Sari memberikan air putih untuk kakaknya "kau pasti lelah sehabis latihan"
Ranu terpilih menjadi salah satu dari banyaknya prajurit Martapura "terima kasih, kau memang adik yang terbaik"
"Kadang aku heran, padahal kakak itu mantan perwira Panjaitan. Aku pikir dengan status itu kakak bisa mendapatkan posisi lebih tinggi. Meksipun pada dasarnya kita hanyalah masyarakat biasa. Aku pikir kompetisi saat itu dilakukan berdasarkan kemampuan, tetapi status membuatnya berubah. Apa kakak tidak keberatan?"
Ranu menggeleng, meskipun kemampuan serta status nya sebelumnya adalah perwira, namun tinggal di Martapura merupakan hal yang baik baginya "selama aku bisa berada di dekat Ningtyas, sepertinya aku akan baik-baik saja. Meskipun dengan posisi rendah sekalipun"
"Rupanya kakak masih saja menyukainya. Apakah tidak lelah jika mencintai tanpa balasan seperti ini?"
"Kau tidak perlu mengatakan hal seperti itu. Selagi Ningtyas belum sah menjadi istri orang lain, bukankah sekedar mencintainya saja bukan masalah"
"Jika itu aku tau, tetapi apakah kau tak pernah curiga dengan kedekatannya dengan Kelana. Aku rasa, mereka berdua mempunyai perasaan yang sama. Kakak tau...." Belum selesai Sari berbicara, sang kakak secara tiba-tiba bergegas.
Rupanya Ranu mengetahui ada beberapa prajurit yang gelagatnya mencurigakan. Ia berlari menghampiri para prajurit itu yang membawa seseorang dengan sebuah penutup kepala "berhenti kalian semua!"
Para prajurit itu tak mendengarkan apa kata Ranu, mengingat bahwa status mereka sama. Mereka semua tetap melangkah untuk pergi. Namun Ranu sendiri dengan sigap mengarahkan pedang ke arah seseorang itu "jika kalian tetap berjalan, maka aku tak akan segan membunuh orang ini"
Kedua prajurit itu diam, sementara Ranu membuka paksa penutup kepala itu. Ia sangat terkejut kala mengetahui bahwa orang itu adalah Raden Setiawan "kenapa kalian membawa tahanan ini?"
"Kau tak perlu ikut campur"
"Jelas aku ikut campur. Orang ini adalah pengkhianat. Maka dari itu siapapun yang berpihak padanya, dan berusaha membebaskannya. Orang itu pun juga akan dianggap pengkhianat. Kalian berdua hanyalah seorang prajurit biasa, maka hukuman itu bisa dengan cepat menghampiri kalian...."
"lalu bagaimana denganmu, bukankah kau juga sama seperti kami. Kita ini sama-sama sebagai seorang prajurit rendahan...."
Ranu dengan sigap berganti mengarahkan pedang itu ke salah satu dari mereka "bukankah kau sendiri juga tau bahwa aku adalah bawahan Panglima Kelana, pasukan utama keraton Martapura. Meskipun kita adalah seorang prajurit yang sama, tetapi statusku masih lebih di atas kalian"
Meja itu di gebrak dengan sangat keras oleh Raden Setyo "bisa-bisanya prajurit rendahan itu menggagalkan rencana ku"
"Maaf karena saya tak berhasil menemukan mereka Raden. Namun yang pasti, mereka sepertinya sedang berusaha menyembunyikan Raden Setiawan"
"Cari prajurit itu dan bawa dia kehadapanku!"