Seribu sehari.
***
"Sayang, jangan menangis. Aku sudah berangkat. Kita bertemu di sana ya."
"Jungkook ...," Dita berujar lemas. Dia memegang perutnya yang semakin terasa sakit.
"Tuan, Nyonya Dita tetap ingin pergi bersama Tuan," bodyguard senior mengambil alih. Menyampaikan maksud sang nyonya yang sudah tak berdaya.
"Pak, itu Dita sudah sangat kesakitan, bawa ke rumah sakit sekarang juga!" perintahnya tegas.
"Tapi, Tuan-"
"Paksa saja. Tidak usah terlalu dituruti kekeraskepalaannya. Akan lama jika kalian menungguku di rumah!" Jungkook meninggikan nada suaranya. "Kita bertemu di rumah sakit saja."
"Tuan, tapi ... Nyonya-"
Suara kesakitan Dita kembali terdengar dan hanya nama Jungkook yang digumamkan dengan keadaan tak berdaya.
"Saya yang memberi perintah. Angkat tubuh Dita ke dalam mobil dan bawa ke rumah sakit sekarang juga!!" Jungkook menggeram di seberang sana.
Entah kenapa para pekerjanya jadi lebih perasa sekarang. Justru jika menuruti keinginan hati, Dita bisa terancam dalam bahaya.
"I-iya, Tuan."
Lalu suara panggilan terputus sepihak dari sana mengakhiri percakapan mereka.
"Jung-kook," Dita semakin berurai air mata. Saat ini yang dibutuhkannya hanya Jungkook. Hanya dekapan Jungkook yang bisa membuat dia menjadi lebih tenang.
"Nyonya, jangan menangis. Kita ke rumah sakit sekarang ya." Bodyguard senior dibantu bodyguard yang lainnya memindahkan Dita ke dalam mobil dengan hati-hati.
Mobil melaju dengan cepat, namun tetap penuh perhitungan. Keluar dari halaman rumah Jungkook yang begitu luas.
Terdapat dua mobil mengiringi di belakang. Diisi oleh beberapa pelayan dan juga bodyguard.
Beberapa menit mobil melaju dengan keadaan panik di dalamnya. Dita masih saja menangis sambil mengeluhkan sakit yang tak kunjung reda. Syukurnya di persimpangan mereka bertemu dengan Jungkook.
"Itu Tuan Jungkook, Pak. Berhenti saja di depan," bodyguard senior meminta rekannya untuk menghentikan mobil.
Setelah mobil berhenti di bahu jalan, tak perlu diperintah lagi dua mobil lainnya juga ikut berhenti di belakang.
Mobil Jungkook berhenti di depan mereka. Lelaki dengan jas yang sudah terlepas dan kemeja yang sudah tak karuan turun dari sana.
"Kalian pindah ke mobil depan!" perintah Jungkook setelah sampai di samping pintu mobil yang terbuka.
"Baik, Tuan." Kedua pelayan bergegas turun dan memghampiri mobil di depan sana.
"Sayang." Jungkook meraih sang istri ke dalam dekapannya.
"Jung-"
"Sstt, jangan menangis," Jungkook menenangkan sembari mengelus surai panjang kekasih hatinya.
Sementara mobil telah kembali melaju dengan kecepatan yang cukup cepat.
"Sakiitt," ringis Dita dengan tubuh yang semakin tak berdaya.
"Sabar, Sayang. Tenang ya, ada aku di sini." Jungkook mengelus perut Dita seraya menciumi keningnya yang dibasahi keringat.
"Jung," Dita semakin menangis seiring ringisan yang mengalun dari bibirnya.
"Sstt, sstt, jangan menangis." Jungkook membantu Dita minum dengan sedotan sedikit demi sedikit.
"Bayi kita sudah tak sabar ingin keluar. Aku yakin kamu kuat, Sayang. Kamu Ibu yang hebat," Jungkook berucap lirih. "Aku di sini, tenanglah, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RomanceCerita random dengan artis lokal dan inter sebagai penggambaran karakter.