2B. Benci

349 61 6
                                    

Dita. Juki. Mizuki.
Taehyung. Celine. Soobin.
___
Cerita ini hanya fiksi belaka.
Tidak ada hubungan dengan orang, tempat atau kejadian tertentu.
Jika ada kesamaan tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.


[*****]

Sudah beberapa hari berlalu. Dita masih saja gundah gulana. Tak bersemangat menjalani hidup. Makan tak teratur. Ibadah sekenanya. Melakukan aktifitas bagaikan robot tak bernyawa. Tak memiliki gairah sedikit pun.

Begitu juga Taehyung. Lelaki tampan itu masih saja bersikeras ingin kembali bersama Dita. Tak terima jika putus dengan gadis pujaannya.

Setiap hari berkunjung ke rumah Dita. Menunggu Dita di halaman. Dari pagi sampai malam. Tak peduli hujan ataupun panas.

Terus memaksa ingin menemui Dita. Ingin menemani kekasihnya yang sedang tak sehat. Walaupun berkali-kali diusir oleh Denise dan Juki, tak pernah membuatnya gentar.

Biar pun beberapa kali dipukuli Denise, atau berkelahi dengan Juki. Tak sedikit pun membuatnya ciut.

Cih, bisa-bisanya si Juki mengambil kesempatan! cibir Taehyung dalam hati.

Dia kembali melihat Juki memasuki rumah Dita. Dipersilakan tanpa hambatan yang berarti. Sedangkan dirinya dikasari, juga tak dihiraukan saat mematung di depan gerbang.

Juki. Lelaki yang menyukai Dita sejak pertama kali pindah ke dekat rumahnya. Dia hanya tetangga yang pendiam dan tak banyak tingkah. Sempat menyatakan perasaannya. Namun ditolak dengan lembut oleh Dita.

Dita hanya menganggapnya sebagai teman baik. Si Penolong yang dapat diandalkan. Juga lelaki tampan nan kekar. Badannya yang kuat sanggup mengangkat beban sesulit apapun.

"Udahlah, Dit. Jangan kayak gini! Kamu harus melupakan dia. Masih banyak lelaki di luar sana. Lelaki yang jauh lebih baik daripada Taehyung," Denise menasihati Dita untuk yang ke sekian kalinya.

"Hatiku sakit, Den. Aku sakit," lirih Dita perih. "Aku membencinya. Aku sangat membencinya." Ia menghela napas pelan. " Tapi sialnya, aku juga sangat mencintainya. Aku selalu mencintainya."

Dita mengerang frustrasi. Mengeluarkan perasaan yang berkecamuk di dalam hati. "Aku masih mencintai Taehyung, meskipun aku sudah tahu kelakuan bejatnya. Aku bodoh, Den. Aku bodoh." Dia kembali terdiam. Menghapus jejak-jejak air mata yang menetes tanpa sadar.

Suara pintu terbuka, lalu kembali tertutup, mengalihkan perhatian keduanya. Juki masuk dengan membawa baki berisi makanan kesukaan Dita.

"Dita. Sekarang makan, ya. Nangis juga butuh tenaga, Dit."

Dita hanya menampilkan senyum terpaksa. Menghargai Juki yang sudah mau direpotkan setiap hari. Tanpa lelah, dengan ikhlas ikut menemani Denise untuk merawatnya.

"Taehyung juga masih setia di depan rumah. Dia sama frustrasinya dengan kamu," ujar Juki disela suapan Dita.

Setelah paksaan demi paksaan yang dilayangkan Denise dan Juki. Dita akhirnya mau memakan makanannya. Meskipun dengan ogah-ogahan, suapan demi suapan mendarat di mulutnya.

"Apa aku terlalu jahat? Kemarin juga dia tetap di sana, padahal hujan turun dengan derasnya," ucap Dita sedikit merasakan penyesalan.

"Udah, jangan berpikir yang macam-macam. Taehyung pantas mendapatkan itu. Dia yang berulah. Dia juga yang harus menanggung akibatnya," Juki berkata dengan tegas. Dia tak mau gadis yang disukainya kembali merasakan sakit hati.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang