20. Pensilku Tinggal Kenangan

17 3 0
                                    

[Kak Namjoon]
|
Cerita ini hanya fiksi belaka.

Tidak ada hubungan dengan orang, tempat atau kejadian tertentu.

Jika ada kesamaan tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
((()))

"Yusha Wardanaa!"

Aku mengutuk si Tita dalam hati. Bisa-bisanya dia memanggil namaku dengan lengkap. Di area kantin. Dengan suaranya yang kayak toa itu.

"Apaa, Tita Suryanaa?" tanyaku disertai penekanan di setiap kata, lalu menolehkan kepala saat si Tita sudah duduk-sok-manis di sebelahku.

"Kamu kok ninggalin aku, sih? Aku sendirian di kelas tahu!"

"Ya lagian, kamu lama. Nulis gitu aja seabad," ledekku. "Udah berani yaa, manggil-manggil nama panjang aku!" aku mencubit gemas pipi gembulnya.

"Aw! Aw! Sakwiitt, Ywuu!" Tita berusaha melepaskan kedua tanganku dari pipinya.

"Emang kenapa, sih? Nama kamu bagus gitu juga. Aku juga gak masalah dipanggil nama lengkapku." Dia mengusap-usap pipinya yang memerah akibat ulah tanganku.

Aku memilih diam. Tak menanggapinya.
Sebenarnya tidak masalah juga, sih. Namaku memang bagus. Tidak ada jeleknya sama sekali. Tapi .... Justru ituuu! Karena nama bagus itu, aku jadi tidak akan tenang. Bukannya malu. Aku lelah diperlakukan berbeda.

Bapak Wardana Yang Terhormat adalah kepala sekolah di SMA Gemilang--sekolah tempatku belajar. Juga menjabat sebagai kepala rumah tangga di rumahku. Yaah, begitulah. Beliau adalah ayahku.

Seorang lekaki tinggi besar yang tampangnya mengesalkan, ralat, menyeramkan itu adalah seorang kepala sekolah. Baru saja menjabat selama satu tahun di SMA Gemilang. Dan tidak ada yang tahu bahwa beliau adalah ayahku. Aku tekankan sekali lagi. Tidak ada yang tahu! Oke, kecuali Tita tentunya.

Aku menghela napas lega. Untungnya area kantin sedang lengang. Hanya ada beberapa siswa yang duduk berseberangan dariku. Siswa yang lainnya sedang sibuk menonton pertandingan basket yang baru saja dimulai.

Satu-dua siswa menoleh kaget saat mendengar Tita berteriak menyebut nama lengkapku. Saat aku tatap mereka dengan tatapan dingin. Mereka memalingkan wajah. Berusaha tak peduli dengan yang mereka dengar.

Oke. Berarti aman. Aku yakin mereka tak akan berani bergosip ke sana ke sini membocorkan identitasku.

"Yu, kira-kira Kak Namjoon suka gak ya sama yang chubby-chubby?" tanya Tita setelah melahap bakso yang baru saja diletakkan di atas meja. Dia telah melupakan masalah nama tadi.

Aku terbatuk-batuk. Karena kaget, aku jadi tersedak bakso yamin yang sedang ku-kunyah. "Hah?" Buru-buru Tita menyerahkan gelas yang ada di hadapannya. "Ih, kok gelas kamu, sih?!" protesku setelah berhasil menelan air putih tersebut.

"Gak apa-apa atuh, Yuu. Darurat. Nanti kalau kamu keburu mati karena keselek gimana?" Tita berbicara dengan muka polosnya. Huhh, dasar menyebalkan.

"Ish, jangan atuh!" Aku cemberut sembari menatapnya kesal. "Hah? Apa tadi? Yang chubby-chubby?" tanyaku kembali membahas yang dikatakan Tita sebelumnya.

"Iya. Kira-kira dia suka enggak?" tanya Tita penuh harap.

"Ehm," aku berdeham. Tunggu dulu. Aku harus berpikir. Kira-kira apa jawaban yang cocok agar Tita tak bersedih.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang