Dita Karang dan Chris Hemsworth
"Aku gak mau. Mau laki-lakinya kayak Brat Pitt pun aku gak mau!" teriak Dita kencang menolak usulan ayahnya."Dita, dengarkan Ayah dulu ...," belum sempat sang ayah berbicara, gadis mungil itu sudah berlari ke dalam kamar.
"Aku benci Ayah! Aku benci!" suara teriakannya masih dapat terdengar walaupun pintu kamar sudah tertutup.
***
"Tuan, apakah ini pilihan yang baik?" tanya seorang lelaki bertubuh pendek dengan kaus putih seputih kulitnya.
"Iya. Aku sudah memikirkan rencana ini baik-baik," suara serak nan dalam menjawab lelaki tersebut.
"Tapi, apa tidak sebaiknya anda mendekati Nona Dita secara terang-terangan?"
"Itu tidak efektif. Aku ingin segera mendapatkan Dita secepatnya. Dengan perjodohan, dia tidak akan bisa menolak." Lelaki bertubuh kekar tersebut menyunggingkan senyum tipis. Membayangkan wajah manis gadis mungil pujaannya.
"Tapi--"
"Sudahlah, Suga. Jangan mendebatku terus. Apa kamu lupa, apa yang aku mau selalu aku dapatkan?!"
Iya, Suga tidak pernah melupakan satu poin penting tentang bosnya. Seorang Chris selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.
Suga menggeleng pelan, Aku kasihan padamu, Gadis Manis.
"Kenapa kamu menggeleng begitu?" tanya Chris, ketika mendapati sang asisten bertingkah aneh.
"Ti-tidak. Ini ... leher saya pegal-pegal," jawabnya gugup.
[*******]
"Bagaimana Pak Aditya, apakah Dita setuju dengan perjodohan ini?" tanya Chris yakin. Dia kini sudah duduk tegap di sofa ruang tamu rumah Dita.
"I-iya. Bagaimana ya, Nak Chris ...," Aditya menjawab dengan ragu-ragu.
"Ada apa, Pak? Katakan saja, saya tidak suka bertele-tele."
"Ini ... E-Ehm," Aditya berdeham untuk meredakan kegugupannya.
Berhadapan dengan seorang pengusaha kaya tidak mudah baginya. Walaupun dia sering bernegosiasi dengan rekan bisnis, Chris bukanlah tandingannya.
Salah bicara sedikit saja, bisnis kecilnya bisa hancur seketika.
"Dita sebenarnya masih tidak menerima perjodohan ini. Tapi, dia ingin adanya perkenalan dulu. Pendekatan agar saling mengenal."
"Jadi, dia tidak mau langsung dinikahi? Dia ingin saya melakukan pendekatan seperti remaja pada umumnya?" tanya Chris to the point.
"Iya." Aditya meneguk minuman di atas meja. Berharap bisa melancarkan suara yang akan keluar dari tenggorokannya. "Lagipula, Dita masih delapan belas tahun. Dia bahkan belum lulus sekolah. Pernikahan bukan sesuatu yang dipikirkannya dalam waktu dekat."
Chris mengangguk-angguk mendengar penjelasan Aditya. Pendekatan dengan gadis manis pujaannya tidak membuat dia rugi sama sekali.
"Maaf, Pak Aditya," suara Suga menengahi di antara mereka. "Boleh saya minum jusnya?"
"Oh, iya. Boleh, Nak Suga, silakan."
Ketika Aditya tersenyum manis mempersilakan Suga untuk meminum jamuannya. Berbeda dengan Chris yang memberikan tatapan mematikan kepada sang asisten. Seolah mengatakan "Kamu mengganggu saja. Dasar perusak suasana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RomanceCerita random dengan artis lokal dan inter sebagai penggambaran karakter.