9. Tiris

246 44 9
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka.
Tidak ada hubungan dengan orang, tempat atau kejadian tertentu.
Jika ada kesamaan tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
[*****]

"Tiris pisan, ih," ujar Dita sembari mengeratkan jaketnya. (dingin banget)

Saat ini dirinya akan bersiap mencuci piring. Udara pagi yang sejuk, sebenarnya membuat dia malas mengerjakan sesuatu. Tapi mau bagaimana lagi. Piring-piring sudah menumpuk, menunggu untuk dibersihkan.

Semalam Taehyung buru-buru menggeretnya ke kamar, jadi tak ada waktu bagi Dita membersihkan kekacauan di dapur.

"Iya ya. Yuk, Abang angetin." Tiba-tiba ada tangan yang melingkar di perutnya. "Kasur, yuk."

Dita menghela napas sebal. Tak lupa matanya yang menyipit tak senang. "Masih pagi, Bang," jawabnya malas.

"Ih, emangnya mau ngapain? Cuma pelukan juga," Taehyung tertawa kecil. "Pikirannya, yaa. Jorok, ah. Udah gak polos lagi." Lelaki tersebut beralih mengangkat sebelah tangannya, mencolek hidung sang istri.

"Ya elah, semenjak Abang perawanin, aku mana bisa polos, sih?!" Dita memutar bola matanya. Yang ada juga waspada terus kalau di deket Abang.

Taehyung semakin terkekeh. Senang jika bisa menggoda istrinya.

"Udah ah, awas! Aku mau nyuci piring juga," kesal Dita, berusaha melepaskan pelukan sang suami.

Taehyung pura-pura tak mendengar, malah semakin mempererat dekapannya.

Dita hanya bisa mendengus. Kesal jika sang suami sudah seperti ini. Tangannya kembali mengambil piring kotor. Lalu menyalakan keran air.

Namun baru beberapa detik, keran air itu mati. Tak mengeluarkan air lagi. Taehyung dengan isengnya memutar kembali keran ke arah yang berlawanan. Si wanita yang melihat itu menolehkan wajah. Menatap tajam Taehyung yang sedang tersenyum jahil.

Tak mau ambil pusing, Dita kembali menghidupkan keran. Air mengalir dengan lancar. Beberapa piring diambilnya ke tengah. Dibersihkan dulu dari sisa-sisa makanan yang menempel.

Seru juga. Taehyung menampilkan senyum penuh akal bulus.

Di saat Dita akan mengarahkan piring kedua, keran air mati kembali. Taehyung memutarnya dengan cepat, lalu mengembalikan tangan ke posisi semula.

"Bangg, jangan usil, deh," ujar Dita lemas. Dia sedang tak mau meladeni tingkah suaminya. Energinya masih belum terkumpul. Sisa-sisa semalam masih dia rasakan. Terlebih perutnya juga belum terisi apapun.

Taehyung lagi-lagi hanya tersenyum. Dia tak merasa bersalah sama sekali. Benar-benar seenaknya.

Kini kepala si lelaki ditopangkan di bahu sang istri. Menggesek-gesekkan hidungnya dengan lembut. Mencari kenyamanan di bahu mungil tersebut.

"Bang." Dita mengendikkan bahunya pelan. "Berat, ihh." Pasalnya lelaki itu sudah menumpukan kepala sepenuhnya pada bahu si istri. Belum lagi tubuhnya yang mendempet pada punggung Dita. Menambah beban bagi tubuh si wanita yang sedang lemas-lemasnya.

Seperti biasa, Taehyung tak memedulikan ucapan sang istri. Dia kembali menumpahkan seluruh berat tubuhnya pada Dita.

"Taee, please," pinta Dita memelas.

Mendengar itu, Taehyung langsung sigap membenarkan posisi tubuhnya. Menegakkan punggung, berdiri dengan benar. Tapi tetap saja kedua tangannya melingkari perut sang istri. Mendekapnya dengan erat.

Dita tersenyum tipis. Suaminya ini jika sudah kumat kelakuannya ... uhh, harus sabar-sabar, deh.

Di saat Dita kira Taehyung sudah nyaman hanya dengan memeluknya, air kembali mati. Suami reseknya kembali memutar keran. Tangannya bahkan malah membuka dan menutup benda tersebut.

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang