Kelana Wijaya dibawa ke ruang bawah tanah Martapura. Ia begitu bingung. Bahkan ia juga tak tau siapa orang yang sudah menyeretnya secara tiba-tiba.
Ketika penutup matanya dibuka, Kelana melihat ruangan yang begitu gelap, dan seseorang yang sepertinya ia kenal. Benar, rupanya Raden Setiawan yang sudah membawanya secara paksa kesini.
"Si petarung handal. Coba kita lihat, kenapa dia bisa berada di Martapura" Raden Setiawan mendekat ke arah dimana Kelana Wijaya dipaksa berlutut dan tangan serta kakinya yang di ikat "beritahu aku sekarang. Untuk apa kau datang kesini bocah. Apa kau berusaha untuk membantu keraton Panjaitan, apa yang sebenarnya kau cari?" Raden Setiawan mencengkeram keras dagu Kelana Wijaya.
"Anda pasti Raden Setiawan!"
Raden Setiawan berdiri lagi, bahkan kini dia tertawa "bwahahahaha"
"Kenapa anda tertawa?"
"Sudah kuduga, kau pasti berpihak pada Panjaitan. beritahu sekarang, apa tujuanmu datang kesini dan siapa orang yang kau cari?"
"Saya berhak pada siapapun saya memihak, lagipula mana mungkin saya berpihak pada orang jahat seperti anda"
"Kau adalah orang yang di kenal dengan si petarung handal. Orang sepertimu mana mungkin tidak melakukan sesuatu jika hendak pergi kemanapun" untuk kesekian kalinya, Raden Setiawan mendekat lagi ke arah Kelana "jika kau ingin keluar dari sini dengan selamat. Maka kau harus beritahu tujuanmu kesini untuk apa, dan kau harus setuju untuk berkerjasama denganku. Bagaimana pengelana?"
Kelana Wijaya dilanda kegelisahan. Mana mungkin ia jujur tentang status pura-pura nya yang sekarang. Jika ia jujur, pasti para pemberontak itu akan semakin brutal mengincar putri Ningtyas.
"Hhhh, tidak perlu anda tau apa tujuan saya kemari. Anda pikiran saja dari sekarang. Bagaimana cara untuk lebih detail lagi dalam menyembunyikan sebuah rahasia besar" Kelana Wijaya dengan sigap menghajar dua prajurit yang sedari tadi menyanderanya. Prajurit itu langsung dibuat tumbang ketika Kelana sudah beraksi. Ia berhasil kabur dan keluar dari ruang rahasia bawah tanah itu.
"Jadi, apa kau setuju dengan apa yang paman Setiawan tawarkan?"
"Jelas saya tidak akan menerimanya tuan putri. Mana mungkin saya berpihak pada orang jahat, dan mana mungkin juga saya membahayakan tunangan sendiri...."
Ningtyas menahan tawa dan malu ketika Kelana mengatakan hal itu. Kedua pipinya secara tiba-tiba berubah merah merona.
"Kalau begitu, saya permisi dulu tuan putri. Jika ada yang anda butuhkan, jangan segan-segan panggil saya. Karena tugas saya sekarang adalah untuk melayani tuan putri. Assalamu'alaikum" belum sempat melangkah jauh, Kelana di panggil lagi oleh Ningtyas.
"Kelana"
"Iya tuan putri?" Ucapnya berbalik badan.
"Bicara soal pertunangan, aku rasa hal ini tidak perlu dilakukan terlalu lama. Karena aku tau, kau pasti merasa tak nyaman dengan keputusan ayahku. Bagaimana jika kau melatihku bela diri. Insyaallah, dengan begitu aku akan lebih bisa untuk menjaga diri. Apa kau setuju?"
"Hm, saya rasa itu bukanlah keputusan yang buruk"
Sementara itu, Raden Setiawan terlihat sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi "sial, bagaimana bisa bocah petarung itu tidak setuju dengan tawaranku. Perkataannya tadi juga aneh. Apa dia tau tentang apa yang sudah aku lakukan?"
"Sabar Raden. Kita sudah sebaik mungkin melakukan sesuatu dengan hati-hati. Hanya saja, kita harus bertindak lebih tegas lagi"
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana jika kita sandera semua kerabat Raden. Raden tau sendiri kan, Raja terus mendesak agar Raden Setyo menjadi raja Martapura. Apakah Raden mau jika dia mengalahkan anda?"
"Caramu cukup menarik, tapi aku bukanlah orang yang sekejam itu. Mana mungkin aku membunuh mereka semua demi menjadi raja. Bisa saja nanti aku disebut sebagai raja bengis, dan tidak disegani oleh rakyat rakyat Martapura"
"Jika begitu, apa yang harus saya lakukan?"
"Kau diam dulu. Aku mempunyai rencana yang bagus. Aku harus menemui seseorang setelah Putri Sekar sampai di Martapura"