkan Dita untuk menuruti apa yang terucap dari bibirnya.

Setelah itu, lelaki tersebut ingin mencium pipi sang istri. Namun, Dita malah sengaja memalingkan wajah. Alhasil, Jungkook hanya mencium pelipisnya.

Setiap hari, sebelum berangkat ke kantor dan ketika pulang dari kantor, Jungkook selalu membiasakan Dita melakukan kegiatan tersebut. Maksudnya, agar sang istri terbiasa dan punya kesadaran tersendiri di kemudian hari.

Karena Jungkook yakin, lambat laun Dita akan menerima dia sepenuhnya, sebagai seorang suami, teman hidup yang akan selalu bersama hingga akhir hayat memisahkan.

"Ada apa?" tanya Jungkook heran. Ketika mendapati ekspresi Dita tidak mengenakkan.

Walaupun biasanya juga seperti itu, tapi kali ini lebih parah lagi. Seperti ada sesuatu yang membuat hatinya dongkol berkali-kali lipat.

Dita menatap mata Jungkook, lalu menatap ke arah sesuatu yang ada di atas nakas.

"Apa itu?" Jungkook menghampirinya.

"Ya Allah." Lelaki tersebut membulatkan matanya. Takjub dengan apa yang dia lihat.

"Sayang." Jungkook menoleh sekilas pada Dita. "Alhamdulillah, Sayang. Akhirnya," dia berujar gembira. Hatinya berbunga-bunga. Senang bukan kepalang. Bahkan kedua matanya sampai berkaca-kaca.

Ya Allah, terima kasih. Engkau telah mengabulkan doa hamba, ujarnya dalam hati.

Jungkook mengambil benda persegi panjang berbentuk pipih yang ternyata adalah sebuah testpack. Ada garis dua yang tertera di tengahnya.

"Ya Allah ... Alhamdulillah. Alhamdulillah," Jungkook mengucapkan syukur berulang-ulang.

Diciuminya benda pembawa kebahagiaan tersebut. Tak peduli jika nyatanya bekas dicelupkan ke dalam wadah berisi air seni Dita.

"Ini 'kan yang kamu mau?" tanya Dita dengan sinis. Dia tak merasa bahagia sama sekali.

Seminggu sudah berlalu dari terakhir kali mereka melakukan hubungan suami istri. Dita merasa bebas dan cukup tenang.

Namun pagi ini, dia mendapati dirinya hamil. Kenyataan itu bagaikan guntur yang membuat setiap sarafnya berhenti. Dia seperti orang bloon yang tidak tahu harus melakukan apa.

Hatinya masih sangat menyukai Taehyung. Dan pikirannya masih sibuk dengan sosok Taehyung.

Dita benci Jungkook. Dita sangat membenci lelaki yang berstatus sebagai suaminya.

"Kenapa?" Jungkook bertanya lirih. "Aku tahu kamu tidak menyukaiku."

"Tapi ... apa kamu tidak suka dengan kehadiran seseorang yang ada di dalam perutmu?" Jungkook berjongkok, mengusap perut Dita dari atas dress lembutnya.

Jungkook yakin setiap wanita pasti senang ketika mendapati dirinya hamil. Terlepas dari hubungan dia dengan si ayah bayi.

Menurut cerita beberapa orang, ada perasaan bahagia tersendiri yang dialami seorang ibu ketika sedang mengandung. Perasaan tersebut sangat berbeda dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Jungkook juga yakin Dita merasakan itu. Seharusnya. Jika tidak, dia pasti sedang berusaha menyangkal perasaan itu mati-matian.

Dita hanya akan menyiksa dirinya sendiri. Jungkook tidak akan membiarkan sang istri melakukan suatu hal yang gegabah.

"Jangan bilang ... kamu menginginkan hamil anak Taehyung?!" Jungkook bertanya tak percaya. Ada kesakitan teramat dalam yang terpancar di dalam matanya saat menatap mata sang istri.

Setelah beberapa saat terdiam, Dita akhirnya menjawab, "Kalau iya kenapa? Seenggaknya itu dulu, waktu aku masih sama Taehyung."

"Jelas aku kecewa," lanjutnya pelan.

Jungkook terpaku di tempatnya. Dia kesakitan. Bukan luka fisik, tapi luka batin yang sangat perih. Seperti ada sesuatu yang patah di bagian sudut hatinya.

Walaupun dia sudah mengira akan hal itu, tapi terasa sangat sakit ketika mendengarnya langsung dari mulut Dita.

Jungkook menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha menahan diri agar tak terlihat kacau. Pelan-pelan bangkit dari posisi jongkoknya. "Kamu harus bersyukur saat ini aku sedang merasa senang. Aku tidak akan menghukummu."

Jungkook berlalu ke arah kamar mandi seraya berkata, "Bersiaplah. Kita akan pergi ke dokter." Nada suaranya pelan, namun ada ketegasan di dalamnya.

***

290423
Putri Kemala Devi Yusman

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang