25K. Maid

28 1 0
                                    

Hari ini adalah hari Minggu. Taeyong libur kerja, jadi aku akan menghabiskan waktu berdua dengannya seharian penuh.

Para pekerja diliburkan untuk sementara. Mereka dibebastugaskan dan boleh pergi ke mana pun sesuai keinginan. Asalkan besok sudah kembali lagi ke rumah.

Karena tidak ada orang di rumah, aku akan memakai dress selutut yang baru dibeli Taeyong minggu lalu.

"Di mana ya dress-nya ... oh, ini dia." Aku mengambil sebuah dress berwarna merah muda yang sangat manis.

Setelah memakai dress tersebut, aku melihat pantulan tubuhku di depan cermin. "Manis," celotehku merasa senang.

Kututup pintu lemari, lalu bergegas keluar dari ruang pakaian.

Sehari setelah menikah, Taeyong merombak rumah habis-habisan. Kamar para pekerja dirombak posisi pintunya jadi menghadap keluar.

Ternyata itulah alasan hampir semua kamar berada di bagian sisi rumah, agar bisa diubah letak pintunya. Dengan kata lain, para pekerja tidak lagi berada di dalam rumah ketika keluar kamar.

Kamar tamu telah diubah menjadi kamar khusus untuk pakaianku. Sedangkan kamarku sebelumnya dijadikan kamar untuk anak kami nanti.

Kamar Bu Nala diganti menjadi ruang kerja Taeyong. Lantas, Bu Nala pindah ke kamar yang tadinya ditempati Yuta. Karena terusir, Yuta menempati ruang kerja yang telah disulap menjadi kamar. Sementara kamar para lelaki tetap sama, Jinny dan Lea memilih bertukar kamar.

Selebihnya, tidak ada yang berubah, rumah Taeyong masih sama seperti sebelumnya. Memang terlihat besar dan megah dari luar, namun terasa nyaman dan sederhana ketika sudah di dalam.

"Taeyong mana, ya?" Terakhir kulihat, tadi dia di ruang keluarga.

"Tapi tidak ada." Ruang keluarga kosong. Jika tidak ada para pekerja, rumah ini sepi sekali. "Haduh, kebiasaan." Taeyong suka sekali meninggalkan TV dalam keadaan menyala. Jika ditanya, alasannya selalu klise. Dia bilang, lupa. Dasar!

Kusimpan remot TV kembali ke bufet, lalu menyusuri ruang tamu yang memang terhubung dengan ruang keluarga.

Ada sedikit yang berbeda, ruang tamu di rumah ini berada di tengah. Jadi, ketika baru memasuki rumah, orang-orang akan disambut ruang tamu yang luas. Lalu sebuah ruang makan yang terpampang langsung tanpa ada pembatas. Hanya pilar-pilar yang memisahkannya dari lorong dan ruang tamu.

Sedangkan ruang keluarga berada di sebelah kiri ruang tamu, persisnya berada di sudut sebelah barat. Sementara di sebelah timur terdapat kamar kami yang berada di ujung, lengkap dengan lemari ajaib Taeyong di sebelahnya.

"Sayang?!" Kupanggil Taeyong dengan suara yang cukup keras. Tak ada jawaban. "Apa dia di ruang kerja?" monologku berspekulasi.

"Sepertinya iya." Karena hanya ruangan itu yang kedap suara. Wajar saja dia tidak mendengar suaraku.

Awas saja jika dia benar-benar ada di ruangan itu. Ini hari Minggu, kenapa dia masih bekerja?!

Huh, padahal tadi aku melewatinya. Kenapa aku tidak sadar!? Ruang kerja juga berada di sebelah ruang pakaianku.

"Sayang." Pintu terbuka seiring dengan tanganku yang mendorong benda tersebut.

"Hm?" Taeyong ternyata sedang berkutat dengan laptopnya. "Ada apa, Sayang?" dia bertanya, tapi tidak menoleh padaku sama sekali. Huh! Sebal!

"Kenapa masih kerja? Katanya mau quality time bersamaku?!" Aku cemberut sembari bersedekap sebal.

Taeyong malah terkekeh, "Maaf, ya. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Ini sedikiit lagi."

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang