Chapter 69. Penjara

7 3 0
                                    

Anak dari putra mahkota itu kini mempunyai lebih banyak kekuasaan di keraton

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak dari putra mahkota itu kini mempunyai lebih banyak kekuasaan di keraton. Bahkan ia diizinkan untuk keluar masuk penjara demi bisa menengok tabib Hasanah.

Gadis itu datang dengan membawa sebuah nampan berisi makanan "bagaimana keadaan mu kakak Hasanah?"

Hasanah dengan dirinya yang lemas berusaha merangkak mendekat ke arah Kinanti "mau apa lagi kau kesini? Jika yang kau inginkan sama seperti sebelumnya, maka jawabanku tetap tidak"

Kinanti lantas berjongkok tepat dihadapan Hasanah "aku datang karena khawatir padamu. lihatlah, keadaanmu begitu menyedihkan. Setelah melewati hari hari ini, apakah kau masih ingin membuka mulut. Besok kau akan di mintai keterangan untuk menentukan proses hukuman lebih lanjut. Aku sungguh penasaran degan apa yang akan kau katakan. Apakah kau akan membongkar semua perbuatan ayahku. Jika perkiraanku benar, maka sebaik mungkin aku harus mencegahnya bukan.... tunas yang sudah semakin tinggi itu, harus segera di patahkan. Sebelum tunas itu tumbuh lebih lagi"

"jika tunas itu dipotong, maka masih ada akar yang masih tersisa di dalam tanah. dan seseorang yang memotong tunas itu, tak akan bisa menyentuh akar kuat yang masih tertanam kuat di dalam tanah. Akar yang kuat itu akan kembali menumbuhkan tunas baru. Meskipun berkali-kali tunas itu dipotong, maka tunas itu pun akan terus tumbuh dengan sendirinya"

Kinanti terlihat sangat kesal. Namun ia harus mencoba untuk bersabar. Ia tau bahwa ayahnya itu tak akan diam jika mengenai siapapun orang yang dianggap mengancamnya "kau bisa tersenyum seperti ini sekarang, tetapi setelah ini senyuman itu akan hilang. Hanya tersisa sebuah tangisan dari seseorang yang kau sayang. Kau pasti tau siapa orang itu"

Gadis itu kini lantas berdiri "segera habiskan makanan mu. tubuhmu harus tetap sehat hingga kau bisa menghadiri persidangan besok"

Hasanah mengambil nampak itu dan menumpahkannya. Hal itu membuat seorang prajurit menghampirinya "apa yang kau lakukan? Kau membuang makanan yang putri agung Kinanti bawa!"

"Aku tak akan makan apapun yang para pengkhianat itu berikan padaku"

"Rupanya kau masih banyak bicara. Setelah apa yang sudah kau lakukan, kau justru mengatakan putri Kinanti sebagai pengkhianat. Apakah kau sedang memakan omongan mu sendiri"

"Pergilah, aku tak mempunyai urusan denganmu" tegas Hasanah.

Salah seorang prajurit lainnya datang membawa nampan berisi makanan. Ia meletakkan makanan itu pada Hasanah "jika kau tak ingin makan makanan yang putri bawa, jadi makanlah makanan yang sudah di sediakan di penjara"

Hasanah dengan sigap mengambil makanan itu "baiklah"

Bukan hal yang mencurigakan lagi, mereka sudah pasti meracuni makanannya. Itulah kenapa ia tak mau makan meskipun perutnya sudah sangat keroncongan.

Power StrugleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang