25H. Maid

5 1 0
                                    

"Eyy, jangan tidur!"

Aku mengerjap, kala suara Taeyong mengagetkanku. Padahal baru saja mau masuk ke alam mimpi.

"Ngantuk," rengekku pelan. Semakin menyamankan diri di dada Taeyong.

"Jangan tidur dulu. Makan dulu, ya?" Taeyong menahan wajahku agar menjauhi dadanya.

"Ngantuk berat," aku menggeleng. Berusaha ingin kembali mendekatkan diri. Namun tangan Taeyong masih saja di posisinya. Membuatku tak bisa bergerak.

"Semalam kamu tidak tidur?" tanyanya khawatir.

"Tidak, hanya sebentar."

Taeyong mengusap area bawah mataku. Haduhh, pasti ada noda hitam di sana. Wajahku juga kusam sekali sepertinya.

"Semalam kamu menangis? Pasti karenaku."

Aku hanya mengangguk. Menikmati elusan lembutnya di pipi dan sebagian wajahku.

"Maaf," lirih Taeyong berucap.

Aku membuka mata. Menatap langsung pada mata legamnya. "Jangan diulangi."

"Tidak akan." Taeyong memberi ketegasan dalam nada suaranya.

"Aku takut sekali saat itu. Kamu ... Kamu berbeda dari biasanya." Aku menggerakkan kepalaku. Tak mau terlalu menatap matanya. "Kamu kasar dan tak bisa dikendalikan, seperti binatang buas."

Berusaha kujauhkan tangannya dari wajah. Namun Taeyong lagi-lagi tak mau begerak dari posisinya.

"Maaf."

Taeyong mengelus dengan penuh kelembutan. Membuatku menahan napas dan kembali merapatkan kelopak mata.

"Jangan menangis."

Jemari Taeyong mengusap setitik air mata yang keluar tanpa kusadari.

"Sudah. Jangan seperti ini." Taeyong membawaku kembali ke dalam rengkuhannya. "Sayang."

"Aku takut," aku berucap pelan. Sangat pelan bahkan sampai tak terdengar jika saja Taeyong tak memiliki telinga yang sensitif.

"Iya. Aku memang lelaki berengsek. Aku binatang buas."

Ada keheningan yang terjadi selama beberapa saat di antara kami. Aku dengan rasa tak menentu ini. Dan Taeyong dengan pikirannya yang entah apa.

"Aku akan mempersuntingmu."

Aku mendongak. Sedikit menjauhkan diri darinya. "Jangan terburu-buru," ujarku pelan.

"Tidak. Ini memang sudah seharusnya langkah yang aku ambil."

Aku benar-benar menjauhkan tubuhku dari tubuh kekarnya. "Kenapa?"

"Aku binatang buas, Dita."

"Kamu manusia."

"Iya. Aku manusia." Taeyong mengusap kasar wajahnya. "Justru itu, aku hanya manusia biasa. Aku punya nafsu, Dita. Nafsu yang sangat besar padamu."

Aku mengambil kedua tangannya agar menjauhi wajah. "Heyy, jangan begini. Aku percaya padamu. Kamu bukan lelaki yang seperti itu."

"Aku takut tak bisa mengendalikan diri lagi."

"Kamu bisa. Selama ini kamu bisa mengendalikan diri saat di dekatku."

Aku dan Taeyong memang menjalin hubungan cukup lama. Tapi selama itu tak pernah kami melakukan hal-hal yang lebih intim. Hanya sebatas pelukan dan juga pegangan tangan.

"Itu dulu," ujarnya pelan. "Sekarang kita sudah semakin dewasa, baik bentuk tubuh maupun pikiran. Terlebih setelah kejadian semalam."

Apa maksudnya itu? Apa dia benar-benar tak bisa menahan diri? Tapi aku tetap percaya Taeyong bukan lelaki yang gampangan dan selemah itu.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang