Baca dulu. Baru komentar.
___
Cerita ini hanya fiksi belaka.
Tidak ada hubungan dengan orang, tempat atau kejadian tertentu.
Jika ada kesamaan tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
[*****]
Sembilan belas tahun telah berlalu. Dita dan Juki telah menikah. Mereka dikaruniai anak yang cantik jelita. Namanya Mizuki. Manja, cengeng dan suka memaksa.
Sifat pemaksanya tidak tahu menurun dari siapa. Karena setahu Dita, Juki adalah orang yang paling sabar. Sedangkan dirinya, selalu mengalah pada yang lain.
Mungkin sifatnya menurun dari Denise. Tante bawel yang ikut mengurus Mizuki layaknya anak sendiri. Meskipun sudah memiliki dua anak kembar yang cantik-cantik, Denise tetap rutin berkunjung hanya untuk memanjakan Mizuki. Kedekatan yang terjalin, tanpa sadar menumbuhkan sifat yang tidak baik tersebut.
Seperti saat ini, Mizuki ulang tahun yang ketujuh belas. Dia meminta Dita dan Juki menepati janji yang telah mereka ucapkan. Yaitu mengizinkan Mizuki berpacaran.
"Baik, Papah izinkan." Seperti biasa, Juki tak pernah bisa menolak permintaan anaknya. Dia tersenyum menyakinkan Dita. "Tapi, ada syaratnya. Kamu harus menjadi perempuan yang lebih mandiri. Jangan nangis terus. Apa-apa nangis. Ngadu ke Mamah."
Mizuki tersenyum mesem-mesem. Mengangguk dengan patuh. "Iya. Aku janji."
"Satu lagi. Jangan jadi orang egois. Suka memaksa kemauan kamu. Papah tidak suka. Mamahmu juga suka mengadu tentang hal itu."
Dita menghela napas kasar. Ternyata memang tidak mudah mengubah sifat seseorang. Tak lama dari hari perjanjian, Mizuki kembali ingin memaksakan kehendaknya.
"Mamah tidak akan pernah mengizinkan kamu berpacaran dengan anak Taehyung!" tegas Dita untuk ke sekian kalinya.
"Namanya Soobin. Dia lelaki baik yang selalu menghormati perempuan. Dia selalu bersikap sopan," Mizuki berapi-api membela lelaki pujaan hatinya.
"Memangnya kamu pikir si Taehyung gimana? Dia juga bersikap baik pada awalnya. Tapi, apa yang terjadi? Dia tidak lebih dari seorang lelaki berengsek!" sentak Dita menegaskan di setiap katanya. Dia memalingkan wajahnya. Tak tega melihat Mizuki yang sudah berlinang air mata.
"Tapi dia bukan Om Taehyung. Dia Soobin. Mereka dua orang yang berbeda." Mizuki mengusap air matanya. "Mamah tidak boleh men-judge seseorang begitu saja. Tanpa tahu apa yang sebenarnya."
"Mamah tahu! Dia anak Taehyung!" Dita menoleh ke arah Juki. Yang lebih mengherankan suaminya itu hanya terdiam sedari tadi. Duduk di sofa kebanggaannya. "Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Anak dan Ayah sama saja. Mereka tak jauh berbeda."
Mizuki menatap tak percaya pada Dita. "Mamah egois!" Air mata terus mengalir tanpa bisa dibendung. "Mamah jahat!" lirih Mizuki di sela isakan tangisnya. Sebelum pergi meninggalkan ruang keluarga. Gadis manis tersebut melihat pada Juki dengan pandangan memohon. Meminta pembelaan dari lelaki tersebut.
"Sayang," panggil Juki sembari bangkit dari duduknya.
"Please. Jangan membela Mizu. Ini bukan saatnya kamu memanjakan anakmu." Dita memalingkan wajah. Berusaha menghindari tatapan suaminya.
"Sudahlah. Itu juga sudah sembilan belas tahun yang lalu. Sekarang kamu, 'kan bahagia bersamaku." Juki mendekati Dita. Memeluknya dari belakang. "Atau, jangan-jangan--"
"Ssttt! Jangan bicara yang aneh-aneh. Aku memang membencinya. Masih membencinya. Tapi rasa cintaku sudah lama hilang semenjak kamu mempersuntingku." Dita memotong ucapan Juki. Tidak mau sang suami malah berpikiran kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RomanceCerita random dengan artis lokal dan inter sebagai penggambaran karakter.