Ranu pergi menghampiri kediaman Kelana.
"Ada gerangan apa secara tiba-tiba kau mengunjungi ku langsung disini?"
"Sebelum itu, bolehkah saya duduk"
"Baiklah, silahkan!"
Ranu memperhatikan dua cangkir teh yang sudah atasannya siapkan
"Rupanya anda sudah menyiapkan hidangan ini. Saya merasa bersalah karena memberitahu anda secara mendadak""Kau tak perlu merasa bersalah. Bukankah kita harus segera memecahkan masalah saat ini"
Ranu menurut dan duduk sesuai dengan perintah Panglima. Ranu sendiri menuangkan secangkir teh untuk atasannya "silahkan kau minum Ranu!"
"terimakasih. Rupanya kau menyambut diriku dengan baik meskipun dengan cara dadakan seperti ini"
"Bisakah kau bicarakan apa yang hendak kau katakan pada ku sekarang"
Ranu lantas menaruh sebuah busur panah dan surat yang berisikan sebuah amanah "saksi itu mau bicara setelah berkali-kali di pukuli. Orang itu memberikan surat dari seseorang yang menyuruhnya"
Surat itu ia ambil dan baca "bukankah tulisan ini sama dengan tulisan putra mahkota?"
"Benar Panglima. Itu artinya, kecurigaan kita selama ini benar" Ranu teralihkan perhatiannya oleh sebuah jarik bercorak batik itu di meja kamar Panglima. Aneh, untuk apa orang ini menyimak sebuah jarik. lagipula ia menggunakan ini untuk apa.
"Ranu, apa ada yang mengganjal dihatimu? Atau ada hal lain yang masih ingin kau sampaikan padaku?"
Ranu menggelengkan kepalanya. Ia berusaha sebisa untuk membahas hal di luar kerja mereka "tidak Panglima. Kalian begitu saya per...."
"tunggu, tetaplah disini sebentar"
Ranu kembali duduk ketika Panglima itu menyuruhnya tetap tinggal sementara "ada hal lain lagi panglima?"
"Ini bukan soal misi, tapi mengenai Ningtyas. Apakah kau tau gadis itu sekarang berada dimana?"
tentu saja Ranu bingung. Bagaimana tidak, gadis itu menyuruhnya untuk tak memberitahukan pada siapapun jika dirinya pergi ke suatu tempat. Ia pun ternyata terkejut kala tau bahwa Ningtyas rupanya belum memberitahu mengenai misi yang ia lakukan saat ini pada Kelana.
"Kenapa anda mencarinya? Apakah anda benar-benar menyukainya?"
"Apakah salah jika aku khawatir dan menanyakan tentang Ningtyas. Kau tau sendiri bukan, bahwa hari hari sebelumnya tengah berkabung. Aku hanya ingin memastikan keadaanya baik-baik saja. tapi saat aku menghampirinya, dia tak ada di kamarnya"
"Anda bertanya seperti ini, seakan anda tau bahwa saya dekat dengan Ningtyas. Bukankah anda tau sendiri, saya juga masih berkabung atas meninggalnya adik saya. tetapi, sebenarnya ada hal yang harus anda ketahui"
"Apa?"
"Ningtyas saat ini sedang pergi menuju rumah mantan dayang raja terdahulu"
Mendengar hal itu, tentu saja Kelana terkejut. Bagaimana bisa Gadis itu pergi ke tempat dimana orang yang dianggap pengkhianat itu tinggal "kau bicara apa tadi?"