15. Lelaki Kurang Ajar

25 1 0
                                    

(Dita Karang dan Liam Hemsworth)
|
Hanya imajinasi nakal seorang penulis.
@putriyusman

Tidak akan ada adegan vulgar.
Hanya ada beberapa kata yang menjurus ke hal tersebut.

Ambil baiknya, buang buruknya.

Saling menghargai ya, teman-teman.
Terima kasih.
[*******]

Dita terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak. Kepalanya pening. Sekujur tubuhnya terasa pegal. Terlebih area di sekitar pahanya terasa kebas.

"Assh," Dita meringis saat berusaha untuk mendudukkan tubuhnya. Ini di mana? pikirnya bingung.

Dia melihat ruangan yang sangat asing di ingatannya. Saat melihat ke sudut kiri, di sana terdapat seorang lelaki sedang duduk dengan angkuh melihat ke arahnya.

Kakinya bertopang lutut. Jarinya mengapit sebatang rokok yang tinggal setengah. Hembusan asap keluar dari mulut ketika dia selesai menghisap benda tersebut.

"Kamu!?" Dita menunjuk wajahnya. Matanya melotot tak percaya.

"A-apa, apa yang kamu lakukan di sini?!" Dita beringsut takut. Tangannya bergerak menutupi dada. Dia semakin melotot tatkala sadar dadanya tidak terbungkus apapun. Buru-buru diraihnya selimut di dekat kaki.

Apa yang terjadi? Dita bertanya gelisah. Bukan hanya dadanya, dia baru sadar bahwa sekujur tubuhnya memang tak tertutupi apapun.

"Sayang, apa kamu sudah ingat?" Lelaki di atas sofa bersuara. Suaranya yang tenang dan dalam, sampai berdengung di telinga Dita.

Tidak, aku tidak mengingat apapun. Dita menggeleng-gelengkan kepala. "Apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu lakukan padaku, Liam?!" wanita berambut hitam tersebut berteriak. Melayangkan tatapan tajam padanya.

Lelaki yang diketahui bernama Liam itu hanya tersenyum tipis. Matanya menatap wajah Dita dengan buas. Seolah siap untuk memangsa.

"Apa kamu tuli?!" Dita menggeram kesal. "Apa yang sudah kamu lakukan padaku?! Kenapa aku ada di sini?! Kenapa aku tak mengenakan apapun?!" Dia mengerang frustrasi. Semakin dia teriak. Semakin sakit kepalanya.

Liam mengeluarkan asap rokok dari mulutnya. Menghisapnya lalu menghembuskan kembali. Bergerak dengan lihai seolah kegiatan itu memang sering dia lakukan. "Kamu tahu pasti apa yang kita lakukan semalam, Sayang."

Dia berujar tenang. Seakan apa yang dia ucapkan bukanlah sesuatu hal yang perlu diperdebatkan.

Dita terdiam. Satu per satu ingatan kembali muncul ke permukaan. Kegiatan mereka semalam. Gerakan-gerakan yang memalukan, bagai sebuah kaset rusak yang berkejaran untuk terus menyadarkannya.

"Berengsek! Kamu mengambil semuanya! Kamu membawaku ke sini dan melakukan sesuka hati! Kurang ajar!" Dita melemparkan bantal yang ada di dekatnya. "Bajingan!" Dia melempar kembali satu bantal.

Tak perlu bersusah payah, Liam menangkap kedua bantal tersebut dengan satu tangan. Lalu melemparnya ke samping sofa. "Santai, Sayang. Kamu tidak perlu memakiku dalam sekali napas begitu."

Liam mematikan rokok di dalam asbak. Setelahnya memeriksa pergelangan tangan yang terpasang jam di sana. "Waktu kita tidak banyak. Cepat bersihkan tubuhmu."

"Apa yang kamu katakan? Setelah dengan beringas merampas harta berhargaku, kamu berlagak seolah tidak terjadi apa-apa?!" Dita bergerak untuk mengambil guling di sudut ranjang.

Saat akan melemparkannya, dia malah terbelit selimut sendiri. Alhasil benda tersebut malah terjatuh ke bawah ranjang. Tak jauh dari kakinya.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang