dua insan yang sudah lama tak bertemu kini duduk bersama di taman keraton. Masing-masing dari mereka gugup dan tak melakukan perbincangan."Saya merasa sangat menyesal telah dibodohi oleh Raden Setiawan!" Kelana melihat gadis yang dicintainya itu terlihat lelah "maaf karena saya tidak bisa melakukan hal apapun saat anda dan keluarga sedang dalam keadaan susah...."
"Ini bukan kesalahan mu Kelana. Semuanya sudah terjadi dan aku harus menerimanya" Ningtyas menghela nafas panjang "apakah perkataan mu itu masih berlaku?"
"Saya akan tetap berada di pihak anda tuan putri"
Kelana mengangguk berusaha menyanggupi apapun keputusan Ningtyas "hal itu akan berlaku sampai kapanpun"
"Kalau begitu, bisakah kau melakukan sesuatu untukku?"
Kamar itu tak begitu luas, namun cukup mewah untuk orang yang bergelar panglima "sepertinya kau lebih betah tinggal di Martapura ya?" Gumam Ningtyas.
Kelana seketika tertawa melihat ekspresi sang putri yang kini mulai tersenyum lagi "anda bisa menggunakan ruangan ini semau anda. tidak perlu sungkan jika hendak melakukan apapun disini...."
"tunggu Kelana, selain untuk menyembunyikan ku disini. Bisakah kau memanggilku dengan santai saja. Kau tidak perlu berbicara terlalu formal denganku. Karena aku sebenarnya bukanlah seorang bangsawan"
"Anda berkata seperti ini karena insiden yang sudah terjadi beberapa waktu lalu bukan. Jika memang begitu, maka saya tidak bisa menjamin untuk berbicara formal dengan anda"
"Kumohon mengertilah. Aku hanya gadis biasa. Ibukku menikah dengan Raden Kusuma saat aku masih kecil. Aku bisa menjadi seorang putri bangsawan karena terhubung status degan ayah tiri ku"
Kelana seketika terdiam. Ia masih berusaha mencerna dengan baik tentang apa yang Ningtyas bicarakan "apa maksud anda tuan putri?"
"Jika kau masih memanggil dengan sebutan 'anda' lagi, maka aku tidak akan menerima dirimu sebagai rekan"
_______
Ruangan dimana raja tengah dirawat dijaga sangat ketat oleh para prajurit utama Martapura. Ratu tetap berada di samping raja meksipun Hasanah sedang memeriksanya "bagaimana kondisinya?"
"tubuh Raja dipenuhi banyak benjolan merah, terutama di bagian tangannya...."
"Kalau begitu saya sudah tau. Saya bertanya tentang bagaimana kondisinya?"
"Bisakah anda bersikap lebih hangat pada saya...." Berada di situasi seperti ini adalah hal yang sangat tak ia duga, juga hal yang tak ingin ia alami. Sang ratu itu sama sekali tak menganggapnya sebagai seorang cucu. Sudah tentu, dia sendiri bukan berasal dari keluarga bangsawan. Statusnya naik hanya karena menjadi anak tiri dari Raden Kusuma.
"Saya belum selesai berbicara...."
"teruskan kalau begitu!" Bentaknya lagi.
"Sejauh ini kondisi raja sedikit membaik. Asalkan pengobatan dengan jarum akupuntur dilakukan secara tidak berlebihan. dan jika badan raja gatal-gatal, alangkah lebih baik jangan di garuk. Jika tak tahan dengan rasa gatal yang dialami, guyur saja bagian tubuh yang terasa gatal dengan air panas"
Hasanah melihat beberapa benjolan merah pada tangan raja "melihat benjolan yang sudah agak membiru, sepertinya terjadi kesalahan dalam pengobatan raja sebelumnya. Apakah Raja mengguyur tubuhnya dengan air dingin?"