Dita dan Jungkook
Kelanjutan dari cerita 'Penyesalan' di 'Another Story'
***"Aku benci sama kamu!" teriak Dita ketika Jungkook memasuki kamar.
"Sayang, aku baru pulang, jangan membuatku marah." Jungkook menutup pintu, melirik sekilas pada Dita, lalu melanjutkan langkah ke arah kamar mandi.
"Aku mencintai Taehyung. Aku hanya mencintainya!" teriak Dita kesal.
Jungkook yang sedang mencuci wajah, memejamkan matanya guna menetralisir emosi. Dia sangat sakit hati mendengar penuturan sang istri.
"Aku benci kamu, Jungkook! Aku sangat membencimu!" teriak Dita dengan suara yang sangat keras. "Sampai kapan pun aku gak akan mencintaimu!"
Jungkook menggertakkan giginya. Sudah cukup kesabarannya diuji. Dia tidak memiliki pertahanan diri sekuat itu.
"Kamu mengunciku di rumah. Kamu mengurungku di dalam sangkar emas ini. Hanya karena takut aku ketemu sama Taehyung."
Semenjak menikah, Dita tidak diperbolehkan keluar dari rumah. Hanya sekali-dua kali dia dapat keluar, itu pun jika Jungkook yang membawanya.
Dita sudah beberapa kali mencoba kabur, tapi selalu gagal. Banyaknya bodyguard suruhan Jungkook, membuatnya selalu berakhir kembali ke titik awal.
Terkurung di rumah mewah dengan segala fasilitas yang memukau, namun bagaikan sangkar burung yang terbuat dari emas jika bagi Dita.
"Kamu pengecut!" ujar Dita lagi.
Jungkook mengusap wajahnya kasar dengan handuk kecil. Setelah selesai, dilemparnya begitu saja ke lantai. Lalu menghampiri sang wanita dengan napas memburu.
"Dita, kamu tahu apa akibatnya jika membuat aku marah," ujarnya pelan, namun setiap katanya penuh dengan tekanan yang sarat akan emosi.
"Itu kenyataannya. Kamu jahat! Kamu egois! Kamu selalu berbuat seenaknya!" Dita meremat seprai yang diduduki. Walaupun Jungkook sudah melangkah ke arahnya, dia tak bisa untuk berhenti bicara.
"Aku lelah kerja, tapi kamu malah mengujiku seperti ini." Jungkook menatap Dita dengan sangat tajam. Seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya.
"Aku mau keluar! Aku mau bebas! Aku gak mau dikekang terus kayak gini. Aku bukan tahananmu, Jungkook!" Dita tak gentar, walaupun ada sedikit rasa takut, dia tetap mengeluarkan segala sesuatu yang ada di pikirannya.
"Kamu istriku, sudah sepatutnya kamu menurutiku," ujar Jungkook dengan suara rendah. Dia sudah berdiri menjulang di hadapan sang istri yang duduk di pinggir ranjang.
"Kalau gitu, kita pisah!" ujar Dita lantang. Dia mendongak, menatap langsung pada mata Jungkook. "Aku mau cerai. Lagi pula, gak ada lagi yang bisa dipertahanin di dalam hubungan ini. Aku gak cinta sama kamu. Sadar! Semua ini hanya akan sia-sia!"
Jungkook tersenyum tipis. Sebenarnya cukup manis, namun terlihat sangat menyeramkan di mata Dita.
"A-"
"Sudah cukup aku mendengar ucapanmu, Sayang." Jungkook melepas jalinan dasinya.
"A-apa y-ya-yang-"
"Aku akan menghukummu." Jungkook semakin mendekatkan diri pada Dita. Terus mendekat, sampai Dita tak dapat menahan tubuhnya lagi. Dan akhirnya telentang di atas ranjang.
"Aku mencintaimu, sangat." Jungkook membawa kedua tangan Dita sampai di atas kepalanya. Lalu mengikat lengan mungil tersebut menggunakan dasi.
"A-"
Belum sempat Dita protes, Jungkook sudah lebih dulu membungkam bibirnya. Melumatnya dengan tak sabar dan terus melahap bibirnya sampai si wanita tak bisa bernapas.
"Eugh, Berengsek!" Dita berhasil menggigit bibir Jungkook dengan usaha keras.
Lelaki tersebut mengaduh kecil, tapi tetap melanjutkan ciumannya.
Dita berontak sekuat tenaga. Dia tak mau berakhir pasrah lagi di bawah kuasa si lelaki.
Tak habis akal, dia gunakan kakinya untuk menendang-nendang ke berbagai arah. Asalkan mengenai bagian tubuh lelaki di atasnya.
Namun, kekuatan Jungkook tak dapat tertandingi. Dia menahan bahu Dita dan mengapit kedua kakinya. Kemudian melanjutkan cumbuan-cumbuan di wajah sang istri.
"Aku sangat lelah. Tapi jika untuk bercinta denganmu, aku selalu punya kekuatan lebih," ujar Jungkook dengan seringaian di bibirnya.
"Aku membencimu. Aku benci kamuu. Aku benci," racau Dita diiringi suara tangisan yang sudah tidak bisa terbendung.
Jungkook sempat mencium bibir Dita sekali lagi, sebelum dia menegakkan tubuhnya. Melepas kemejanya dan melempar benda tersebut secara asal.
Lalu turun ke bawah, dia melepas celana kerjanya. Begitu juga dengan dalamannya. Dan berakhirlah dia telanjang bulat di hadapan sang istri yang sedang menatap benci padanya.
Biarpun begitu, Dita hanya bisa menangis dan menangis. Kekuatannya sudah terkuras habis karena berontak mati-matian tadi.
Jungkook membungkuk kembali. Tangannya melepas kaus Dita dengan mudah. Lalu beralih pada celana panjang yang dipakainya. Walaupun ada sedikit perlawanan, dia dapat melepas benda tersebut tanpa kesusahan.
"Uuh, so sexy," Jungkook memuji tubuh molek sang istri yang hanya dibalut dua helai dalaman.
"Kurang ajar!" maki Dita dengan mata yang menghunus tajam pada lelaki di atasnya.
"Kenapa marah?" Jungkook terkekeh. "Aku hanya memujimu, Sayang." Dia memagut bibir menggoda istrinya.
Lalu melanjutkan cumbuan-cumbuan sebagai usahanya melakukan pemanasan. Itu bertujuan agar Dita siap dan mereka berdua sama-sama mendapatkan kenikmatan.
"Aku akan membuatmu hamil," ucap Jungkook di sela gerakannya. Tubuh keduanya sudah menyatu tanpa ada jarak sama sekali. Dita hanya bisa melenguh dan menangis.
"Kamu tidak akan meminta pisah jika ada anak di antara kita." Jungkook menciumi seluruh wajah Dita. Dia memagut kembali bibirnya karena memang tak pernah puas.
Bagian tubuh yang kenyal tersebut seolah menjadi candu bagi Jungkook. Tak sekalipun dia lewatkan jika sedang bergumul dengan Dita.
"Aku tak akan berhenti."
"Aku akan terus menggagahimu ... walaupun kamu memohon ampun ... dan menangis sejadi-jadinya," lirihnya di sela gerakan tubuhnya.
Di malam yang begitu dingin, Jungkook bercinta dengan sang istri hingga lupa waktu. Tak peduli kekasih hatinya sudah tak berdaya dan seakan akan pingsan.
Jungkook tak ingin kehilangan Dita. Dia sudah mendapatkannya, maka wanita tersebut akan menjadi milik dia selamanya. Hingga hanya maut yang dapat memisahkan mereka berdua.
***
270423
Putri Kemala Devi Yusman
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RomanceCerita random dengan artis lokal dan inter sebagai penggambaran karakter.